Barongsai dari Limbah Incaran Saat Imlek

USIA bukan suatu pengha­lang bagi seorang untuk berkarya, bermodal kecintaannya dengan bu­daya Tionghoa, seorang kakek 85 tahun manfaatkan limbah ker­tas bekas jadi kerajinan barong­sai. Setiap menjelang tahun baru imlek seperti saat ini, ia selalu kebanjiran order pembuatan ba­rongsai, naga serta liong.

Inilah mbah Doel Wahab, ka­kek perajin barongsai yang ting­gal di kawasan Kemetiran Kidul, Pringgolayan, kota Yogyakarta su­dah lebih dari 20 tahun menja­lani pekerjaannya sebagai pem­buat peralatan kesenian tradisio­nal Tionghoa, seperti barongsai, liong, naga serta pernak pernik lainnya. Kakek yang biasa di pa­n­­ggil mbah Doel ini, meman­faat­kan limbah kertas yang sudah ti­dak terpakai untuk bahan pem­bu­atan barongsai.

Kertas atau kardus serta koran bekas, ia kumpulkan sendiri, ter­masuk membeli dari pemulung dan kemudian menjadikan lim­bah tersebut, sebagai kepala ba­ro­ng­sai. Setelah selesai membuat pola, agar terlihat menarik, ba­ro­ngsai kemudian dicat dan diberi per­nak-pernik karena banyak or­na­men yang memerlukan keteli­tian, proses pembuatannya pun cukup memakan waktu.

Dalam seminggu, mbah Doel, mampu mengerjakan 2 hingga 3 barongsai. Barongsai tersebut dijual mulai dari Rp80 ribu hingga Rp300 ribu tergantung kerumitan dan ukuranya. Selain pesanan per­orangan, setiap imlek, banyak toko dan hotel, yang memesan dan membeli barongsai karyanya tersebut.

Meski terbuat dari limbah, na­mun, mbah Doel mengaku, tetap mementingkan kualitas barong­sai buatannyaMbah Doel juga menjamin, barongsai dengan mo­del tradisional, tanpa hiasan lam­pu lampu karyanya tersebut, akan awet.

Sementara itu, selain berkar­ya membuat barongsai, mbah doel juga merupakan seniman naga barongsai dan silat, serta pernah mengemban misi kebu­da­yaan di lima negara, seperti Ru­sia, Polandia, Cekoslovakia, Hungaria dan Mesir. (okz)

()

Baca Juga

Rekomendasi