SIFAT jujur dan amanah merupakan hal penting dalam segala aspek kehidupan. Misalnya dalam kehidupan berumah tangga, perniagaan, dan dalam hubungan yang lebih luas lagi yakni kehidupan bermasyarakat. Jujur dalam amal perbuatan adalah adanya kesesuaian apa yang tampak di luar tubuh dengan konsep yang ada di dalam jiwa. Dalam kehidupan berumah tangga, kejujuran harus dilakukan oleh seluruh anggota keluarga agar supaya bisa meraih rasa tenteram dan bahagia sesuai dengan yang diharapkan.
Demikian halnya dalam dunia perdagangan dan perniagaan, kejujuran adalah hal yang tidak boleh diabaikan. Penjual atau pembeli harus sama-sama memperoleh keuntungan yang bermanfaat bagi kelompoknya masing-masing. Perdagangan yang tidak diiringi dengan sifat jujur, pasti akan menimbulkan berbagai kasus penipuan dengan jalan, misalnya, memalsukan barang-barang, mengurangi timbangan atau takaran, dan lain sebagainya. Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara juga memerlukan kejujuran dari semua pihak. Seandainya tidak ada kejujuran, maka akan menyebabkan keguncangan dan kekacauan di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat atau kehidupan berbangsa tersebut (hal 15-17).
Sikap jujur akan menjadikan pelakunya terhormat di mata sesama manusia, terlebih di hadapan Allah Swt. Kejujuran akan mengantarkan seseorang meraih cinta kasih dan keridhaan dari-Nya. Dan sebaliknya, kebohongan adalah termasuk kejahatan tiada tara yang menjadi penyebab terkuat seseorang melakukan berbagai aksi kemungkaran atau kemaksiatan yang akan menjerumuskannya ke dalam neraka.
Terkait hal ini, Rasulullah Saw. pernah bersabda, “Berlaku jujurlah kalian, sebab jujur mengarahkan kita pada kebaikan, dan kebaikan mengantar kita ke surga. Tiada henti-hentinya seseorang berbuat jujur hingga dicatat di sisi Allah sebagai seorang ahli kejujuran. Hindarilah olehmu sifat dusta sebab dusta mengajak kita pada kekejian, dan kekejian mengantar kita ke neraka. Tiada henti-hentinya seseorang melakukan kedustaan hingga dicatat di sisi Allah sebagai pendusta” (hal 19).
Rasulullah Saw. adalah sosok yang tidak pernah berdusta kepada siapa pun, baik pihak teman maupun lawan. Di segala lika-liku kehidupannya, beliau sangat teguh memegang janji dan amanah yang telah dititipkan kepadanya. Tidak satu pun janji yang pernah dilanggar dan tidak disempurnakannya. Ketika musuh-musuhnya telah beberapa kali melanggar perjanjian dalam urusan peperangan, beliau tetap menepati semua isi perjanjian tersebut hingga habis masa berlakunya (hal 39).
Sifat jujur Rasulullah sangat diakui oleh setiap orang pada masa itu. Baik oleh sesama muslim maupun non muslim. Abdullah Ibn Salam adalah seorang keturunan Yahudi yang bermukim di Madinah. Dia pernah berkata, “Ketika Rasulullah Saw. memasuki Kota Madinah Al-Munawarah, aku mengamati wajahnya dengan sungguh-sungguh, dan setelah itu aku langsung mengucapkan syahadat. Aku bersaksi, Tiada tuhan kecuali Allah, dan Muhammad adalah Rasul Allah”. Lantas, orang-orang Yahudi bertanya kepada Abdullah, “Apa yang mendorongmu menyatakan keislamanmu itu, wahai Ibn Salam?” Kemudian, Abdullah Ibn Salam pun menjawab, “Demi Allah yang tiada tuhan kecuali Dia, sungguh wajah itu bukan wajah seorang pendusta” (hal 131-132).
Melalui buku ini, kita akan mengetahui lebih jauh tentang sikap jujur dan amanah yang dimiliki oleh Nabi Muhammad Saw. yang seharusnya dijadikan teladan oleh setiap orang di berbagai penjuru dunia ini. Menariknya, di dalam buku ini juga dilengkapi kisah-kisah inspiratif tentang para sahabat dan orang-orang yang selalu berpegang teguh pada kejujuran, antikorupsi, kolusi, dan nepotisme.
Peresensi: Sam Edy Yuswanto, penulis lepas bermukim di Kebumen.