KAYU bekas dan biji-bijian bagi sebagian orang mungkin tidak ada manfaatnya. Namun di tangan Muhammad Ikhwan (35) warga Desa Songgon, Kecamatan Songgon, Banyuwangi bahan tersebut dijadikan aneka kerajinan seperti tasbih, gelang dan kalung aksesoris.
Kayu-kayu kecil bekas dari penggergajian dikumpulkan nya kemudian dibuat butiran-butiran kecil dan dirangkai menjadi tasbih, gelang dan kalung bermacam ukuran dan warna.
Tak ayal, karyanya ini sudah terdistribusi ke seantero Indonesia. Bahkan, distributor tasbih dari Turki pun sempat datang dan memesan hasil karyanya ini. Sebulan, Ia meraup untung berkisar Rp 30 juta. Bahkan saat Idul Adha keuntungannya bisa tembus hingga Rp 100 juta.
"Awal mengumpulkan kayu bekas. Setelah saya buat tasbih kok ya laku. Akhirnya beli kayu macam-macam untuk pemesanan. Banyak yang pesan kayu-kayu mahal," ujar Muhammad Ikhwan.
Tak hanya kayu, pesanan kemudian mulai bermacam-macam. Ada yang pesan tasbih dari batu, tulang dan tanduk. Dan barang pun juga tak hanya tasbih, gelang dan kalung, berbagai macam pipa rokok, sabuk dan tongkat pun dibuatkan.
Untuk jenis kayu sesuai permintaan. Namun Ia mengaku menyiapkan berbagai macam kayu. Mulai dari kayu gaharu, nagasari, akar bahar urat emas, galih asem, biji genitri, red coral dan masih banyak lagi.
"Tetap buat tasbih, gelang dan kalung. Tak hanya tasbih, saya juga buat rosario dan tasbih Buddha. Kalau rosario 112 biji, kalau Budha 108 biji," tambahnya.
Untuk membuat tasbih, gelang dan kalung dari kayu ini, Ia memotong kecil-kecil kayu gelondongan sesuai ukuran. Kayu kemudian dibentuk sesuai motif dengan ukuran 5 milimeter - 10 mm. Butiran itu kemudian diampelas agar halus. Setelah itu kayu direndam dengan pewarna dan dikeringkan.
"Selanjutnya dipoles biar mengkilat. Polesnya pakai kayu juga. Tidak pakai bahan kimia hanya pewarna tekstil. Untuk desain kita buat sendiri. Karena pisau bubut kayu saya buat sendiri dan bermacam-macam," tambahnya. (dtc)