Ladakh merupakan wilayah di Utara India, yang berbatasan langsung dengan Tibet di sebelah Timur serta Xin Jiang Tiongkok dan Pakistan di sebelah Utara. Keberadaan kamp militer yang terlihat di setiap sudut menunjukkan betapa strategis dan pentingnya Ladakh bagi India, Pakistan maupun Tiongkok.
Oleh: Meiling Jap. Tipisnya oksigen boleh jadi merupakan hal yang paling banyak dibicarakan mulai sejak mendarat di Bandara Leh (ibukota Ladakh) sampai ke ruang makan hotel setiap paginya. Terpampang jelas di bandara tata cara pengaklitimasian seperti tidak melakukan banyak kegiatan selama 2 hari, minum cairan 2 kali lipat dari biasanya, tidak minum alkohol maupun merokok. Kebanyakan orang juga menelan pil Diamox (obat sakit ketinggian) beberapa hari sebelum tiba.
Selain terbang langsung ke Leh (3.600 m di atas permukaan laut), kita juga bisa melalui jalan darat melalui tol dari Srinagar (434 km) atau tol dari Manali (473 km). Kedua jalur ini terkenal dengan pemandangannya yang spektakuler. Hanya saja, selama musim dingin bulan Nopember sampai Mei setiap tahunnya jalur ini ditutup disebabkan longsor dan salju yang menumpuk.
Sebelum memulai eksplorasi ke luar kota Leh, saya menghabiskan 2 hari dengan kegiatan yang santai untuk aklitimasi seperti mengunjungi Leh Palace, sebuah reruntuhan istana abad 17 yang mengikuti bentuk istana Potala di Tibet. Menelusuri kota kuno dengan gang-gang yang seperti labirin menuju Bazaar/Pasar yang menjual beraneka produk Kashmiri seperti syal, baju panas dan aksesoris dari Tibet. Ataupun sekedar keliling di pusat kota.
Di Bazaar saya menukar sejumlah uang US dollar ke Indian Rupee (1 US = 66 INR) dan membeli buah-buahan seperti pisang, apel dan aprikot untuk mengganjal perut. Sulit dipercaya bahwa saya sedang berada di India, secara orang Ladakh atau dipanggil Ladakhi memiliki wajah, bahasa dan budaya tersendiri yang lebih banyak diserap dari Tibet. Walaupun mayoritas penduduk Ladakh menganut agama Budha, tetapi mereka hidup berdampingan dengan mesra bersama umat Muslim dan Kristen lainnya.
Matahari di siang akhir bulan Juli panas menyengat membuat kepala terasa panas dan berdenyut. Setelah capek berjalan saya istirahat makan siang di café yang banyak tersebar di pusat kota Leh sambil memperhatikan orang yang lalu lalang. Banyak wisatawan dari mancanegara seperti Eropa, Amerika, Jepang, bahkan Israel maupun wisatawan dalam negeri India yang datang berkunjung.
Sambil menikmati teh jahe yang konon sangat berguna untuk membantu tubuh menyesuaikan diri di ketinggian, saya mengobrol dengan pasangan suami istri dari Belanda. Mereka akan memulai trekking besok dari Leh ke Manali selama 18 hari sepanjang 473 km melewati ketinggian 5.000 m lebih. Dengan membawa tukang masak, keledai untuk mengangkut barang dan tenda serta guide sebagai pemandu, biaya yang dikeluarkan tentu saja tidak sedikit. Namun harusnya cukup sebanding dengan petualangan yang menantang serta pemandangan yang mencengangkan.
Yah, untuk perjalanan ke luar kota yang masuk dalam wilayah Ladakh, ada beberapa alternatif seperti trekking (dengan atau tanpa guide), sewa mobil (dengan atau tanpa supir), sewa sepeda motor (yang ini harus bawa sendiri), sewa sepeda (bagi yang kesehatan fisiknya seperti atlet) atau ikut paket tour dari travel agent.
Ingin sewa mobil dengan harga lebih hemat ? Caranya adalah pergi patungan bersama orang lain. Tinggal ke pusat kota dan memperhatikan papan tulis travel agent yang diletakkan di pinggiran jalan : “Butuh 2 orang lagi untuk ke Pangong Tso tanggal dan waktu sekian” atau “tinggal 1 tempat untuk ke Khardung La besok” dan seterusnya dan seterusnya.
Saya memilih pergi sendiri karena lebih fleksibel dalam hal waktu. Jadi untuk urusan sewa mobil saya serahkan kepada pemilik hotel yang dengan senang hati membantu. Mereka sudah punya buku tarif sewa mobil lengkap dengan tujuan yang tertera jelas, tinggal kita tunjuk dan negosiasi.
Perlu diperhatikan juga bahwa khusus untuk wisatawan asing yang ingin mengunjungi Lamayuru, Pangong Tso, Khardung La, Tso Moriri, Nubra Valley dan Changthang (semuanya dalam wilayah Ladakh) diharuskan memohon inner permit/izin khusus dari Kantor Pemerintah Kabupaten dengan mengisi formulir, menyiapkan pas photo 2 lembar dan membayar 500 INR. Di dalam formulir kita harus mencantumkan tempat-tempat yang ingin kita kunjungi serta durasi waktunya. Izin ini diharuskan sebagai persyaratan keamanan karena tempat-tempat ini berada dekat dengan perbatasan internasional. Malas mengantri di kantor Kabupaten maka saya serahkan pengurusan izin ini kepada travel agent dengan sedikit biaya tambahan dengan jaminan 1 hari surat ini sudah beres.
Lamayuru
Mengambil jalan tol Srinagar, 107 km arah ke Barat, terletak perkampungan Lamayuru dengan biara di puncaknya. Konon bulan terlihat sangat indah di sini, sayang saya tidak sempat menyaksikannya karena pulang sebelum malam. Tetapi perjalanan itu sendiri telah memberikan pemandangan yang luar biasa.
Dalam perjalanan pulang, kami mampir ke Alchi Monastery. Pada umumnya monastery/biara itu terletak di puncak bukit, tetapi biara Alchi terletak di dataran di tepian sungai Indus dan merupakan biara tertua di Ladakh dari abad 12. Selain mengunjungi Alchi Monastry, rafting di sungai Indus juga bisa menjadi pilihan untuk kegiatan lainnya. Sore hari saya sudah kembali ke Leh bersantai di kebun hotel sambil ngobrol dengan tamu lainnya.
Pangong Tso
Tidak berniat untuk bermalam di Danau Pangong, kami berangkat pagi-pagi sekali. Perjalanan 140 km memakan waktu hampir 5 jam melewati gunung, lembah dan sungai. Kondisi jalan kadang-kadang memburuk karena longsoran dan melambat karena harus berselisih jalan dengan iring-iringan truk militer. Untunglah saya memilih mobil SUV daripada sedan. Supir saya yang sekaligus adalah pemilik mobil, bernama Husein. Keahliannya membawa mobil sudah tidak perlu diragukan lagi, dengan kondisi jalan yang berkelok-kelok dan bergelombang kami tidak menemui masalah sama sekali. Apalagi dia punya stok lagu India yang sepertinya tidak akan habis diputar selama 5 jam.
Kami berhenti di Changla Pass (5.360 m), disebut sebagai jalan No. 3 tertinggi di dunia untuk istirahat, kamar kecil dan sarapan maggi (mi instant). Cuaca yang dingin dan ketinggiannya tidak memungkinkan untuk berlama-lama di Changla Pass, maka perjalanan segera dilanjutkan menuju Danau Pangong.
Dalam perjalanan diwajibkan melapor ke check point yang telah ditentukan, 4 kali dengan menunjukkan inner permit/izin khusus dan paspor yaitu 2 kali pada saat menuju Pangong dan 2 kali pada saat kita kembali dari Pangong.
Danau Pangong sendiri terbentang 134 km panjangnya dan berada di ketinggian 4.350 m. Setengahnya berada di India dan setengahnya lagi milik Tibet. Danau ini menjadi terkenal sejak film 3 Idiots yang dibintangi oleh Kareena Kapoor mengambil tempat shooting di sana. Pada saat cuaca cerah danau yang tenang ini akan berwarna hijau atau biru muda, dan berubah menjadi warna abu-abu apabila cuaca berawan.
Bagi yang suka ketenangan, menginap di Pangong boleh jadi sangat mengasyikkan. Banyak tenda yang disewakan lengkap dengan kamar mandi di dalamnya – hanya tanpa listrik. Duduk menghadap danau, saya menoleh ke sebelah kiri – itulah India, menoleh ke kanan – itulah Tibet.
Nubra Valley
Pagi ini ibu hotel menyiapkan sarapan yang sudah dibungkus rapi dan mengantar saya sampai ke halaman. “ Sampai jumpa lusa, dan hati-hati di jalan”, katanya. Ya, malam ini saya akan menginap di Hundar – ujung perjalanan saya menelusuri lembah Nubra. Husein sudah menunggu di mobil dan siap berangkat dengan koleksi lagu-lagu India terbarunya.
Perjalanan ini mengelilingi gunung dengan jalan yang sempit dan banyak tikungan buta menuju ke Khardung la pass (5.602 m) – jalan no. 1 tertinggi di dunia. Sepanjang jalan kami melewati banyak papan-papan peringatan untuk selalu berkendara dengan hati-hati yang dikemas dengan kata-kata yang kreatif seperti : “After whisky – Driving risky” – “Better Mr. Late than Late Mr.” – “Darling I like you : but not so fast” – “Don’t gossip let him drive” – “ If you are married, divorce speed”.
Tentu saja semua peringatan ini bukan tanpa alasan, karena sekali kita lalai, nyawa taruhannya.
Pada saat kami tiba di Khardungla Pass, suasananya masih belum terlalu ramai. Bulan Juni sampai dengan Agustus adalah musim turis untuk Ladakh sehingga “spot photo wajib” di Khardungla bisa-bisa tidak kebagian sama sekali karena penuh dengan orang yang berphoto. Sementara kita dianjurkan untuk tidak tinggal di sana lebih dari 25 menit demi kesehatan.
Sebagai informasi, ketinggian Everest Base Camp adalah 5.545 m, masih lebih tinggi sedikit Khardungla. Tetapi sebenarnya tidak perlu khawatir, karena di sana tersedia rumah sakit dan pos militer yang siap membantu dengan oksigen. Jangan lupa minum ginger milk chai/teh susu jahe yang nikmat luar biasa sambil menikmati butiran salju yang turun dihembus angin. Selepas itu, bersiaplah dengan kondisi jalan yang masih alami dengan lubang yang menjebak. Selama hampir 1 jam kami diguncang bersama lagu Indianya Husein yang menghentak-hentak.
Setelah perjalanan yang lumayan panjang karena kondisi jalan, macet oleh banyaknya kenderaan yang pergi maupun pulang dari Nubra, berhenti di check point untuk melapor dan makan siang yang terlambat - nasi goreng kambing yang super lezat, kami tiba di Diskit Monastery. Biara dengan patung Maitreya Buddha berukuran 32 m duduk menghadap ke Pakistan.
Saya memilih satu ruangan untuk mengheningkan diri. Kabar bahwa Dalai Lama sedang berada di Ladakh sudah ramai dibicarakan sejak beberapa hari yang lalu. Susah sekali mendapatkan informasi tentang keberadaan/kegiatan Dalai Lama selama di sini.
Dan beruntung sekali, di ketinggian dan keheningan Diskit Monastery, tiba-tiba seorang Lama/Bhiksu memutar radio tentang ceramah Dalai Lama mengenai Compassion/Cinta Kasih. Jadilah kami bertiga (Lama, seorang wisatawan asing dan saya) menghabiskan waktu hampir satu jam duduk mendengarkan ceramah seolah-olah Beliau hadir di sana.
Perjalanan menelusuri lembah Nubra berakhir di padang pasir dengan unta-unta yang duduk menunggu. Di kejauhan terlihat gunung yang berkilau kuning ditimpa matahari sore.
Tidak habis-habisnya saya mengagumi keindahan yang terpampang di hadapanku. Setiap tempat, setiap perjalanan membawa kesan dan kisah tersendiri.
***
Bagaimana ke Ladakh
* Ada 3 penerbangan setiap hari dari New Delhi menuju Leh dan sebaliknya.
* Perjalanan darat dari Srinagar maupun Manali ditutup mulai bulan November sampai dengan Mei setiap tahun.
* Setiba di Bandara Leh maupun tempat penginapan, kita diwajibkan mengisi formulir data diri supaya bisa dilacak apabila terjadi yang bersangkutan hilang waktu trekking, naik gunung dan sebagainya.
* Inner permit/izin khusus perlu 2 hari untuk mengurusnya, bisa melalui travel agent ataupun urus sendiri. Jangan lupa mengcopynya beberapa lembar karena setiap check point akan menarik satu.
* Sangat penting untuk tidak melakukan banyak kegiatan selama 2 hari pertama. Diamox (obat sakit ketinggian) memang sangat membantu tetapi tidak untuk dikonsumsi terus menerus. Dan jangan lupa minum air 2 x lebih banyak dari biasanya. (meiling jap)