Sebab Jika Aku Lemah, Maka Aku Kuat

Oleh: Jekson Pardomuan. “Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.” – 2 Korintus 12 : 10.

Setiap hari ada saja kesukaran dan kesulitan yang dialami manusia, ada yang menderita karena sakit, mengeluh karena dikeluarkan dari pekerjaan, menyesal karen tidak berhasil dalam sebuah pertandingan. Apa­kah itu semua dikehendaki oleh manusia ?

Manusia boleh berencana ini dan itu, tapi Tuhan yang menentukan apakah rencana itu bisa terwujud atau tidak. Yesaya 55:9 “Sebab rancangan-Ku bukanlah ran­canganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demi­kian­lah firman TUHAN.”, karena itu Dia sering bertin­dak dengan cara-cara yang sangat bertentangan dengan apa yang kita harapkan. Kita mengira bahwa Allah ha­nya ingin memakai kekuatan kita, padahal Dia juga ingin menggunakan kelemahan kita bagi kemuliaan-Nya.

Alkitab mengatakan dalam 1 Korintus 1 : 27 – 29 “Teta­pi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak ber­arti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang ber­arti, supaya jangan ada seorang manusiapun yang memegahkan diri di hadapan Allah.”. Kelemahan bu­kan­lah suatu kebetulan. Allah mengizinkannya ada di dalam kehidupan kita dengan tujuan untuk menunjukkan kuasa-Nya melalui kita.

Dalam kehidupan sehari-hari kita dapat melihat bah­wa sebuah tali yang kuat terbuat dari benang-benang yang rapuh dan sapu lidi sanggup membersihkan kotor­an halaman karena bersatu. Alkitab juga depenuhi de­ngan contoh-contoh tentang bagaimana Allah memakai orang-orang biasa yang tidak sempurna untuk mela­kukan hal-hal yang luar biasa walaupun mereka mem­punyai berbagai kelemahan.

Jika Allah hanya memakai orang-orang yang sem­purna. Tidak akan pernah ada yang diselesaikan, karena tidak seorangpun dari kita yang tanpa kelemahan. Bahwa Allah memakai orang-orang yang tidak sem­purna adalah berita yang menguatkan bagi kita semua, karena kita memang tidak sempurna. Tetapi Allah akan me­makai kita jika kita mengizinkan-Nya bekerja mela­lui kelemahan-kelemahan kita. Supaya hal tersebut terjadi, kita harus mengikuti teladan Paulus.

Dalam sebuah kesempatan, saya menyaksikan pertandingan sepakbola antar kampus. Dari beberapa tim yang ikut bertanding, ada satu tim yang terkenal sa­ngat hebat dan sering menjadi pemenang dalam beberapa kali pertandingan. Pada kesempatan itu, tim yang memang hebat itu sesumbar dan merasa sangat sombong saat berhadapan dengan sebuah tim yang boleh dikatakan masih belum terkenal.

Melewati babak demi babak, tim yang merasa dirinya paling hebat ini berhasil masuk ke babak final dan berhadapan dengan satu tim yang boleh dikatakan sangat biasa-biasa saja. Sebelum bertanding, tim yang biasa-biasa saja ini memiliki semangat juang yang sangat tinggi. Target mereka adalah bisa bertahan dan menjadi runner up juga tidak masalah. Saat pertan­dingan dimulai, tim yang merasa paling hebat tadi tetap se­sumbar dan mulai menyusun strategi. Sampai ber­akhir babak pertama, kedudukan masih tetap 0 – 0. Saat masuk babak kedua dan babak penentu, tim yang he­bat tadi mulai kelelahan. Satu per satu pemain tim yang hebat merasa putus asa, mereka pun akhirnya bermain dengan kasar.

Tim yang dianggap biasa-biasa saja itu mulai menyusun serangan dan mengambil kesempatan. Di babak akhir pertandingan, tim yang dianggap tidak dipertimbangkan tadi berhasil menjadi pemenang. Di dalam kehidupan sehari-hari pun kita seringkali merasa sesumbar dan paling hebat. Padahal, di hadapan Tuhan kita tak ada apa-apanya.

Merendahkan Diri

Tidak hanya manusia biasa, sebagian besar hamba Tuhan yang mengalami kejatuhan juga mengakui bahwa salah satu penyebab utama kejatuhan mereka adalah kesombongan. Jim Baker seorang penginjil televisi yang jatuh ke dalam dosa perzinahan dan kemudian dipenjarakan karena masalah keuangan mengakui penyebab utama kejatuhannya adalah dosa kesombongan.

Seringkali kita menyalahkan iblis sebagai penyebab utama kejatuhan, padahal iblis tidak akan bisa men­jatuhkan kita bila ia tidak diberi kesempatan. Musuh terbesar kita bukanlah iblis melainkan diri kita sendiri yaitu hawa nafsu kedagingan dan keangkuhan hidup.

Selain Yesus Kristus, Rasul Paulus bisa dikatakan sa­lah satu orang yang paling berpengaruh bagi perkem­bangan dunia Kekristenan. Paulus dipakai begitu dah­syat dan luar biasa oleh Tuhan sehingga saya percaya pasti musuh akan berusaha menjatuhkannya sebab bila ham­ba Tuhan besar ini sampai jatuh maka pasti banyak orang Kristen lainnya akan ikut terpengaruh. Tetapi musuh tidak berhasil menjatuhkannya sebab Paulus memiliki sebuah rahasia yaitu kekuatan yang diperoleh dari kelemahan.

Paulus tidak melupakan salib meskipun dia dipakai dengan dahsyat oleh Tuhan untuk merintis banyak jemaat dan diberi pewahyuan yang demikian luar biasa. Dalam salah satu suratnya Paulus mengatakan dia tidak ingin bermegah dalam apapun kecuali dalam kele­mahannya yaitu bermegah dalam salib Kristus. Kebanyakan hamba Tuhan bila dipakai dahsyat seperti Rasul Paulus akan promosi sana-sini mengenai pela­yanan yang telah mereka lakukan bagi Tuhan tetapi Paulus justru lebih banyak menceritakan penderitaan dan aniaya yang ia alami dibanding menceritakan pelayanannya sendiri.

Sekarang saatnya kita memiliki kesadaran untuk tidak terlalu sombong dengan apa yang kita capai. Apakah semua harta dan kekayaan yang kita miliki kita bawa ke liang kubur ? Apakah setelah jatuh sakit dan akhirnya mati kita masih memiliki kekuatan atau kekuasaan untuk segala sesuatu yang kita miliki ? Hidup ini adalah kesempatan, selagi masih bernafas dan memiliki kekuatan berbuatlah yang terbaik untuk kemuliaan nama Tuhan.

Apa yang akan kita lakukan untuk mendekatkan diri pada Tuhan ? Mungkin, setiap pagi kita bisa memulai hari dengan merendahkan diri dan mengakui bahwa kita lemah dan membutuhkan kekuatan-Nya. Setiap orang dari kita harus menyadari tanpa ditopang oleh anugerah-Nya sedetik saja maka hidup kita pasti akan tidak bisa berjalan dengan baik.

Bila kita mengejar pengenalan akan Allah, kekudusan dan kerendahan hati melebihi apapun maka oleh anugerah-Nya tidak akan ada musuh yang dapat men­jatuhkan kita. Biarlah kita bermegah atas kele­mahan, kesesakan, kesukaran dan aniaya oleh karena Kristus sebab jika Aku lemah maka Aku kuat ! Sebab didalam tangan-Nya ada kekuatan besar yang tak bisa terkalahkan. Amin.

()

Baca Juga

Rekomendasi