Oleh: M. Sahbainy Nasution
Bagi para pendaki gunung, nama Kerinci sudah tak asing lagi terdengar di telinga. Gunung yang berada di Desa Kersik Tuo, Kecamatan kayu Aro, Kabupaten Kerinci, Jambi ini menjadi gunung favorit para pendaki Indonesia. Pasalnya, gunung ini merupakan puncak gunung berapi tertinggi atau puncak kedua tertinggi di Indonesia, setelah Cartensz Pyramid Papua.
GUNUNG Kerinci memiliki ketinggi 3.805 MDPL. Kerinci merupakan gunung yang juga tergolong seven summit atau tujuh puncak Indonesia. Gunung ini sering dikunjungi oleh para pendaki baik kalangan mahasiswa, umum, para pejabat tinggi bahkan pendaki negara lain. Paling dikenang sampai saat ini, Presiden Indonesia, Jokowidodo sempat menapakan kakinya saat menjadi mahasiswa.
Bagi warga yang tinggal di Kota Medan maupun Sumatera Utara (Sumut), untuk ke gunung yang berjuluk Puncuk Indrapura ini ada dua alternatif transportasi yakni, naik pesawat maupun bus. Namun, tujuannya tetap sama yakni ke Kota Padang. Sebab, Gunung Kerinci lebih berdekatan dengan area Sumatera Barat (Sumbar) daripada Kota Jambi. Jika naik pesawat, para pendaki hanya memakan waktu satu jam lebih. Namun, untuk naik bus bisa memakan waktu sekitar 36 jam lamanya sampai ke Padang.
Setelah sampai Kota Padang, para pendaki harus memakai jasa travel swasta untuk ke Desa Kersik Tuo. Para pendaki bisa naik bus bertipe elf atau mini bus. Tarif untuk ke desa tersebut berkisar Rp140 ribu sampai Rp170 ribu perorang. Jarak tempun normal naik travel tersebut sekitar 8 jam lamanya. Sesampai Desa Kersik Tuo, para pendaki biasanya sudah diantarkan oleh pihak travel ke penginapan.
Sampai saat ini, penginapan belum ada bertaraf kelas hotel. Bagi para pendaki yang memiliki budget cukup banyak bisa menginap di homestay. Sementara, untuk budget minim bisa tinggal di basecamp yang telah disiapkan oleh masyarakat. Sebab, harga homestay dan basecamp terpaut jauh. Jika di basecamp para penyedia tak mematok harga atau seikhlasnya. Sedangkan di homestay mencapai Rp50 ribu sampai Rp100 ribu permalamnya.
Biasanya, para pendaki yang sudah ada timnya akan ditawarkan oleh para penyedia jasa penginapan untuk porter atau pemanduGunung Kerinci. Harga pemandu gunung pun relatif beragam dari Rp200 ribu sampai Rp300 ribu pertim permalamnya. Jangan khawatir, pemadu di Gunung Kerinci sudah lebih cukup profesional. Karena mereka telah mengetahui jalur Gunug Kerinci.
Istirahat di Shelter I
Sebelum para pendaki melakukan pendakian ke Gunung Kerinci, terlebih dahulu kita harus naik mobil bertipe pick up. Transportasi ini sengaja disiapkan oleh masyarakat untuk mengantarkan kita ke pintu rimba. Tarif yang dipatok oleh masyarakat berkisar Rp20 ribu perorangnya. Perjalanan di tempuh sekitar 20 menit lamanya. Walaupun mobil terbuka, para pendaki tak akan bosan untuk naik trasportasi ini. Pasalnya, seluas mata memandang kita disuguhi dengan kebun teh Kayu Aro yang cukup luas.
Kebun teh ini digadang-gadang salah satu terluas di dunia. Sebab, luasnyanya mencapai 3020 ha. Dulunya, kebun teh ini dibuat oleh perusahaan Belanda pada tahun 1925. Kemudian kebun teh ini dimiliki oleh PTPN VI. Kualitas teh di kebun ini tak diragukan lagi, pasalnya kualitas nomor satunya tak ada diperjual belikan di Indonesia. Sebab, semuanya di ekspor ke berbagai negara. Bahkan, masyarakat menyebutkan teh kualitas terbaik itu juga dikonsumsi oleh Ratu Elisabeth Inggris dan pejabat tinggi lainnya.
Puas mata ini memandang kebuh teh itu, tak lama para pendaki diantarkan ke pos pendakian. Para pendaki akan melakukan pendaftaran di pos ini, gunanya untuk lebih mudah terpatau. Bahkan, tim pos pendaki tersebut meminta nomor handphone kita untuk memudahkan komunikasi. Hal ini terkait status Gunung Kerinci sering berubah-bauh, oleh karena itu untuk mengantisipasi hal yang tak diinginkan.
Setelah melakukan pendaftaran, para pendaki langsung menuju hutan rimba. Di pintu inilah mental dan fisik para pendaki dipertaruhkan. Jika malamnya hujan, jalur pendakian pun semakin berat saja. Sebelum melakukan pendakian, hal yang paling mendasar yakni pengecekan pada perlengkapan yang kita bawa. Perlengkapan mendaki yang memadai, akan memudahkan para pendaki untuk sampai ke puncak dan memperkecil resiko yang dihadapi.
Dari hutan rimba ini, para pendaki disuguhkan pemadang hutan lebat. Tak jarang, suara burung, monyet dan hewan lainnya sering terdengar. Perjalanan ini bisa dikatakan cukup mengaksikkan, karena area hutan yang lembat akan membantu para pendaki tak mudah kehausan. Sekitar satu jam lamanya, biasanya para pendaki sampai ke Pos 1. Pos ini biasanya untuk istirahat sejenak para pendaki setelah berjalan.
Cukup 10 menit saja, kita harus berjalan menuju ke Pos 2. Perjalanan ditempuh sekitar satu sampai dua jam lamanya. Sama seperti Pos 1, tak usah berlama-lama karena harus dilanjutkan untuk ke Pos 3. Menuju ke Pos 3, perjalanan mulai menanjak. Area hutan semakin lembab ini cukup terasa ditubuh. Biasanya, di Pos 3, para pendaki akan beristirahat lama. Pasalnya, para pendaki ada yang memasak maupun sekedar makan siang. Karena ramai itu, para pendaki akan terlupakan dengan letih yang dihadapinya sebelumnya.
Bagaimana tidak, tawa canda akan terpancarkan di tempat ini. Berbagai pendaki yang berbeda daerah akan berkumpul, bahkan ada yang dari luar negeri seperti Malaysia, Singapura, sampai orang Eropa. Sesampi Shelter I, ada dua pilihan mau lanjut ke Shelter II atau mendirikan tenda. Namun, saran penulis sebaiknya mendirikan tenda saja karena akan lebih menguras tenaga untuk ke Shelter II. Selain itu, luas area untuk berkemah cukup banyak daripada di Shelter I. Sangat cocok untuk beristirahat untuk menambah tenaga.
Pacu Semangat di Tugu Yudha
Jika para pendaki berkemah di Shelter I, batas istirahat sampai pukul 02.00 wib. Sebab, perjalanan untuk sampai ke puncak Kerinci masih jauh. Udara yang diingin karena masih malam hari, menambah fisik semakin menurun. Perlu asupan makanan yang berprotein tinggi untuk melanjutkan perjalanan. Itu makananya, penulis menyarankan istirahat di Shelter I lebih baik daripada memaksakan untuk melakukan perjalanan.
Perjalanan ke Shelter II, bisa dikatakan cukup panjang dari sebelumnya. Tanah semakin becek ditambah genangan air akan mempersulit perjananan. Jarak tempuh ke Shelter II ini bisa memakan waktu lima atau enam jam lamanya. Setelah sampai, sebaiknya para pendaki lebih baik istirahat untuk menambah tenaga sejenak. Sebab, perjalanan menuju ke Shelter III jauh lebih berat dari sebelumnya. Walaupun, jalur pendakian lebih pendek dibandingkan ke Shelter II.
Setelah cukup istirahat, dilanjutkan ke Shelter III. Tak ada bonus jalur di area ini, semua perjalanan akan menanjak. Tak sedikit, kita akan memanjat akar-akar tumbuhan perduan tersebut. Disarankan pendaki harus berhati-hati di jalur ini, jika tak ingin tergelincir. Apalagi, jalur ini bisa dikatakan paling berat untuk ke puncak. Disiplin untuk mendaki sangat diperlukanan di jalur ini.
Sampai di Shelter III, agar tak memakan waktu banyak sebaiknya dilanjutkan menuju Tugu Yudha. Tugu ini memakan waktu sekitar tiga jam lamanya. Sebelumnya, kita merasakan hutan di jalur pendakian. Namun, menuju Tugu Yudha akan berganti dengan berbatuan. Hati-hati buat para pendaki, sebab batu yang ada di gunung ini sering labil. Bisa fatal jika pendaki tak sering melihat ke atas.
Menuju ke Tugu Yudha, fisik para pendaki biasanya mulai habis. Apalagi, para pendaki tersebut tergolong pemula. Rasa letih maupun menyerah pasti terpikirkan. Disinilah dibutukan pemandu tim untuk memberikan semangat oleh temannya. Sesekalai para pendaki yang sudah turun pun akan memberikan semangat oleh para pendaki yang menuju ke puncak. “Ayo semangat, puncak ngak jauh lagi kok. Jangan mudah menyerah,”ucap para pendaki yang saat turun tersebut.
Sesampai di Tugu Yudha, hanya semangat dirilah yang bisa membawa kita sampai puncak Kerinci. Sebaiknya istirahat sejenak, sesekai jika cuacanya bagus akan melihat para pendaki yang telah sampai puncak. Pasti, kita akan termotivasi untuk sampai ke puncak yang kita harapkan. Perjalanan ke puncak dari Tugu Yudha memakan waktu sekitar tiga puluh menit lamanya. Fisik yang mulai habis ini akan terbayar sampai ke puncak.
Tak sedikit para pendaki mengucapkan puji syukur kepada Tuhan YME sampai ke puncak. Rasa letih maupun menyerah akan terbayar sampai ke puncak gunung berapi tertinggi di Indonesia ini. Pemandangan Kota Jambi, Sumbar, Bukit Barisan, laut dan lainnya akan terlihat jelas. Para pendaki pun tak akan meninggalkan momen untuk mengabadikan pemandangan atau timnya di atas puncak tersebut. Sampai, para pendaki Indonesia menyembutkan jangan mengaku pendaki Indonesia jika tak ke puncak Gunung Kerinci.
Bersantai di Danau Tertinggi Asia
Setelah selesai melakukan pendakian Gunung Kerinci, biasanya para pendaki keesokan harinya akan melanjutkan ke Gunung Tujuh. Gunung Tujuh berada di Desa Pelompek, Kecamatan Kayu Aro. Gunung ini memiliki ketinggian 2.735 MDPL, dengan luas area 960 Ha, panjang 4,5 Km dan lebar 3 Km. Gunung ini masih termasuk dalam wilayah Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) yang merupakan situs warisan Dunia UNESCO.
Untuk ke Gunung Tujuh, jarak tempuh dari Desa Kersik Tuo dibutuhkan waktu sekitar dua jam lamanya. Sesampai di kaki gunung tersebut, untuk ke puncak hanya memakan waktu tiga sampai empat jam saja. Jalur pun tak begitu berat. Kenapa dikatakan Gunung Tujuh? Gunung Tujuh adalah gunung yang memiliki puncak tujuh. Puncak ini pun diberi nama yakni Gunung Hulu Tebo, Gunung Hulu Sangir, Gunung Madura Besi, Gunung Lumut, Gunung Selasih, Gunung Jar Panggang dan Gunung Tujuh.
Hamparan Danau Gunung Tujuh sangat tenang dan indah. Tak jarang, banyak para pendaki akan melakukan kemah di tempat ini. Sebab, danau ini sering memberikan ketenangan dengan agin yang sepoi-sepoi dari danau. Di danau ini pun kita diperbolehkan untuk mandi ataupun sekedar merasakan air yang cukup jernih. Untuk itu, danau ini sangat cocok bersantai setelah para pendaki merasa letih saat ke Gunung Kerinci.
Di gunung ini kita dapat berputar-putar di danau dengan memakai sampan kayu. Sampan ini disedikan oleh seorang nelayan bernama Sarin (58). Muatan sampan bisa mencapai 15 orang, untuk memutar danau tersebut. Untuk keliling danau, dipatok dengan harga Rp10 ribu perorangnya. Kita sudah merasakan indahnya Danau Gunung Tujunh yang sempat digadang-gadang menjadi sevent wonders untuk mewakili Indonesia.
Jika para pendaki berkemah di sini, masih diperbolehkan untuk memancing ikan untuk dikonsumsi atau sekedar melepaskan hobi untuk memancing. Namun, tidak dibenarkan oleh pihak pos Danau Gunung Kerinci yakni memburu binatang yang ada di area ini. Jika melanggar akan terkena sanksi. Bahkan mistisnya, berburu di tempat ini bisa mengakibatkan hal yang tak diinginkan. Selain itu, penulis berharap dapat menjaga kebersihan lingkungan area danau ini, dan tidak menebang pohon. ***
Penulis adalah alumnus Fakultas Ekonomi UMSU.