Medan, (Analisa). Tiga siswa SMA Sutomo tergabung pada tim Sutomo 1 INVOKER berhasil menjadi juara I pada Indonesian Robotic Olympiad (IRO) di Surabaya awal September 2016.
Demikian disampaikan Kepala SMA Sutomo 1, Ir Khoe Tjok Tjin didampingi ketiga siswa yang membawa harum nama Sutomo, Kevin Putra, Fernando Rusli dan Steven kepada Analisa di Yayasan Perguruan Sutomo 1 Medan, Jalan Kolonel Martinus Lubis Medan, baru-baru ini.
Tim Sutomo berhasil mengalah tim-tim lain seperti Garuda Kencana dari Bali, REC PB 02S (Jakarta), AEA Robot (Bandung), Sampoerna Discoverer (Medan), REC PB 01S (Jakarta) dan CYBORG LIFE (Surabaya). Nilai yang diraih mencapai 300, sementara lawan-laannya hanya meraih 240 bahkan ada yang 70.
Khoe Tjok Tjin mengapresiasi prestasi anak didiknya yang meraih juara I IRO di Surabaya. Prestasi tidak terlepas dari pembinaan yang dilakukan sekolah. Bahkan, setelah dilakukan perombakan manajemen, ekskul Robotik SMA Sutomo 1 Medan melejit dengan meraih prestasi nasional dua tahun berturut-turut sejak 2015 dan 2016.
Menurutnya, ekskul Robotik sangat diminati anak-anak dan yang mengikuti mencapai dua kelas terdiri dari kelas dasar dan lanjutan. Ke depan, ekskul akan ditingkatkan sampai bisa merancang robot sendiri. Ekskul ini manfaatnya sangat baik untuk masa depan. Apalagi, anak-anak sekarang tidak suka terhadap pekerjaan berat melainkan kerja-kerja yang mengandalkan otak dan berhubungan dengan IT. “Ekskul robot tepat dan siswa menemukan dunia mereka,” katanya.
Kevin Putra bersama Fernando Rusli dan Steven mengatakan, sebelum prestasi nasional. Tim berhasil meraih juara di tingkat regional yakni Sumatera Utara. “Saat itu, ada Robotic Competition For School (RCS) yang diadakan di Mikroskill dan meraih juara I. Dari hasil ini, diikutsertakan pada IRO dan juga berhasil meraih yang terbaik. Rencananya, akan mengikuti kompetisi robotik dunia yang akan diselenggarakan di India,” katanya.
Kevin menceritakan, saat tampil di Medan robot tampil kurang sempurna, tetapi syukur menjadi juara I. Saat di nasional maka dirombak dan robot dibuat lebih canggih sesuai soal-soal yang ada. "Saat kualifikasi pertama di IRO, tim Sutomo 1 INVOKER hanya bisa meraih nilai 190 dari nilai maksimum 340. Bahkan di kualifikasi nilai ada yang buruk. Tetapi, karena juri mengambil nilai maksimal maka kita berhak mengikuti babak final," katanya.
Jelang babak final, katanya ada beberapa menit, tim pun berusaha mencari pangkal permasalahan. Hasilnya ditemukan soal baterai yang terlalu kuat sehingga robot berjalan tergesa-gesa. "Nah, saat final tersebut robot kami letakkan di samping dan baterainya tidak dimatikan tetapi posisi hidup. Di final ada dua ronde, pada ronde pertama langsung dapat nilai 260.Pada ronde kedua diberi waktu 10 menit, di sisa waktu tersebut kita tidak lagi menyetel ternyata nilai bagus mencapai 300," ucapnya.
Kevin menambahkan, ajang IRO 2016 bertema recycling plant (daur ulang) robotnya bertugas mengangkat beban atau benda berwarna dan diletakkan pada warna sama. Selanjutnya di dalam robot sudah ada benda-benda kecil yang harus diletakkan di warna yang sesuai juga. "Di akhir finis, robot kita memiliki dongkrak sehingga robot bisa naik dan scorenya jadi lebih tinggi," kata Kevin yang mengaku menekuni dunia robotik sejak TK. (maf)