Janganlah Kamu Menjadi Serupa dengan Dunia Ini

Oleh: Jekson Pardomuan

Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna. – Roma 12 : 1 – 2

FIRMAN Tuhan selalu mengingatkan kita agar ti­dak menjadi manusia yang tamak, sombong dan merasa paling benar. Atau menjadi manusia yang lupa pada diri sendiri sehingga menjadi sama dengan dunia ini. Di tengah situasi seperti sekarang sudah sulit mene­mukan orang yang mau berkorban atau memberikan pertolongan kepada orang lain dengan setulus hati.

Di zaman Paulus, pengorbanan selalu berarti pem­bu­nuhan. Di dalam praktek-praktek agama Yahudi, kor­ban dibawa kehadapan imam, dosa dari orang yang mem­bawa persembahan tersebut diakui atas korban dan dengan demikian secara simbolik memindahkan dosa-dosanya kepada korban yang dipersembahkan tersebut.

Kemudian korban tersebut dibunuh. Ini merupakan gambaran yang hidup yang mengingatkan kepada setiap orang bahwa "Upah dosa adalah maut" (Roma 6:23) dan bahwa keselamatan para pendosa digantikan secara substitusi. Di dalam gambaran pengorbanan ter­sebut, korban yang dipersembahkan mati meng­gan­tikan tempat manusia yang mempersembahkannya. Korban tersebut harus mati agar orang tersebut tidak mati.

Akan tetapi, Paulus mengatakan bahwa persem­bahan yang kita persembahkan adalah persembahan yang hidup, dan bukan yang mati. Sehingga sebagai hasilnya kita mempersembahkan hidup kita kepada Allah, sehingga kita "tidak lagi hidup untuk diri sendiri tetapi untuk Dia, yang telah mati untuk kita dan telah dibangkitkan kembali" (2 Korintus 5 : 15).

Persembahan yang hidup apa artinya ? Ada syarat yang harus kita penuhi jika kita ingin mempersem­bahkan tubuh kita kepada Kristus. Pertama adalah harus menjadi orang percaya jika kita ingin mem­berikan diri kita kepada Allah sebagaimana yang Ia inginkan. Hal kedua yang perlu kita lihat mengenai ha­ke­kat persembahan yang Allah kehendaki adalah meliputi pemberian tubuh kita kepada Allah. Tubuh yang dimaksudkan bukan hanya kulit dan tulang-tulang, tapi seluruh totalitas yang membentuk tubuh kita.

Persembahan yang Hidup

Paulus dengan sesungguhnya mengharapkan orang-orang Kristen mempersembahkan kepada Allah bukan hanya tubuh mereka saja tapi seluruh keberadaan mereka.Tapi harus selalu diingat bahwa tubuh adalah hal yang penting dalam pengertian kekristenan me­ngenai banyak hal Tubuh kita mungkin merupakan "senjata-senjata kebenaran".

Dengan mempersembahkan tubuh kita sepenuhnya kepada Tuhan, maka perilaku hidup kita akan lebih terarah dan selalu berserah kepada Tuhan. Kita juga akan merasa bersalah ketika akan berbuat dosa. Karena dosa dapat menguasai kita melalui tubuh kita, tapi hal ini tidak perlu terjadi. Sehingga, daripada memper­sem­bahkan anggota-anggota tubuh kita sebagai alat dosa, kita mempersembahkan tubuh kita kepada Allah sebagai senjata-senjata untuk melaksanakan kehendak-Nya.

Paulus sedang tidak memerintahkan kita untuk mem­berikan tubuh kita sebagai korban sembelihan seperti yang kerap dilakukan di jaman Perjanjian Lama lagi, karena kita tahu bahwa Yesus telah melakukan se­muanya itu di atas kayu salib bagi kita dan untuk sela­ma-lamanya. Paulus mengajarkan kita untuk mem­persembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup, kudus, dan berkenan artinya Tuhan tidak mau tubuh kita digunakan untuk melakukan dosa lagi, melainkan untuk menjalani suatu kehidupan yang kudus.

Kita jangan menjadi serupa dengan dunia, tetapi ber­ubahlah oleh pembaharuan budi. Paulus mengajarkan kita, sebagai umat ciptaan yang baru, untuk sunguh-sungguh mengalami perubahan total dan radikal dalam semua aspek, dimulai dari pikiran, perbuatan, perka­taan dan perilaku hidup sehari-hari.

Jangan mudah terbawa arus dunia ini yang meng­inginkan kita hancur berkeping-keping, dengan men­jauh dari Tuhan dan tidak mengikuti apa kata Firman Tuhan. Firman Tuhan mengingatkan kita agar jangan ha­nya puas dengan perubahan sementara.

Kita harus benar-benar mengingat betapa kemu­rahan Tuhan begitu nyata dalam hidup kita. Jangan biar­kan hidup kita dikuasai dunia ini dan menjadi serupa dengan dunia ini hanya karena sesuatu hal yang tidak masuk akal. Biarlah Tuhan memberi kita kekuat­an untuk mempersembahkan tubuh kita sebagai per­sem­bahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada-Nya.

Amin.

()

Baca Juga

Rekomendasi