Celengan Ayam

Oleh: Sri Indrayani

Hari ini hari Minggu waktunya Sinta tidur dengan pulasnya, karena hanya hari Minggulah Sinta bisa bangun lama tetapi ibu tetap membangunkan anak perempuannya itu kerana ibu tidak suka melihat Sinta belum bangu. Ibu pun mengetuk pintu kamar Sinta.

“Sinta bangun Sinta sudah pagi,” ibu menggoyang-goyangkan tubuh Sinta.

 “Iya bu iya, ini kan sudah bangun,”

“Ya sudah langsung mandi,”. Perintah ibu.

 “Oiya bu, celengan Sinta udah penuh belum bu?”

“Ya belum lah Si, kan kamu nabungnya juga baru sebentar, kalau kamu mau cepat penuh jangan terlalu boros dengan uang yang ibu berikan. Separuhnya kan bisa di tabung Sin,”

“Teman-teman Sinta mengajak jajan kalau istirahat bu,” jawab Sinta.

“Kalau jajan ya boleh koq Sin, tapi kan kamu harus bisa menyisihkan sedikit uang jajannya untuk ditabung, katanya kamu mau beli boneka Hello Kitty yang besar itu, tapi kamunya tidak mau menabung,” ujar ibu.

Ibu pun memberikan nasehat kepada Sinta. Sinta pun langsung lari kedalam kamar dan memegang celengan ayam miliknya.Di goyang-goyangnya celengan itu. Iya sih masih ringan, pasti uangnya masih sedikit kalau dibuka pasti masih sedikit dan belum cukup untuk membeli boneka, Ya sudahlah tunggu penuh saja kemudian baru dipecahkan. Sinta pun berbicara di dalam hati.

Keesokan harinya adalah hari Senin waktunya Sinta kembali  bersekolah. Sinta pun diantar oleh ibunya ke sekolah. Sesampainya di sekolah Sinta bertemu dengan teman-temannya yang sedang memegang Handphone. Sinta pun heran kenapa Rini membawa handphone ke sekolah. Sinta pun juga melihat handphone milik Rini. Di dalamnya sangat banyak game. Sinta jadi ingin memiliki handphone seperti yang dimiliki Rini. Sinta pun mencoba untuk meminjam handphone itu kepada Rini karena dia ingin bermain game yang ada di handphone Rini.

“Rin, aku boleh pinjam sebentar? Aku mau main sebentar aja,” Sinta membujuk Rini untuk meminjam .

“Bentar dong Sin, kan aku masih main kalau mau pinjam tunggu aku selesai main dulu baru kamu bisa pinjam, kalau aku belum selesai main kamu belum bisa pinjam handphone ku” bentak Rini dengan kerasnya.

“Aku kan cuma pinjam sebentar aja Rin, kalau tidak dikasih juga tidak masalah kamu jangan marah juga,” Sinta pun menjawab bentakan Rini dengan nada pelan.

“Kamu sih udah tau aku lagi main, kamu mau pinjam handphone ya aku marah lah,”.

“Ya sudah maaf,” Sinta pun meminta maaf kepada Rini agar  tidak marah terhadap Sinta.

Tiba-tiba ibu guru masuk ke dalam kelas Sinta dan teman-temannya langsung duduk di tempat duduk seperti biasanya. Bu guru pun tidak melihat kalau Rini sedang membawa handphone kalau ibu guru tau pasti handphone-nya Rini diambil. Sinta pun termenung di tempat duduknya. Dia masih memikirkan game yang ingin dimainkannya di handphone Rini. Sedangkan Rini tak meminjamkannya. Sinta berniat di dalam hati ingin minta handphone kepada ibunya tetapi pastinya ibu tidak mau membelikannya. Tiba-tiba dia mengingat kalau celengannya masih ada di kamarnya. Sinta pun berniat untuk memecahkan celengan itu. Padahal Sinta tahu isi celengannya masih sedikit. Dan ingin membeli boneka Hello Kitty saja belum cukup apalagi mau beli handphone namun karena Sinta sudah terlalu menginginkan game itu Sinta tidak memikirkan lagi berapa isi celengan itu.

Lonceng pun sudah berbunyi waktunya Sinta pulang. Ibu sudah menjemputnya di parkiran.

***

 Sinta langsung masuk ke dalam kamar tanpa berbicara sedikitpun kepada ibu. Sinta langsung memegang celengan ayamnya itu tanpa mikir panjang. Dia langsung memecahkan celenganya. Tiba-tiba ibu menghampiri Sinta di dalam kamar.

“Ada apa Sin? Kenapa kamu memecahkan celengan kamu kan belum penuh. Katanya mau beli boneka Hello Kitty tapi kenapa dipecahkan?”.

“Sinta mau beli handphone seperti punya Rini bu, banyak game-nya,” Sinta pun menjawab pertanyaan ibu dengan tertunduk bersalah.

“Kamu masih kecil, handphone bukanlah pegangan untuk anak-anak seperti kamu. Sekarang ini kamu harus belajar dengan giat agar menjadi anak yang pintar, bukan beli handphone apalagi untuk main-main,”.

“Iya bu maaf,” Sinta pun tertunduk merasa bersalah.

“Kamu tidak boleh lagi berbuat seperti ini ya nak? Ibu bukan tidak mau memberikan kamu barang-barang seperti itu tapi ibu mau mendidik kamu agar kamu jadi anak yang berhasil nantinya. Sekarang kamu kumpulin lagi uangnya nanti kita beli celengan ayam yang baru,” ibu pun menasehati  dan memeluk Sinta.

“Iya bu, Sinta minta maaf Sin tidak akan mengulangi kesalahan ini,”.

“Iya sayang”.

Sinta dan ibu pun akhirnya berpelukan.***

()

Baca Juga

Rekomendasi