Cinta, Mangalua dan Konflik Huta

Oleh: Sarluhut Napitupulu

Novel berjudul Manga­lua (Kawin Lari) ditulis Idris Pa­saribu, wartawan senior di Me­dan, Sumatera Utara. Selain me­narik sebagai karya satra  juga sangat kuat dari sisi deskripsi. Latar cerita, Jogal anak Manga­raja Parhujinjang, Raja Huta Por­lak. Melarikan (mangaluaon) putri Si boru Anting na Rumon­dang, anak Raja Tumpak so Ha­ri­buan dari Huta Bariba.

Selain motif cinta,  Jogal mem­peristri Si boru Anting un­tuk menghapus perse­teruan ber­kepanjangan dua kampung (hu­ta) tersebut. Huta Porlak kam­pung­nya Jogal dan Huta Bariba kampungnya Si boru Anting. Dimana letak posisi kedua kam­pung tersebut persisnya masih su­lit ditebak. Apalagi semua pe­laku dalam novel tak bermarga. 

Tradisi kawin lari, merupa­kan tindakan melarikan seorang wanita tanpa izin. Bertujuan mem­peristri, baik dengan taktik, paksaan maupun ancaman, tak hanya dimonopoli Batak Toba. Rumpun Batak lainnya (Angko­la, Simalungun, Karo, Phakpak Dairi) juga punya tradisi tersebut. Masyarakat Angkola yang ber­mu­kim di daerah Tapanuli Se­la­tan yaitu Padang­sidimpuan, Sipirok, Batangtoru dan sekitar­nya. Tradisi mangalua disebut Mar­lojong. Marlojong ditempuh sebagai solusi terakhir. Umpa­manya ada hambatan seperti mempelai laki tak disukai calon mertua, atau kakak si lelaki be­lum menikah dan lain-lain.

Tradisi kawin lari, tak hanya di­monopoli masyarakat Batak. Di Bali, tradisi kawin lari terjadi karena tiga kondisi. Pertama, pa­sangan akan menikah tidak di­setujui oleh orang tua. Kedua, pasangan direstui oleh orang tua, tapi tidak direstui keluarga besar. Ketiga, pasangan direstui oleh orang tua, namun masyarakat se­tempat melarang pernikahan, karena dari kasta yang berbeda.

Pada masyarakat Hindu Bali, seorang perempuan yang lahir dari kasta Brahmana (Kasta di Bali sesuai tingkatan, (Brahma­na, Ksatriya, Waisya dan Su­dra). Tidak diperkenankan meni­kah dengan pria dari kasta yang lebih rendah. Jika hal ini terjadi, si wanita harus meninggalkan kastanya dan mengikuti kasta suaminya dengan cara Kawin Lari.

Pada Suku Sasak Lombok, ka­win lari (disebut Merarik) me­rupakan bagian dari prosesi per­nikahan yang harus dilalui. Me­nurut kearifan lokal di daerah tersebut, “mencuri” untuk meni­kah dianggap lebih kesatria di­ban­dingkan meminta langsung ke­pada orang tuanya.

Tentu, ada aturan yang harus ditepati saat ‘mencuri’ seorang ga­dis. Misalnya, gadis yang di­curi tidak boleh dibawa langsung ke rumah si laki-laki. Melainkan dititipkan ke rumah kerabat pi­hak laki-laki dan mekanisme se­terusnya.

Sebenarnya apakah baik dan bagus sebuah pernikahan yang tak direstui oleh orang tua dari kedua belah pihak? Sesuai fakta lapangan, salah satu kerugian dialami oleh pasangan Manga­lua dalam lingkup sosial berma­syarakat (Batak Toba) pada saat itu. Kini pasangan Mangalua jika tidak segera (atau berlama-la­ma) membayar adat (Mangada­ti). Segala prosesi adat yang ber­laku di komunitas adatnya tidak bisa mereka ikuti dan laksana­kan. Mereka juga tidak bisa me­laksanakan pesta adat perka­wi­nan putra atau putrinya sebagai­mana layaknya, sebelum mere­ka sendiri memba­yar adat (ma­nga­dati). Dengan kata lain, se­lama mereka belum membayar adat, kehidupan sosial kemasya­rakatan mereka tak diakui dan tak dilibatkan.

Latar cerita Novel Mangalua Si raja­batak (panggilan akrab Idris Pasaribu) seolah terinspi­rasi dari kisah tragedi cinta Ro­meo dan Juliet karya William Shakes­peare. Mengisahkan se­pasang mempelai muda saling jatuh cinta. Terhalang karena kedua keluarga mereka saling ber­musuhan. Novel Romeo dan Juliet merupakan salah satu ka­rya Sha­kespeare paling terkenal dan fenomenal. Merupakan sa­lah satu karyanya paling sering dipentaskan selain Hamlet dan Macbeth.

Latar cerita Romeo dan Juliet di Verona, Italia, diawali hebat­nya perselisihan antara dua ke­luarga. Keluarga Montaque dan keluarga Capulet. Lord Capulet memiliki seorang putri sangat cantik, yaitu Juliet. Romeo putra keluarga Montaque.

Pada pesta dansa Capulet, Ro­meo nekad datang ke pesta itu dan secara tidak sengaja ber­temu Juliet. Dari sinilah awal ki­sah cinta mereka. Setelah perte­muan di pesta dansa, mereka me­ngadakan pertemuan raha­sia,  sehingga kisah cinta mereka ber­lanjut.

Dengan bantuan seorang pen­deta, Romeo dan Juliet me­nikah secara diam-diam. Mere­ka berharap pernikahan mereka bisa menghapuskan dendam per­musuhan keluarga Montaque dan Capulet. Keluarga Juliet tak merestui. Tybalt, sepupu Juliet menantang Romeo berkelahi. Semula Romeo menolak karena Tybalt adalah iparnya. Dengan terpaksa Romeo meneri­ma ta­waran itu dan dalam perkela­hi­an, Romeo membunuh Tybalt. Akibatnya, sesuai hukum Ro­meo diusir dari Verona.

Di sisi lain, Juliet dipaksa ayahnya segera menikah de­ngan Count Paris dengan anca­man, jika menolak tak diakui se­bagai anak. Juliet bingung, lalu minta bantuan Pendeta. Si pen­deta menawarkan obat yang akan membuatnya seperti orang yang meninggal (tubuh dingin, tidak ada detak jantung, pucat) se­lama 42 jam. Saat bersamaan si pendeta mengirim pesan me­lalui kurir kepada Romeo agar menjemput Juliet jika sudah sa­dar dari “tewas”.

Pada malam sebelum perni­ka­h­an, Juliet meminum obat tersebut. Mengira sudah te­was, keluarga membaringkan Juliet di pemakaman keluarga. Kurir pembawa pesan tak berhasil me­nemui Romeo. Romeo justru dapat kabar Juliet meninggal.

De­ngan hati sangat sakit, Romeo membeli racun dari se­orang apo­teker, lalu pergi ke tem­pat Juliet dan meminum ra­cun. Ke­tika Juliet terbangun, dia terkejut melihat Romeo mati di­samping­nya. Juliet-pun bunuh di­ri. Kedua keluarga gempar me­ngetahui anak-anak mereka berakhir tragis.

Setelah mendengar kisah cin­ta mereka dari si Pendeta, akhirnya kedua keluarga setuju menghentikan permusuhan. Ar­tinya, pengorbanan nyawa Ro­meo dan Juliet berhasil membu­at kedua keluarga berda­mai.

Kisah cinta Si Jogal dalam Mangalua, tak berhasil meng­hen­tikan permusuhan dua huta ter­sebut. Padahal, pasca manga­lua, seluruh prosesi tahapan adat perkawinan, seperti manuruk-nuruk (mengakui kesa­lahan), tuhor (membayar adat). Pasu-pasu raja (pemberkatan nikah), dan prosesi adat lainnya, sudah terlaksana dengan baik. Sesuai kesepakatan kedua belah pihak. Mestinya tak ada masalah lagi. Mengapa sulit berdamai?

Rupanya, diam-diam Raja Tum­pak so Haribuan masih me­nyimpan dendam membara aki­bat putrinya dilarikan. Den­dam itu semakin membara manakala Si Bontar Mata  (Belanda) “me­rangkul” Raja Tumpak so Hari­buan. Mengang­katnya menjadi Nagari (Secara administratif lebih tinggi kekuasaannya diban­ding Raja Huta). Tak ayal, de­ngan bantuan tentara Belanda, Si boru Anting diculik kembali oleh pasukan Raja Tumpak so Haribuan. Jogal marah besar is­trinya diculik. Perang terbuka an­tara kedua huta itu pun pecah. Raja Huta Bariba yang berse­kutu dengan Belanda tewas da­lam peperangan itu.

Dalam Mangalua, kisah cinta Jogal dengan Si Boru Anting, ti­dak mampu membuka mata ke­dua Raja Huta yang berselisih untuk menghentikan permusuh­annya. Terus membara adalah api dendam kesumat. Beda de­ngan kisah cinta Romeo dan Ju­liet yang berakhir tragis dan dra­matis. Mereka berhasil meng­hentikan permusuhan dua keluarga itu. Kisah cinta Romeo dan Juliet, ditulis antara tahun 1591 hingga 1595. Sudah diketa­hui di seluruh dunia dan dipen­tas­kan pertama kali tahun 1597.

Hollywood telah berulang-ulang mem­buat film, drama mu­sikal dan opera untuk kisah roman kuno dengan latar belakang budaya Italia itu. Di Indonesia, kisah ini dipakai sebagai kajian dalam sastra romantis.

Bisakah kisah cinta si Jogal disamakan dengan kisah cinta Romeo dan Juliet? Apakah cinta suci harus dibawa mati? Apakah membuktikan cinta harus bunuh diri? Baikkah sebuah pernikahan tak direstui oleh orang tua? Bu­kankah lebih baik mendapat res­tu kedua orang tua?

Sangat sulit memang menja­wab perta­nya­­an-pertanyaan ter­sebut.  Apalagi sangat sulit untuk mendefenisikan cinta, walau se­mua orang tanpa kecuali pernah jatuh cinta. Sampai kini tak ada satupun orang yang dapat secara pasti menggambarkan cinta itu apa. Warnanya seperti apa, ben­tuk­nya seperti apa dan apa rasa cinta itu.  Cinta seringkali mem­bu­at orang bertindak bodoh, ce­roboh, bahkan kelewat batas.

Penulis besar Shakespeare meng­gam­barkan makna cinta dan besarnya cinta yang meng­ubah diri seseorang dalam ka­rya­nya Romeo dan Juliet. Kisah cinta Romeo dan Juliet harus ber­akhir tragis dan ini adalah ce­rita cinta yang paling tragis. Pernah terekam dalam sebuah karya satra. Kuatnya cinta yang tragis dan dramatis, mampu membuka mata kedua keluarga untuk berdamai. Cinta mereka menjadi sebuah kekuatan yang dapat membawa kedamaian (peace) bagi dua keluarga yang hidup dalam permusuhan. Mung­kin kisah Romeo dan Juliet adalah kisah fiksi, namun bukan berarti tidak ada yang pernah me­ngalami.

Ddalam Mangalua, Idris Pa­saribu, menggambarkan kisah cinta Jogal dan Si Boru Anting berjalan secara alami. Walau ada muatan motif agar perseli­sihan kedua huta bisa hilang. Walau kisah cinta Jogal tak se­indah dan sedramatis kisah cinta Romeo dan Juliet. Pastinya, cin­talah yang membuat Jogal dan Si Boru Anting bertahan meng­hadapi segala rintangan yang ter­jadi.

Memang, tidak ada cinta sem­purna di dunia ini, walaupun kehidupan di dunia ini akan selalu dihiasi dengan cinta. Ada banyak sekali jenis cinta yang akan lewat di hadapan kita. Kita tidak bisa memilih. Karena cinta itu bukan pilihan. Cinta akan ber­jalan secara alami dan akan te­tap terasa indah apapun yang terjadi.

Mengapa terjadi perang antar huta di tanah batak, tidak dijelas­kan secara sepintas dalam Ma­ngalua. Berbagai sumber me­nya­takan perang antar huta di ta­nah Batak terjadi karena setiap huta yang masyarakatnya masih menganut keper­cayaan lama. Ingin memperluas wilayah­nya sekaligus menun­jukkan kekuat­annya. Kemudian, dampak per­se­baran marga-marga, selalu ter­jadi sengketa soal tanah. Wa­risan, barang pusaka dan lain la­in, sehingga masalah terus ber­larut-larut sampai kepada ketu­ru­nannya masing-masing.

Barulah setelah masuknya agama Kristen di tanah Batak -walau pun sampai kini masih ada penganut agama Batak Parma­lim- perang antar huta ini sema­kin jarang terjadi. Hal ini tidak ter­lepas dari usaha-usaha para mis­sionaris untuk memajukan ma­syarakat dan mengubah cara berfikir melalui pendidikan di­tambah ajaran agama Kristen yang menganjurkan agar setiap umat saling mengasihi.

Penulis: Mantan wartawan TEMPO

()

Baca Juga

Rekomendasi