Medan, (Analisa). Ratusan warga etnis Tionghoa kawasan Gang Bakung, Gang Raya dan Gang Tanjung, Sukaramai, Kecamatan Medan Area, menggelar ritual sembahyang Pho Tho, Kamis (11/8).
Kegiatan dipusatkan di depan perumahaan yang dibangun Yayasan Buddha Tzu Chi beberapa tahun lalu itu, berlangsung hingga tengah hari dan berjalan penuh khidmat.
Ketua Panitia Pelaksanaan Ritual, Junaidy Lim (Akiong) mengatakan, prosesi sembahyang arwah tersebut dipimpin seorang suhu dan dihadiri Ketua Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Kota Medan, Djono Ngatimin, Ketua PSMTI Tegalsari, Ng Tjong Bun, dan Wakil Sekretaris, Patrick Sukamto.
Dijelaskan, Akiong, sembahyang Pho Tho dilakukan untuk mengirim doa kepada leluhur yang arwahnya tidak punya keluarga.
“Bahkan menurut kepercayaan bahwa bulan ketujuh pintu neraka telah terbuka, maka bulan ini disebut sebagai bulan hantu berkeliaran. Ritual sembahyang ini setiap tahunnya dilaksanakan dan biasanya pada bulan ketujuh,” jelas Akiong
Sebagai bentuk penghormatan sekaligus upaya menenangkan hati para arwah/roh dan memberikan perlindungan bagi keluarga yang ditinggali, maka para arwah diberikan berbagai sesaji berupa makanan dan uang kertas atau replika baju, rumah dan harta benda yang dibakar.
“Semua makanan-makanan yang enak serta berbagai sesajian lainnya merupakan kegemaran leluhur semasa hidup tersebut diletakkan di atas meja yang dimaksudkan untuk menjamu para leluhur,” ucapnya.
Ketua PSMTI Medan, Djono Ngatimin mengapresiasi penyelenggaraan sembahyang Pho Tho.
Menurutnya, hal itu sebagai bentuk pelestarian budaya dan tradisi orang Tionghoa agar tetap diteruskan kepada generasi mendatang.
“Ini adalah bagian dari budaya Tionghoa yang merupakan warisan budaya bangsa,” katanya. (twh)