Cerita Perjuangan dari Kakek

Oleh: Deka

Namaku Abdi. Aku berumur sepuluh tahun. Aku sangat tidak sabar untuk mengikuti upacara besok. Sangking tidak sabarnya aku jadi tidak bisa tidur. Di sekolah, aku ditugaskan sebagai komandan upacara. Ini merupakan pengalaman berharga untukku, karena menjadi komandan upacara tepat pada hari kemerdekaan adalah pengalaman pertama untukku. Aku terlalu semangat, sampai-sampai sepulang sekolah aku tidak makan siang karena harus terus berlatih untuk upacara besok.

Aku tinggal bersama kedua orangtua, kakak dan kakek. Kakekku adalah seorang pahlawan. Kini usianya sudah sangat tua. Mendengar aku menjadi komandan upacara besok, kakek sangat bangga kepadaku.

“Kek, Abdi latihan dulu ya!” ucapku kepada kakek ketika sampai di rumah.

“Iya… Tapi kamu makan siang dulu,” ucap kakek. Tapi aku langsung pergi ke halaman belakang rumah untuk latihan.

Aku latihan sampai sore, berpanas-panasan. Akhirnya, aku jatuh sakit. Dan aku sedih karena tidak bisa ikut upacara besok. Aku menyesal tidak mendengarkan ucapan kakek. Hmm, aku benar-benar menyesal.

Keesokan harinya, ketika sarapan pagi, aku menangis karena tidak bisa upacara.

“Sudahlah Abdi, Cucuku, jangan menangis lagi, kakek akan ceritakan kepadamu bagaimana dulu kakek pada masa perjuangan sampai pada upacara pertama kakek.” ucap kakek sambil mengusap kepalaku sebagai tanda jangan menangis lagi.

“Emangnya pada masa perjuangan dulu bagaimana, Kek?” tanyaku kepada kakek.

“Dulu pada masa perjuangan kakek sangat tersiksa. Makan tidak enak, belajar harus sembunyi-sembunyi, upacara harus mengibarkan bendera Jepang. Tapi untung Bung Karno…”

“Bung Karno itu siapa Kek?” Potong Adit yang ingin tahu.

“Bung Karno itu adalah presiden pertama Indonesia. Ia yang membacakan teks proklamasi pada saat negara Jepang diledakkan di kota Hirosima dan Nagasaki. Karena kejadian itu, Bung Karno mengambil tindakan cepat untuk menyatakan Indonesia Merdeka. Pada saat itu juga hari pertama kakek mengikuti upacara pertama. Makanya kamu harus menghargai para pejuang, dan mencintai Indonesia.”

“Terus, terus, terus bagaimana, Kek?” Sambung Abdi penasaran. “Sudah, kita selesaikan sarapan dulu, supaya kamu cepat sembuh. Setelah sarapan kita lanjutkan lagi.” Ucap kakek.

Aku menjadi penasaran dan ingin cepat-cepat menyelesaikan sarapan. Aku bangga punya kakek seorang pahlawan. Aku juga bangga jadi anak Indonesia.***

 

()

Baca Juga

Rekomendasi