Jalan Djamin Ginting Binjai Memprihatinkan

Binjai, (Analisa). Jalan Letjend Djamin Gin­ting, Kota Binjai, tepatnya di sepanjang wilayah Kelurahan Pujidadi, Rambung Dalam, Rambung Barat, dan Ram­bung Timur, Kecamatan Bin­jai Selatan, kondisinya kini semakin memprihatinkan.

Pantauan Analisa, Rabu (10/8), hampir sepanjang 500 meter badan jalan, saat ini  dipenuhi lobang. Mulai dari Simpang Jalan Sultan Hasa­nudin, Kelurahan Rambung Timur (Simpang Bangkatan, hingga Simpang Jalan Sei Le­pan, Kelurahan Pujidadi (Sim­pang Keramat).

Bahkan di beberapa titik, seperti di depan Kantor BRI Rayon Rambung, dan Sim­pang Jalan Pekan Baru, kon­disi permukaan aspal Jalan Letjend Djamin Ginting, su­dah mengelupas, dan mem­bentuk gundukan yang dipe­nuhi kerikil.

Menurut Yusuf (49), salah seorang war­ga setempat, se­lain minimnya pera­wat­an, ke­rusakan jalan lintas kabupa­ten/kota itu juga dipicu pe­ningkatan aktifitas lalu-lalang kendaraan bertonase tinggi dalam sebulan terakhir.

“Kerusakan sebenarnya sudah dirasakan sejak enam bulan terakhir. Tapi kondi­sinya semakin parah, menyu­sul tidak ada perawatan dan semakin banyak saja ken­daraan besar melintas di sini,” ujar ayah tiga anak itu.

Jika kerusakan terus dibi­arkan, imbuh Yusuf. Dia kha­watir, akan ada warga yang menjadi korban, akibat kenda­raannya terperosok ke dalam lubang, terutama ketika meng­endarai sepedamotor.

Warga lainnya, Ridwan (52), menilai, kerusakan ba­dan Jalan Letjend Djamin Ginting, utamanya disebab­kan karena tidak sebanding daya tahan konstruksi jalan dengan tekanan yang diteri­manya.

Apalagi saat ini semakin banyak truk bermuatan material dan minyak kelapa sawit, yang melintas pada siang dan malam hari, meskipun kawa­san itu bukan jalur ideal untuk kendaraan besar.

“Bagaimana jalan kita tidak cepat rusak, kalau yang melin­tas itu kebanyakan ken­daraan raksasa. Pemko Binjai juga aneh, sudah tahu truk dilarang masuk kota, tapi sekarang malah diizinkan,” ujar Rid­wan.

“Parahnya lagi, banyak pengemudi truk tidak punya ke­sa­daran menghormati pe­ngendara lain. Sebab, mereka kerap memacu kendaraannya dalam kecepatan tinggi, pa­dahal jalanan sedang ramai,” timpalnya. (wa)

()

Baca Juga

Rekomendasi