Ada 4 hal yang manusia tidak mengetahui keberadaannya yaitu rezeki, jodoh, pertemuan dan maut. Oleh karena itu sangat wajar jikia sepanjang manusia diberi kehidupan ia selalu berusaha melakukan eksperimen-eksperimen mengenai hal ini, tetapi ‘mereka’ terbentur dengan ‘ketidaksanggupan’ karena tidak adanya ilmu yang dimiliki.
Salah satu masalah yang ramai diperbincangkan adalah misteri kematian. Hal ini dikarenakan kematian tidak dapat diduga, kapan dan di mana serta bersama siapa saat ia datang, maka wajar jika kematian merupakan misteri yang tidak terungkap oleh siapa saja. Tidak ada yang sanggup mengubah kematian dengan alasan apapun, karena kematian datang sesuai dengan ‘janji’ yang diberikan Allah kepada setiap makhluk-Nya.
“Orang-orang yang mengatakan kepada saudara-saudaranya dan mereka tidak turut pergi berperang: "Sekiranya mereka mengikuti kita, tentulah mereka tidak terbunuh". Katakanlah: "Tolaklah kematian itu dari dirimu, jika kamu orang-orang yang benar." (QS Al-Imran: 168)
Ayat ini menjelaskan, bukan karena pergi berperang orang akan mati, tetapi karena memang takdirnya sudah sampai di manapun ia akan menemui kematian tersebut, kebetulan memang pada saat ia berperang. Tetapi harus digarisbawahi, orang yang tidak pergi berperang juga akan mati jika memang ajalnya sudah sampai.
Jadi memang tidak ada yang mampu menolak datangnya kematian. Ia akan datang dengan sendirinya lewat ‘tangan’ Malaikat Izrail yang diperintahkan Allah.
Coba renungkan syair dari lagu selimut putih ini:
Bila Izrail/Datang memanggil/Jasad terbujur di pembaringan/Seluruh tubuh akan menggigil/Seluruh badan kan kedinginan/Tiada lagi gunanya harta/kawan karib sanak saudara/...
Nyanyian ini memang mengisahkan sebuah panggilan kematian kepada anak cucu Adam, yang diawali dengan bait: Bila Izrail. Izrail Nama malaikat yang bertugas untuk mencabut nyawa manusia.
Para Nabi mungkin tidak gentar ketika malaikat Jibril mendatangi mereka, tetapi bila Izrail datang jangankan umat manusia, Nabipun akan merasa gentar, karena ia datang bukan untuk bersilaturahmi tetapi untuk mencabut nyawa para makhluk Allah.
Lalu kenapa Malaikat Izrail yang mendapat tugas untuk ‘mencabut’ nyawa manusia? Dalam suatu riwayat, Allah mengutus Jibril as agar membawa sepenggal tanah kepada-Nya, namun tanah itu malah meminta perlindungan dari Allah, maka ia pun melindunginya (Jibril tidak jadi mengambilnya). Allah lalu mengutus Mika’il, namun tanah itu juga meminta perlindungan dan ia pun melindunginya. Kemudian Dia mengutus Izrail, dan lagi-lagi tanah itu meminta perlindungan, namun ia tidak melindunginya dan terus saja mengambil segenggam tanah darinya.
Allah SWT bertanya, menegur,”Bukankah ia meminta perlindungan pada-Ku dari dirimu ?”
Izrail menjawab, “Ya”
Allah SWT menimpal, “Lalu mengapa tak kau kasihani ia sebagaimana yang dilakukan dua sahabatmu Jibril dan Mikail ?”
Izrail lalu menjawab, “Tuhan, ketaatan kepada-Mu lebih wajib bagiku daripada belas kasih-Mu kepadanya.”
Allah pun berfirman, “Pergilah, kamu Aku angkat sebagai malaikat maut. Aku kuasakan kepadamu untuk mencabut nyawa mereka.”
Izrail spontan menangis
Allah SWT lantas bertanya, “Apa gerangan membuatmu menangis ?’
Malaikat maut tersebut menjawab, “Tuhan Engkau telah menciptakan dari kalangan makhluk (yang berasal dari tanah liat ini) para Nabi, manusia-manusia pilihan, dan para rasul utusan. Engkaupun tidak menciptakan makhluk yang lebih membenci kematian daripada mereka. Jadi, jika mereka mengenaliku, tentu mereka akan membenci dan mencaci-maki aku.”
Allah SWT lalu menghibur malaikat Izrail, “Baiklah, akan Aku buat penyebab-penyebab kematian sehingga mereka pun akan menisbatkan kematian padanya dan mereka tidak akan menyebutmu besertanya.
Sejak itu diciptakan-Nya lapar dan seluruh penyebab kematian lainnya. (dikutip dari Abdul Aziz Asy-Syinawi, Malaikat Maut dan Para Nabi).
Kisah ini membuka mata kita bahwa musibah yang dialami apakah itu longsor, gempa, angin puting beliung, jatuhnya pesawat terbang, tabrakan dan sebagainya adalah alat atau penyebab dari sebuah kematian. Namun bukan alat tersebut yang membuat seseorang mati, tetapi karena memang batas usianya ditakdirkan Allah SWT sudah sampai, dan tidak ada manusia yang bisa mengetahui batas usianya tersebut, atau datangnya kematian itu. Tetapi jika kematian sudah berada di depan mata kita, apapun tidak sanggup menghalanginya walaupun kita berada di benteng yang kokoh sekalipun.
“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan: "Ini adalah dari sisi Allah", dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: "Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)". Katakanlah: "Semuanya (datang) dari sisi Allah". Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikitpun?” (QS An-Nisaa’ : 78)
Jadi kalau ada peristiwa jatuhnya pesawat terbang seperti peristiwa naas kemarin kita takut untuk naik kapal terbang selamanya. Tidak perlu takut, kalau memang sudah ajal kita jangankan menumpang pesawat terbang jalan di pinggir jalan saja kita bisa tertabrak walaupun sudah ekstra hati-hati, tetapi karena ajalnya ditabrak, ya ajal kita ditabrak sesuai dengan ketentuan Allah.
Oleh karena itu, kematian adalah misteri yang tidak mampu diungkap oleh ilmu apapun, tetapi yakinlah kita, jika kita adalah orang-orang yang dikasihi Allah, kematian lebih berharga daripada kehidupan, karena dengan kematian kita dapat ‘berjumpa’ dengan Allah. Namun jika kita orang-orang yang ingkar, maka kematian adalah jalan yang sangat dibenci karena ia akan membawa mereka kepada neraka Allah.
Semoga tulisan ini menjadi i’tibar bagi kita yang masih hidup, wallahu ‘alam bissawab