“Tunggu Saya Kembali dari Saigon..!”

Oleh: Muhammad Ali

ITULAH janji Soekarno kepada para pemuda di Tapaktuan yang tergabung dalam wadah Persatuan Pemuda Tapaktuan, yang dengan keyakinan membara serta dengan setia menunggu bila impian kemerdekaan yang dihembuskan akan menjadi kenyataan. Setidaknya, para pemuda sudah bersiap-siap untuk melakukan pengibaran bendera Merah Putih secara serentak untuk pertama kali di Tapaktuan sebagai pertanda bangsa ini telah lahir.

Menurut saksi sejarah, M,Amin Aziz (alm) ketika diwawancarai semasa hidupnya di sekitar awal 1990-an. Ketika itu almarhum sebagai Sekretaris Persatuan Pemuda Tapaktuan, di awal bulan Agustus 1945 mengirim surat kepada Ir.Soekarno, mempertanyakan kapan janji tentang kemerdekaan terealisir. Soekarno menjawab serius yang intinya mengajak para pemuda bersabar menunggu dia kembali dari Saigon. “Tunggu saya kembali dari Saigon,” katanya di dalam surat balasannya. Setelah itu Persatuan Pemuda Tapaktuan tidak mendapat khabar-khabar resmi berikutnya hingga Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dicetuskan.

Sementara itu, menurut catatan sejarah, kedatangan surat dari Pemuda Tapaktuan tersebut bertepatan dengan rencana keberangkatan Soekarno ke Saigon, Vietnam untuk memenuhi undangan Laksamana Terauchi, Panglima Tentara Kekaisaran Jepang untuk Asia Tenggara, mengadakan pertemuan pada 12 Agustus 1945. Tercatat tiga tokoh kemerdekaan Republik Indonesia ketika itu meluncur ke Dalath, Saigon (sekarang Ho Chi Min City), Vietnam, memenuhi undangan Laksamana Terauchi, yaitu, Ir.Soekarno, Dr.Radjiman Widyodiningrat, dan Drs.Muhammad Hatta. Ketiganya bertolak dari Tanah Air pada 8 Agustus 1945.

Dalam pertemuan itu, Laksamana Terauchi pada pokoknya mengatakan, Pemerintah Jepang telah memutuskan untuk memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Keputusan itu diambil setelah Amerika Serikat menjatuhkan bom atom di Jepang. Bom atom dijatuhkan di Hirosima pada 6 Agustus 1945 dan 9 Agustus 1945 di Nagasaki. Pada 15 Agustus Jepang menyerah kepada Sekutu. Seperti disiarkan melalui radio, dalam pidato resmi Kaisar Hirohito yang bertajuk “siaran suara Kaisar” (gyokuou-koso) menyiarkan, Jepang telah menyerah.

Tak Ada Kabar

Di Tapaktuan, para pemuda menunggu dengan tekun kapan Kemerdekaan Indonesia diproklamirkan. Namun tak ada khabar sama sekali. Sementara di Jakarta, berbagai rentetan peristiwa terus terjadi, mulai dari kelompok pemuda revolusioner mengadakan rapat di salah satu ruangan Lembaga Bakteriologi Gedung Pegangsaan Timur, hingga penculikan Soekarno-Hatta pada 16 Agustus 1945 ke Rengasdengklok. 

Proklamasi kemerdekaan tidak diinginkan melibatkan PPKI (dokuritsu junbi linkai) yang merupakan Panitia Persiapan Kemerdekaan bentukan Jepang, karena dengan melibatkan PPKI kemerdekaan seakan merupakan pemberian Jepang, padahal kemerdekaan Indonesia adalah urusan rakyat Indonesia. Akhirnya, pada hari Jumat 17 Agustus 1945 Proklamasi Kemerdekaan dibacakan oleh Ir.Soekarna yang didampngi Drs.Muhammad Hatta dalam sebuah upacara sederhana di Pegangsaan Timur 56 Jakarta. 

Sampai di sini, Persatuan Pemuda Tapaktuan tidak mendapat khabar namun mereka dengan setia terus menunggu, hingga akhirnya pada 29 Agustus 1945 mendapat khabar resmi lewat telegram dari Persatuan Pemuda Meulaboh yang mengatakan Indonesia telah merdeka yang diproklamirkan pada 17 Agustus 1945 di Jakarta.

Mendapat khabar gembira tersebut, para pemuda spontan melakukan berbagai persiapan upacara pengibaran Merah Putih dengan menetapkan lokasi upacara di Jalan Merdeka Tapaktuan. Upacara sederhana itu diikuti peserta upacara dari berbagai lapisan pemuda dengan inspektur upacara M.Nazir (Ketua Persatuan Pemuda Tapaktuan) dan penggerek bendera Sekretaris Persatuan Pemuda Tapaktuan M.Amin Aziz. Sementara lagu Indonesia Raya diiringi musik yang dimainkan dua orang pemusik, M.Yusuf, guru musik terkenal di Tapaktuan sebagai pemain biola dan M.Djamin (setelah merdeka menjadi Pegawai Negeri Sipil Kantor Pengadilan Negeri Tapaktuan). Merdeka Indonesia ku, Merdeka Bangsaku. Merdeka..!

()

Baca Juga

Rekomendasi