Medan, (Analisa). Masyarakat Kota Medan, khususnya yang bermukim di Jalan Setiabudi, Kecamatan Medan Selayang, Senin (12/9) sekitar pukul 20.10 WIB dikejutkan dengan fenomena turunnya hujan es.
Hujan deras disertai angin kencang pada malam itu, tak disangka ternyata disertai dengan butiran-butiran es sebesar kelereng. Fenomena yang jarang terjadi di Medan ini sontak menarik perhatian masyarakat setempat.
Namun, fenomena langka alam itu tidak berlangsung lama. Hanya dalam beberapa menit hujan kembali normal. Air hujan turun tanpa disertai es lagi.
Pada malam sama, fenomena hujan es juga dirasakan masyarakat Dusun VIII, Jalan Asahan, Desa Medan Krio, Kecamatan Sunggal, Deli Serdang.
Pengamatan Analisa, hujan es tersebut terjadi setelah hujan deras disertai angin cukup kencang yang sebelumnya turun, sempat berhenti. Tak lama, hujan dalam skala kecil kembali turun.
Namun, tak berselang lama, terdengar suara gaduh, seperti butiran batu kecil-kecil yang jatuh di atas seng. Seorang warga penasaran karena mengira ada orang iseng yang melempari orangnya.
Saat dia keluar, sebagian warga di tempat sama terlihat seperti mengutip sesuatu dari badan jalan. Ternyata, mereka mengutip butiran hujan es yang umumnya seukuran satu hingga satu setengah kali kapsul pada umumnya.
Hujan es di daerah ini juga tidak berlangsung lama. Hanya sekitar lima menit. Setelahnya, air hujan kembali normal.
Terlalu Dingin
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Medan, Beni Siregar, mengungkapkan kronologi turunnya hujan es. “Hujan es turun di wilayah jalan lingkar (ring road) dan Jalan Setiabudi. Fenomena alam itu hanya berlangsung sekitar 10 menit.
Menurut informasi, butiran es yang jatuh bersama hujan berukuran seperti kelereng dan butiran jagung dan terasa asin.
Sementara, Prakirawan Badan Meteorologi, Kilmatologi, dan Geofisika (BMKG) Wilayah I Medan, Lestari Irene Purba, ketika ditanyai soal fenomena tersebut menjelaskan, hujan es terjadi akibat suhu di lapisan atmosfer terlalu dingin sehingga air hujan menjadi gumpalan es.
Hujan es bisa saja terjadi karena adanya transisi musim. Apalagi, beberapa hari belakangan cuaca panas pada siang hari dan hujan deras pada malam hari.
“Itu menyebabkan awan cumolonimbus yang sedang aktif atau matang mencapai lapisan atmosfer yang bersuhu dingin, kemudian turun ke Bumi bersama butiran air hujan yang cukup keras. Jarak antara awan dengan permukaan tanah adalah rendah sehingga semua es yang jatuh itu tak mencair sehingga terjadi hujan es.
“Adanya awan penyebab hujan es karena proses pemanasan yang cukup tinggi sehingga suplai uap air naik-turun. Dari benturan itulah membentuk kristal seperti es,” terangnya. (amad/tiwi/gas)