Medan, (Analisa). Berpikir lateral atau di luar kebiasaan penting dimiliki individu saat ini. Dengan berpikir lateral, otak akan mudah menemukan cara-cara inovatif menyelesaikan permasalahan.
Untuk aplikasi di dunia kerja, misalnya. Beragam persoalan dan kompetisi bisnis yang semakin sengit, mendesak manajemen mampu berpikir lateral. Jika tidak, maka akan tertinggal.
“Berpikir lateral membuat individu tidak mudah stres dan mampu melihat peluang di setiap persoalan,” ungkap Muhammad Khairil, Direktur salah satu pusat pelatihan kepemimpinan, pada acara customer gathering salah satu perusahaan penyedia jasa telekomunikasi, Kamis (15/9).
Konsep berpikir semacam ini bisa ditempuh dengan empat tahap. Pertama, memilih fokus isu. Kedua, mengambil salah satu urutan logis dari masalah tersebut. Berikutnya, merancang alternatif ide-ide solusi. Terakhir, menghubungkan solusi yang paling sesuai dengan langkah pertama. Dan orang-orang yang mampu berpikir lateral adalah mereka yang menikmati kebebasan berpikir.
Merujuk pada kebijakan manajemen, ini bisa ditempuh dengan memberlakukan aturan menyisihkan 20 persen waktu kerja untuk karyawan berdedikasi mencari pasion (minat positif) merek, seperti yang diberlakukan perusahaan kenamaan Google. Dengan memiliki minat ide segar, karyawan dapat lebih termotivasi berpikir lateral dan menjadi inovatif. Kemudian, mengujikan ide tersebut. Hindari takut terhadap hal-hal baru. Jika gagal, segeralah move on atau berdamai dengan diri sendiri.
Executive Vice President perusahaan penyelenggara acara ini, Stanislaus Susatyo menyetujui pentingnya konsep berpikir yang dikatakan Khairil. Menurutnya, ini sesuai untuk mengikuti pergerakan zaman yang serba digital sekarang.
Lebih jauh, Ketua YLKI Sumut Abu Bakar Siddiq mengatakan berpikir lateral bisa mencegah kemunduran strategi bisnis. Salah satu dampak kemunduran strategi bisnis yang ia risaukan adalah menjual kepemilikan beberapa perusahaan Indonesia ke tangan asing.
“Saya kecewa langkah tersebut diambil (menjual perusahaan Indonesia). Jika kita inovatif, hal terebut harusnya tidak akan terjadi,” ungkapnya. (anty)