Dilema Permasalahan­ Ibadah Haji

Oleh: Ulfa.

Ibadah haji  merupakan salah satu dari lima rukun dalam agama Islam. Keempat rukun lainnya dapat dikerjakan oleh setiap muslim, namun untuk ibadah haji memiliki karakteristik tersendiri karena wajib dikerja­kan hanya untuk umat Muslim yang memiliki kemam­puan. Karena keistime­waan­nya inilah maka ada kebang­gan tersen­diri jika setiap manusia dapat me­nger­ja­kan ibadah haji.

Ibadah haji yang sesungguh­nya adalah karena panggilan hati dan tentunya untuk Allah. Dalam melaksanakannya membutuhkan modal materi yang cukup besar. Namun manusia dengan sifat dan karakteristik yang berbeda juga menanggapi ibadah ini dengan berbeda-beda pula. Terdapat dua tipe manusa dalam melaksanakan ibadah haji, yaitu tipe pertama orang yang menginginkan kemabruran haji hingga rela menabungkan uangnya berpuluh tahun demi impian besar tersebut. Biasanya orang yang seperti ini sudah mengetahui keutamaan dari ibadah haji sehingga rela untuk berperilaku demikian.

Menurut Alquran dan sunnah beberapa keutamaan haji yaitu merupakan ibadah yang amalan­nya paling afdhal, balasannya syurga jika tidak bercampur dosa, dapat mengha­puskan dosa-dosa, serta orang-orang yang mengerja­kan ibadah haji merupa­kan tamu Allah yang agung. Hal ini senada dengan firman Allah swt. “Ba­rang­siapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; menger­ja­kan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, Yaitu (bagi) orang yang sanggup Mengadakan per­jala­nan ke Baitullah.” (Q.S. Ali Imran: 97).

Dari beberapa keutamaan yang ibadah haji miliki, biasanya orang-orang yang berangkat haji dengan tipe pertama biasanya telah me­­naut­­kan hatinya kepada Allah swt. bahkan kebanyakan mereka me­ngi­nginkan meninggal di saat melaksanakan ibadah haji yang dikatakan juga sebagai mati syahid.

Tipe kedua adalah orang yang memiliki kecukupan berlebih dalam hal materi dan hampir dapat dipastikan dapat menjalani ibadah haji tiap tahunnya namun belum terpanggil hatinya. Hal ini terjadi kemungkinan karena niatnya yang salah misalnya ingin merasa di pandang oleh manusia lainnya. Fenomena ini keba­nyakan menim­pa artis Indonesia. Hampir sering sekali berangkat haji karena mereka merasa banyak dosa dan paham jika berdoa di tanah suci maka akan di ampuni. Mereka me­nganggap tidak masalah “jika berbuat dosa wong banyak uang.” Padahal sejatinya taubat adalah yang sebenar-benarnya taubat (taubat an-nasuha). Dalam Alquran dijelaskan “Hai orang-orang yang beriman, bertaubat­lah kepada Allah dengan tau­batan nasuhaa (taubat yang semur­ni-murninya).” (Q.S. At-Tahrim:8)

Haji adalah keluar dari egoisme menuju Rumah Allah yang luas, agar hamba dapat diterima sebagai tamu dan menerima jamuan Ilahi yang tersedia di dalam rumah-Nya. Transformasi spiritual se­orang pelaku haji haruslah tam­pak, seti­daknya, dalam niat­nya, cara berpi­kirnya, dan perha­tian hatinya terha­dap dimensi spiritual yang selama ini tak tersentuh. Setelah itu baru hasilnya bakal memancar ke seku­jur tu­buhnya dan perilaku kese­harian­nya, kelak saat ia selesai menu­naikan seluruh manasik haji.

Oleh karena itu, marilah kita jadikan bulan haji sebagai bulan perbaikan diri. Semoga kita yang belum Allah rezekikan untuk menu­naikannya akan dapat segera melaksanakannya. Untuk itu sebagai solusi, penulis akan mem­berikan beberapa amalan ajaib untuk kita lakukan yang pahalanya Allah setarakan dengan haji. Adapun beberapa amalan tersebut dapat menjadi salah satu alternatif untuk mempercepat Allah ijabah doa kita dalam menunaikan ibadah tersebut, yaitu sebagai berikut:

Keluar dari rumah menuju salat fardhu di masjid dalam kondisi sudah bersuci

Sesuai dari  Abu Umamah, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, "Barang siapa keluar dari rumahnya dalam keadaan suci untuk menunaikan shalat fardhu, pahalanya seperti pahala haji orang berihram." (Shahih: Shahih Abu Dawud, no 558)

Salat berjama'ah di masjid ke­mudian duduk berdzikir sampai terbit matahari lalu shalat 2 raka'at.

Hal ini sesuai hadis dari Anas bin Malik, Rasulullah saw. bersab­da, "Barangsiapa Shalat Subuh berjamaah lalu duduk berdzikir (mengingat) Allah sampai terbit matahari kemudian shalat 2 raka'at, maka baginya pahala seperti pahala haji dan umrah yang sempurna, sem­purna, sempurna." (Hasan: Shahih At-Tirmidzi, no. 480, 586; Shahih At-Targhib wa AT-Tarhib, no. 464; Ash-Shahihah, no. 3403) (Dishahihkan oleh Al-Albani).

Mempelajari atau menga­jarkan kebaikan di masjid serta melak­sanakan shalat fardhu berjama'ah

Hal ini sesuai hadis “Barang­siapa berangkat sore hari menuju masjid, ia tidak menginginkan kecuali mempelajari suatu kebai­kan atau mengajarkannya, maka ia mendapatkan pahala orang yang naik haji dengan haji yang sem­purna."(Hasan Shahih: Shahih At-Targhib wa AT-Tarhib no 82).

Salat Fardhu Berjamaah dan Dhuha di Masjid

Hal ini sesuai hadis “Dari Abu Umamah, Rasulullah s.a.w bersab­da," Barangsiapa berjalan menuju berjama'ah sholat wajib, maka dia seperti berhaji. Dan barang siapa berjalan menuju shalat tatha­wwu'(sunnah) maka dia seperti berumrah yang nafilah (istilah lain sunnah)." (Hasan: Shahih Al-Jami' no. 6556).

Perlu diingat, amal-amal ini tidak bisa menggugurkan kewaji­ban berhaji dan berumrah. Orang-orang yang telah menger­jakan ibadah ini juga wajib untuk berhaji. Sama pahalanya bukan berarti sama persis. Orang-orang yang melakukan ke-empat ibadah terse­but merupakan alat yang akan mempercepat tertunai­kannya ibadah haji mereka. InsyaAllah

Penulis merupakan Mahasiswa Sekolah Guru Indonesia yang saat ini berdomisili di Bogor.

()

Baca Juga

Rekomendasi