2045 dan Generasi Emas Indonesia

Oleh: Sari Ramadhani

CAT emas tampak berkilauan di atas kanvas berukuran dua meter kali empat meter. Dengan warna da­sar merah putih, tampaknya lu­kisan karya seniman Anang Sutoto kuat sekali maknanya dengan In­do­nesia. Coretan emas itu ia lu­kiskan sangat rapi meskipun masih da­lam kategori abstrak. Garis-garis emas digambarkan berkaitan antara satu dengan lainnya.

Lukisan ini menjadi satu paja­ngan paling besar dalam pameran seni rupa di lantai dua Museum Ne­geri Provinsi Sumatera Utara, Rabu (10/8). Letak lukisan tepat di te­ngah-tengah, sepertinya sengaja di­buat untuk menarik mata pe­ngun­jung.

Bukan pesan biasa yang tersirat da­lam karya seni rupa itu, Anang Su­toto selaku sang empunya lu­kisan mengisahkan jika ia me­na­ma­kan coretan emas itu dengan ju­dul 'Generasi Emas 2045'. Me­lalui karyanya, ia menggambarkan ko­nsep harapan pembangunan In­donesia saat mencapai umur 100 tahun kemerdekaan nanti.

"Lukisan ini namanya 'Generasi Emas 2045'. Membangun generasi emas merupakan sebuah konsep pe­nerapan untuk menyiapkan suatu ge­nerasi penerus bangsa Indonesia pada 100 tahun emas Indonesia mer­deka, yaitu 1945-2045," ucap Ketua Indonesian Arts Forum (IAF) ini.

Melalui lukisan emasnya, pria berkacamata ini menyiratkan pesan bah­wa karya-karya seniman In­donesia harus lebih dikembangkan, khu­susnya di Sumatera Utara. 'Generasi Emas 2045' juga dituju­kan sebagai wujud karya yang di­gu­nakan guna memperingati hari-hari bersejarah. Kata-kata ini ter­tuang dalam keterangan lukisan yang diletakkan tepat di depan lu­kisan.

“Inilah kesempatan emas untuk me­nyiapkan generasi emas yang akan menjadikan bangsa dan Indonesia sebagai negara maju dan sejahtera sebagaimana yang dicita-citakan. Para pendiri sekali­gus menyiapkan 100 tahun Indo­nesia merdeka (2045) sebagai khid­mat, tanda bakti dan terima kasih ke­pada para pejuang serta pendiri bangsa”

Begitulah Anang membuat rangkaian kata untuk melengkapi ke­indahan lukisannya. Dengan ka­ryanya, ia menyebutkan, generasi emas Indonesia akan terjadi pada pe­ringatan 100 tahun kemerdekaan pada 2045.

"Pada 2045, itu usia pro­duk­ti­vitas paling tinggi sebanyak 88 juta orang. Itu kalau asumsi pro­duk­tivitas umur 55 sampai 56 tahun pen­siun. Saat ini, data WHO (World Health Organization) menye­but­kan angka produktivitas sudah berkembang menjadi 70 tahun," sebut pria bertubuh jangkung ini.

Lewat 'Generasi Emas 2045', ia juga mengajak seniman lokal lebih berkreasi. Upayanya, Anang men­co­ba bersinergi dengan seniman dari luar Sumatera, seperti Jakarta, Su­rabaya dan kota lainnya. "De­ngan itu, kualitas masyarakat untuk seni budaya harus lebih di­ting­kat­kan lagi," tegasnya.

Coretan emas di kanvas ini juga ia maksudkan sebagai antisipasi dan berpartisipasi saat Indonesia men­capai 100 tahun kemerdekaan. Ia menginginkan, di masa depan In­donesia bukan hanya jadi pe­non­ton, tetapi bisa saling meng­ingat­kan lewat karya ini.

Tak hanya Anang Sutoto, ba­nyak karya seni lain yang di­tam­pilkan dalam pameran di museum. Ada pula karya seni instalasi yang sa­ngat memikat hasil ciptaan tan­gan seniman S Handono Hadi. Ka­rya ini ia sebut 'Semangkok Doa'.

Dalam karyanya, ia meng­ung­kapkan, kesatuan tidak boleh pudar dan dibutuhkan wadah bernama Mang­­­kok yang namanya In­do­ne­sia. Tujuan karya 'Semangkok Doa' un­tuk mencapai masa keema­san Indonesia.

"Seni dan budaya itu sebagai representasi agar masyarakat jangan pernah melupakan sejarah. Kita ini Indonesia, suku dan lain­nya itu hanya warna, tetapi jangan per­nah lupa kita tergabung dalam satu Indonesia," tutup pria tua ber­kacamata ini.

()

Baca Juga

Rekomendasi