Namo tassa bhagavato arahato sammasambuddhassa.
Menurut ajaran Buddhisme, semua makhluk kecuali para Arahat tunduk pada kelahiran kembali (punabbhava). Kelahiran kembali, dalam konsep Buddhis, bukanlah perpindahan diri atau jiwa melainkan kesinambungan suatu proses, suatu aliran penjelmaan di mana kehidupan demi kehidupan berturut-turut terhubung satu sama lain oleh transmisi pengaruh sebab-akibat, bukan oleh identitas substansial.
Proses kelahiran kembali, Sang Buddha mengajarkan suatu hukum pasti yang pada intinya dibentuk oleh dinamisme fundamental yang menentukan kondisi-kondisi ke mana makhluk-makhluk terlahir kembali dan situasi-situasi yang mereka temui dalam perjalanan kehidupan mereka. Dinamisme ini adalah kamma, perbuatan berkehendak melalui jasmani, ucapan, dan pikiran.
Mereka yang terlibat dalam perbuatan-perbuatan buruk yaitu perbuatan yang didorong oleh ketiga akar yang tidak bermanfaat berupa keserakahan, kebencian, dan delusi – menghasilkan kamma tidak bermanfaat yang mengarahkan mereka pada kelahiran kembali di dalam kondisi-kondisi kehidupan rendah dan, jika matang di alam manusia, maka akan membawa penderitaan dan kemalangan bagi mereka. Mereka yang terlibat dalam perbuatan-perbuatan baik yaitu perbuatan yang didorong oleh ketiga akar bermanfaat berupa ketidak-serakahan, ketidak-bencian, dan tanpa delusi akan menghasilkan kamma bermanfaat yang mengarahkan mereka pada kelahiran kembali di dalam kondisi- kondisi kehidupan yang lebih tinggi dan, jika matang di alam manusia, maka akan membawa kebahagiaan dan keberuntungan bagi mereka. Karena perbuatan-perbuatan yang dilakukan seseorang dalam perjalanan satu kehidupan dapat sangat bervariasi, maka jenis kelahiran kembali di masa depan sangat tidak dapat diramalkan. Tetapi terlepas dari keberagaman ini, suatu hukum pasti mengatur hubungan langsung antara jenis-jenis perbuatan dan jenis-jenis akibat yang dihasilkan.
Dari sudut pandang Buddhis, kosmologi bukanlah produk dari dugaan atau khayalan melainkan suatu hal yang secara langsung diketahui oleh Sang Buddha melalui “kekuatan pengetahuan Tathagata” (MN 12.36); Sebuah tinjauan ringkas akan diberikan di sini tentang alam-alam kelahiran kembali yang dikenal dalam kosmologi Buddhis dan kamma yang mendahuluinya.
Kosmos Buddhis terbagi dalam tiga alam besar – alam indria, alam bermateri halus, dan alam tanpa materi. Masing-masingnya terdiri dari sejumlah alam-alam kecil, yang berjumlah total tiga puluh satu alam kehidupan.
Alam indria, disebut demikian karena keinginan indria menonjol di sini, terdiri dari sebelas alam yang terbagi dalam dua kelompok, alam yang buruk dan alam yang baik. Alam yang buruk atau “alam sengsara” (apa¯ya) berjumlah empat: neraka, yang kondisi siksaan hebatnya dijelaskan dalam MN 129 dan MN 130; alam binatang; alam hantu (peta), yang didera oleh lapar dan haus terus-menerus; dan alam raksasa (asura). Alam yang baik dalam kelompok alam indria adalah alam manusia dan alam-alam surga. Alam surga di sini ada enam: para dewa di bawah Empat Raja Dewa; para dewa Tiga Puluh Tiga (ta¯vatim?sa), yang dipimpin oleh Sakka, para dewa Ya¯ma; para dewa di alam surga Tusita, alam Sang Bodhisatta sebelum kelahiran terakhirNya (MN 123); para dewa yang bersenang dalam penciptaan; dan para dewa yang menguasai ciptaan para dewa lainnya. Penyebab kamma agar terlahir kembali di alam yang baik dari alam indria adalah mempraktikkan sepuluh perbuatan bermanfaat.
Dalam alam bermateri halus tidak ada jenis materi yang lebih kasar dan kebahagiaan, kekuatan, kecemerlangan, dan vitalitas dari para penghuninya jauh lebih besar daripada mereka yang di alam indria. Alam bermateri halus terdiri dari enam belas alam, yang merupakan padanan objektif dari empat jha¯na. Pencapaian jha¯na pertama mengarah pada kelahiran kembali di antara kumpulan Brahma, para Menteri Brahma¯ dan Maha Brahma, sesuai dengan apakah jha¯na itu dikembangkan pada tingkat rendah, menengah, atau tinggi. Brahma¯ Baka dan Brahma¯ Sahampati tampaknya adalah penghuni alam yang disebutkan terakhir. Pencapaian jha¯na ke dua dalam tiga tingkatan yang sama berturut-turut mengarah pada kelahiran kembali di antara para dewa dengan cahaya terbatas, cahaya tidak terbatas, dan cahaya gemilang; jha¯na ke tiga mengarah pada kelahiran kembali di antara para dewa dengan keagungan terbatas, keagungan tidak terbatas, dan keagungan gemilang. Jha¯na ke empat biasanya mengarah pada kelahiran kembali di antara para dewa berbuah besar, tetapi jika dikembangkan dengan keinginan untuk mencapai jenis kehidupan tanpa persepsi, maka akan mengarah pada kelahiran kembali di antara makhluk-makhluk tanpa persepsi, yang kesadarannya berhenti untuk sementara. Alam bermateri halus juga berisikan lima alam khusus yang eksklusif untuk kelahiran kembali para yang-tidak- kembali. Yaitu, Alam-alam Murni – Aviha, Atappa, Sudassa, Sudassi, dan Akanit?t?ha. Dalam masing-masing alam dari alam bermateri halus ini, umur kehidupan dikatakan sangat lama dan meningkat banyak dalam tiap-tiap alam yang lebih tinggi.
Alam ke tiga makhluk-makhluk adalah alam tanpa materi, di mana materi telah menjadi tidak ada dan hanya proses batin yang ada. Alam ini terdiri dari empat alam, yang merupakan padanan objektif dari empat pencapaian meditatif tanpa materi, yang disebut: landasan ruang tanpa batas, kesadaran tanpa batas, kekosongan, dan bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi. Umur kehidupan di alam ini berturut-turut adalah 20,000; 40,000; 60,000; dan 84,000 maha kappa.
Dalam kosmologi Buddhis kehidupan dalam setiap alam, sebagai produk dari kamma dengan kekuatan terbatas, adalah tidak kekal. Makhluk-makhluk mengalami kelahiran kembali sesuai dengan perbuatan mereka, mengalami akibat baik atau buruk, dan kemudian, ketika kamma penghasil telah menghabiskan kekuatannya, mereka meninggal dunia dan terlahir kembali di tampat lain seperti yang ditentukan oleh kamma lain lagi yang telah menemukan kesempatan untuk menjadi matang. Karenanya, siksaan neraka serta kebahagiaan surga, tidak peduli berapa lama hal itu berlangsung, pasti akan berlalu. Karena alasan ini Sang Buddha tidak menempatkan tujuan akhir dari ajaranNya di manapun di dalam alam yang terkondisi. Beliau membimbing mereka yang indria spiritualnya masih muda untuk bercita-cita mencapai kelahiran kembali di alam surga dan mengajarkan mereka aturan berperilaku yang mengarah pada pemenuhan cita-cita mereka. Tetapi bagi mereka yang indria-indrianya telah matang dan yang dapat menangkap sifat tidak memuaskan dari segala sesuatu yang terkondisi, Beliau mendorong usaha teguh untuk mengakhiri pengembaraan dalam sam?sa¯ra dan untuk mencapai Nibba¯na, yang melampaui segala alam kehidupan.
Dengan penjelasan ini diharapkan kita dapat memahami kelahiran kembali secara benar, karena pemahaman yang benar mengenai kelahiran kembali dalam Buddhisme sangat penting artinya bagi kemajuan spritual kita.
Sabbe satta bhavantu sukhitatta.
Semoga semua makhluk hidup berbahagia.