Gula Merah dari Pohon Kelapa Sawit

Oleh: Wardika Aryandi.

GULA merah merupakan salah satu produk olahan pertanian yang lazim di­gunakan masyarakat Indonesia, ter­utama sebagai pemanis ataupun bahan baku pembuatan kue dan kudapan. Secara umum, gula merah merupakan kon­sentrat padat, yang dihasilkan me­lalui proses pemanasan dan kara­meli­sasi cairan nira ataupun getah manis dari aren, kelapa, lontar (siwalan), mau­pun tebu.

Namun di Kabupaten Langkat, se­orang warga membuat gula merah ino­vasi baru, karena memanfaatkan bahan baku nira dari pohon kelapa sawit tua. Terbilang unik, mengingat tumbuhan de­ngan nama ilmiah "elais guinensiss jacq" dari keluarga "palmae" ini, biasa dimanfaatkan buahnya untuk diproses menjadi minyak goreng, margarin, biosolar, bahan baku kosmetik, dan produk turunan lainnya.

Adalah Pariman, pria kreatif asal Desa Suka Mulia, Kecamatan Secang­gang, Kabupaten Langkat, yang mampu "menyulap" nira kelapa sawit menjadi gula merah bernilai ekonomis tinggi. Bahkan pria 39 tahun itu, menjadikan gula merah dari kelapa sawit, sebagai produk andalan usaha keluarga, yang dikelola bersama sang kakak ipar, Samino (41).

Menurut Pariman, saat ditemui wartawan di kediamannya, Jumat (26/8), ide membuat gula merah berbahan baku nira kelapa sawit, didasarkan keprihatinan melihat banyaknya batang kelapa sawit tua, justru terbuang sebagai limbah. "Awalnya karena saya merasa sayang. Sebab banyak batang sawit tua dibiarkan terbuang, setelah tidak lagi menghasilkan buah," jelasnya.

"Dari situlah, saya mulai coba-coba mengumpulkan nira dari pucuk sawit, lalu memasaknya, hingga akhirnya menjadi gula merah siap jual," imbuh Pariman.

Menurut ayah tiga anak itu, proses pembuatan gula merah ber­bahan baku nira kelapa sawit, hampir sama seperti membuat gula merah berbahan baku nira aren, kelapa, lontar, maupun tebu. Hanya saja perbedaannya, terang Pari­man. Pembuatan gula merah dari nira kelapa sawit, justru memanfaatkan tanaman berusia di atas 15 tahun, yang sudah tidak lagi produktif berbuah.

"Sebenarnya bisa saja memanfaat­kan nira dari tanaman sawit muda. Tapi kualitas gula merah dan rasa manis yang dihasilkan, tentunya tidak sebaik olahan nira dari pohon sawit tua," tukas­nya. Selain itu, sangat tidak mungkin mengorbankan tanaman sawit muda hanya untuk diambil niranya saja. Pada­hal harga buah sawit cenderung lebih mahal dibandingkan gula merah.

Mengenai proses pembuatan gula merah dari kelapa sawit itu sendiri, lanjutnya. Mula-mula pohon kelapa sawit yang telah tumbang, dibelah ba­gian pucuknya. "Pada bagian pucuknya inilah, cairan getah layaknya air nira, akan menetes dengan sendirinya," ungkap Pariman.

Bahkan jika kondisi tanaman relatif baik, menurutnya, nira kelapa sawit bi­sa terus menetes hingga 30 hari, dan mam­­pu menghasilkan tiga liter nira da­­lam sehari. Dari situ, nira kelapa sa­­wit dikumpulkan ke dalam wadah, lalu disaring untuk menghilangkan kotor­­an, untuk kemudian dimasak dalam kuali besar.

"Ketika adonan mulai mengental dan berubah warna menjadi kecoklatan, maka giliran gula pasir dituangkan ke dalam kuali. Perbandingannya kurang lebih sepertiga dari bagian adonan," jelas Pariman.

Menurutnya, pemberian gula pasir bukan hanya untuk menambah rasa ma­nis, tetapi juga untuk mengikat adon­an. Sehingga saat adonan itu mengeras, gula merah tidak akan mudah hancur. "Setelah adonan mengental dan membentuk karamel, lantas kuali diang­kat dan didiamkan beberapa saat, sembari terus diaduk," ujar Pariman.

Begitu suhu mulai dingin, sambung­nya. Adonan kemudian dima­sukan secara perlahan ke dalam cetakan yang terbuat dari bambu, untuk selanjutnya dibiarkan membeku. "Jika seluruh adon­an tadi telah mengeras sempurna, tandanya gula merah dari kelapa sawit sudah bisa dikemas dan siap dipasar­kan," serunya.

Terkait pemasaran produknya itu, Samino mengaku, tidak mengalami kesulitan berarti, karena dirinya sudah memiliki sejumlah pelanggan tetap.

Dia juga yakin, gula merah buatan­nya itu sangat potensial untuk dikem­bangkan dan diproduksi dalam skala be­sar, mengingat terbukanya pangsa pa­sarnya, dan populasi kelapa sawit yang relatif besar, dibandingkan aren, kelapa, ataupun lontar. “Bagi saya, rasa gula merah dari sawit juga lebih enak dibandingkan gula merah lain. Selain lebih manis, aromanya juga lebih wangi,” ungkap Pariman, yang menga­ku menjual gula merah buatannya itu seharga Rp 15 ribu per kilogram. (wa)

()

Baca Juga

Rekomendasi