Jalan Lapang Menuju Surga

Kematian merupakan peristiwa yang paling ditakuti oleh semua kalangan; raja, presiden, pejabat, sampai rakyat jelata. Namun, tidak ada satu manusia pun yang bisa luput dari maut. Sebesar apa pun rasa takutnya, cepat atau lambat maut pasti akan menjemput. Karena itu, yang terpenting dipersiapkan mulai sekarang selain bekal menghadapi maut juga bekal untuk menghadapi peristiwa-peristiwa setelahnya. Sebab, kematian bukan fase akhir melainkan fase pembuka dari serangkaian proses yang sangat menentukan nasib seseorang di kehidupan kekalnya; di surga dengan limpahan nikmat atau sebaliknya di neraka dengan jutaan siksa.

Salahsatu proses yang akandilaluidan sangat menentukan nasib seseorang di akherat adalah hisabatauperhitunganamal. Dengan proses itu, Allah SWT akan memperlihatkan kepada manusia amal baik dan buruk yang sudah dilakukan ketika menjalani kehidupan di dunia. Menghadapi proses ini, manusia harap-harap cemas melihat hitungan dosa yang sudah mereka lakukan dan harus dipertanggungjawabkan. Namun demikian ada umat Muhammad yang tidak mengalami proses ini. Mereka masuk surga melalui “jalan bebas hambatan”.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dari Abbas Nabi bersabda bahwa ada 70.000 orang dari umat Islam yang akan masuk surga tanpa melalui proses hisab.Setelah mendengar perkataan Nabi tersebut para sahabat bertanya-tanya siapa sebetulnya mereka, Nabi kemudian menjelaskan, “Mereka itu adalah orang yang tidak pernah minta di-ruqyah, tidak meminta di-kay dan tidak pernah melakukan tathayyur serta mereka bertawakkal kepada Rabb mereka.”

Dengan mendasarkan pada hadits di atas, Kaha Anwar, penulis buku ini membedah dan menelaah sebetulnya siapa-siapa saja yang kelak berhak mendapat tiket istimewa untuk bisa masuk surga melalui jalan bebas hambatan itu. Pertama, golongan orang-orang yang tidak pernah minta diruqyah. Ruqyah menurut bahasa berarti mantra. Dengan demikian, ruqyah adalah setiap usaha untuk mengeluarkan jin atau menyembuhkan sesuatu penyakit dengan mantra atau doa. Dari situ, Mizan Asrori membedah ruqyah menjadi dua macam, yaitu ruqyah syar’i dan ruqyah syirki. Pembedaan ini lebih menekankan pada metode, syarat orang yang meruqyah, serta bacaan-bacaan ketika meruqyah. Perbedaan ini tentu akan memberi dampak hukum dimanaruqyah syar’i diperbolehkan, sementara ruqyah syirki dilarang. Meskipun diperbolehkan, meminta untuk diruqyah sebaiknya ditinggalkan. Sebab, orang yang tidak minta diruqyah termasuk salah satu golongan yang dijanjikan oleh Allah akan mendapatkan “tiket” untuk melintasi “jalan bebas hambatan” menuju surga. (hal. 189).

Kedua, golongan orang-orang yang tidak minta di-kay. Kay merupakan jenis pengobatan dengan menggunakan besi panas. Rasulullah sendiri tidak suka pengobatan dengan kay, bahkan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Ibnu Abbas Rasullah melarang metode ini. Beliau bersabda, “Ada tiga cara pengobatan, yaitu bekam, minum madu, atau dengan kay. Dan, aku melarang umatku melakukan kay.”Kaha Anwar melihat bahwa pelarangan itu lebih disebabkan karena metode kay mengandung penyiksaan dan bukan termasuk sikap orang tawakkal. Oleh karena itu, kalau pun harus dipergunakan, kay harus menjadi alternatif pengobatan terakhir.

Terakhir, golongan orang yang bertauhid dengan sempurna dan bertawakkal pada Allah dengan sepenuhnya. Artinya, hati, perkataaan, dan perbuatan mereka bersih dari noda-noda syirik, bid’ah, dan maksiat. Mereka betul-betul meng-Esakan Allah lahir maupun batin. Terkat tawakkal Hasyim Muhammad mengemukakan bahwa tawakkal adalah memutus hubungan hati dengan selain Allah. Sementara Sahl bin Abdullah menggambarkan orang yang bertawakkal layaknya orang mati di hadapan orang yang memandikannya, yang menurut saja bila dibolak-balik oleh orang yang memandikannya. Dan keadaan begitu akan bisa dicapai oleh seseorang jika ia memenuhi beberapa syarat yang dikemukaan oleh Imam Qusyairi, yaitu mau melepaskan anggota tubuh dari penghambaan, menggantungkan hati dengan ketuhanan, merasa cukup dan tidak tamak, selalu bersyukur dengan apa pun yang diberikan Tuhan sekaligus bersabar atas segala kekurangan. (hal.225).

Dari golongan terakhir ini bisa dilihat hubungan antara ketiganya, di mana orang yang tidak minta diruqyah dan tidak minta di kay adalah mereka yang hati dan jiwanya penuh dengan keimanan, ketauhidan, dan ketawakkalan. Sekaligus bisa ditarik kesimpulan bahwa syarat utama agar bisa masuk surga tanpa proses hisab adalah siapa pun yang memiliki keimanan dan kepasrahan total kepada Allah Sang Maha Kekal.

Peresensi: Moh. Romadlon

()

Baca Juga

Rekomendasi