Oleh: Wardatul Jannah. Tahun baru tinggal menghitung hari, itu artinya liburan akan segera tiba. Keluarga Kika akan mengunjungi rumah paman Karto di desa untuk menghadiri arisan keluarga. Kika, anak kecil yang berusia 10 tahun merasa senang apabila orangtua mengajaknya untuk pergi ke desa. Namun ia membayangkan di sana anak seusianya pasti bermain di tanah, dan bermain kotor-kotoran.
Kika pun membawa gadgetnya untuk bermain game apabila terasa jenuh ketika tidak mempunyai teman di sana. Ketika mulai memasuki desa, Kika melihat anak-anak bermain lumpur di sawah, mandi di sungai dan bermain di atas tanah. Mereka tertawa dengan riang gembira. Kika membayangkan apa enaknya bermain kotor-kotoran seperti itu. Dia berfikir pasti tidak enak. Itu sangat kotor dan bisa membuat tubuh sakit.
Keluarga Kika pun sampai di rumah paman. Terlihat anak seusianya sedang bermain di halaman rumah paman yang luas. Bermacam ragam permainan tradisional yang dimainkan mereka. Bahkan Kika sama sekali tidak tahu jenis permainan apa yang dimainkan mereka. Tidak ada yang mengajak Kika untuk bermain. Berkali-kali mama menyuruh Kika untuk ikut bermain bersama mereka. Namun Kika memilih diam bermain game di samping mamanya. Tak berapa lama Nanda, anak paman Karto menghampiri Kika dan mengajak bermain,
“Ayo kita bermain ini,” kata Nanda sambil menunjukkan kelerang kepada Kika
“Aku tidak pernah mempunyai kelereng, dan tidak tahu memainkannya.”
“Oh, ini buat kamu”. Nanda memberikan beberapa kelerengnya.
Awalnya Kika tidak mau bermain, namun akhirnya dia ikut bergabung dengan anak-anak yang lain. Kika benar-benar tidak tahu caranya bermain kelereng, namun berkat Nanda dia berhasil memperoleh kelereng lebih banyak karena berhasil memenangkan permainan. Kika senang sekali, sekarang dia mempunyai banyak kelereng. Ia juga banyak tahu nama permainan tradisional yang dimainkan mereka.
Ketika sore tiba, Nanda dan beberapa teman yang lainnya mengajak Kika untuk mandi di sungai.
“Aku tidak ingin mandi di sungai bersama kalian. Airnya pasti jorok. Temanku di kota bilang sungai itu airnya tidak bersih, iiiii.” Ucap Kika sambil bergidik
“Kika, sungai di sini airnya jernih. Tidak seperti sungai-sungai di daerah kota yang sudah tercemar. Kalau kamu tidak percaya ayo ikut dengan kami.” Seru teman yang lain
Akhirnya dengan berat hati Kika pun ikut. Sesampai di sana benar saja. Airnya jernih dan sejuk. Kika tak sabar melompat ke sungai bersama teman-temannya. Tangan mereka saling mengibaskan air. Mereka tertawa gembira. Kika merasa senang sekali, ternyata permainan di desa bersama teman-teman jauh lebih menyenangkan dibanding bermain gadget sendirian di dalam rumah. Di luar rumah, Kika bahkan jarang bermain bersama teman-temannya. Kika dan teman-temannya malah asyik bermain game. Dan terkadang membuat mata lelah dan sering telat makan.
Sekarang Kika mengerti, kenapa anak-anak di desa terlihat bahagia ketika bermain di luar rumah. Itu karena adanya kebersamaan dan juga lebih dekat dengan alam.
Dari jauh mama memperhatikan Kika yang sudah mau berbaur dengan anak-anak seusianya untuk bermain bersama. Terlihat dia tampak senang sekali.
“Ma,besok Kika bermain lagi ya. Permainanya menyenangkan dan teman-temannya baik.
Mama hanya mengangguk dan tersenyum. Kika bahkan lupa sama gadgetnya hari ini. ***