Pemerintah Dinilai Berhasil Atasi Karhutla

Analisadaily - Tekad pemerintah untuk menekan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) pada tahun 2016 dinilai cukup berhasil. Indikator ini terukur dari jumlah titik panas (hotspot), indeks standar pencemaran udara, jarak pandang, kesiapan aparat dalam mencegah karhutla dan aktivitas masyarakat.

Hal itu dikatakan oleh Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, seperti informasi diperoleh Analisadaily.com, Jumat (12/8).

"Memang tidak mungkin menihilkan hotspot dalam setahun di Indonesia, karena pembakaran seringkali dilakukan juga terkait dengan matapencaharian. Tapi bagaimana agar pembakaran tersebut dapat terkendali dan tidak meluas menjadi hal yang penting," katanya.

Dijelaskan Sutopo, karhutla pada tahun 2015 sangat luar biasa. Data satelit Modis mendeteksi jumlah hotspot selama tahun 2015 tercatat 129.813 hotspot, dimana jarak pandang saat itu hanya 100 meter, kemudian Indeks standar pencemaran udara (ISPU) mencapai lebih dari 2.000 psi atau sudah sangat berbahaya.

"Hutan dan lahan seluas 2,61 juta hektar terbakar dengan kerugian ekonomi mencapai Rp 221 triliun. Aktivitas pendidikan dan penerbangan lumpuh selama 2 hingga 3 bulan," jelasnya.

Kondisi tersebut sangat berbeda dengan tahun 2016. Berdasarkan data BNPB, sejak 1/1/2016 hingga 11/8/2016, satelit Modis mendeteksi jumlah hotspot 10.174 di Indonesia. Bandingkan dengan 129.813 hostpot selama tahun 2015.

Diungkapkan Sutopo, hingga saat ini semua ISPU di Sumatera dan Kalimantan menunjukkan sedang hingga baik, begitu pula jarak pandang semuanya normal sehingga tidak ada aktivitas sekolah dan penerbangan yang ditutup akibat gangguan asap.

Dikatakannya, keberhasilan ini disebabkan oleh dua hal. Pertama, upaya pencegahan dan pemadaman yang dilakukan semua pihak lebih baik dibandingkan sebelumnya, dan Presiden secara terus menerus mengontrol upaya penanganan karhutla yang dilakukan pemerintah pusat dan pemda.

"Ribuan personil TNI, Polri, BNPB, KLHK, BPBD, Manggala Agni, Damkar, relawan, dunia usaha dan lainnya dikerahkan melakukan upaya pencegahan dan pemadaman di lapangan," ucapnya.

Kedua, lanjut Sutopo, anomali cuaca dan indikasi menguatnya La Nina menyebabkan curah hujan turun di banyak wilayah. Kemarau basah menyebabkan hutan dan lahan sulit terbakar, dan pemadaman menjadi lebih mudah.

"Peningkatan hujan ini mendukung upaya pencegahan," tandasnya.

()

Baca Juga

Rekomendasi