Oleh: Bhikkhu Thitavamso Thera.
Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammasambuddhassa
Sebagai umat Buddha memang sudah selayaknya kalau kita selalu berusaha mempraktekan apa yang telah diajarkan Buddha didalam kehidupan kita sehari-hari, tetapi mungkin kita berpikir bukankah kitap suci agama buddha itu sangatlah banyak bagaimana kita sebagai umat biasa sanggup melaksanakan sesuai yang ada didalam kitap suci tipitaka?. Pertanyaan seperti ini sangatlah wajar bagi sebagaian orang yang belum begitu memahami makna dari ajaran buddha yang harus diterapkan didalam kehidupan sehari-hari.
Didalam penjelasan Buddha menjelaskan tentang berkah utama bait yang ke enam “Dananca Dhammacariya ca Etammangalamuttaman” berdana dan hidup sesuai dengan dhamma, itulah berkah utama. Inilah yang terpenting apa yang harus dijalankan didalam kehidupan kita walapun kita tidak menguasai apa yang diuraikan didalam tipitaka selama kita mampu menjalankan sedikit apa yang dijelaskan oleh buddha didalam berkah utama maka kita pun terasa amat dekat dengan Buddha, lalu bagaimana agar kita bisa berdana terlebih bisa hidup sesuai dengan dhamma. Perlu kita ketahui Pengertian tentang berbuat kebajikan/dana, ketika kita memiliki niat yang tulus memberikan sesuatu kepada orang lain dan orang tersebut menerimanya dengan sungguh-sungguh maka itulah disebut dana, baik itu “Amisadana”dana materi, maupun “Dhammadana” berdana dhamma, yaitu memberi pengertian tentang kebaikan.
Dalam hal berdanapun untuk mencapai nilai puncak, juga membutuhkan peraturan ataupun persyaratan. Persyaratan pertama, dalam mempersembahkan dana kita hendaknya juga harus memperhatikan barang yang hendak didanakan, baik mau didanakan kepada Sangha, seorang bhikkhu maupun keorang lain. Barang yang kita persembahkan hendaknya barang yang bersih. Pengertian ‘bersih’ disini bukan berarti barang yang steril, misalnya piring yang disterilkan. ‘Barang bersih’ artinya kita mempersembahkan barang yang didapatkan dari perbuatan atau usaha yang baik, bukan dari mencuri maupun merampok. Namun sering muncul pertanyaan bagaimana kalau ada orang yang menjadi perampok budiman, merampok milik orang kaya kemudian hasilnya dibagikan kepada orang yang miskin. Apakah perbuatan ini juga termasuk berdana? Sebenarnya perbuatan ini dapat dimasukkan sebagai berdana tetapi berdana yang tidak sehat. Dana dengan cara sebagai perampok budiman akan menghasilkan buah yang kecil. Hal ini disebabkan karena barang yang didanakan didapat dari tindakan yang tidak benar. Akan jauh lebih baik bila kita berdana dengan barang yang bersih, barang yang kita dapatkan dari hasil keringat kita sendiri. Barang hasil kerja kita sendiri inilah yang memiliki nilai lebih tinggi.
Persyaratan kedua, barangnya baik “Majjhima dana”. Barang baik adalah barang yang tidak rusak sehingga dapat dipergunakan sesuai dengan tujuannya. Misalnya, ketika kita sekarang bekerja keras karena mengetahui bahwa besok pagi akan mempersembahkan dana makan kepada para bhikkhu sangha.
Dengan hasil yang telah dikumpulkan, kita mempersiapkan makanan, tetapi barangnya tidak baik, misalnya makanan yang sudah basi. Hal itu termasuk barang yang bersih tetapi bukan barang baik.
Persembahan dana hendaknya sering dilakukan. Artinya bukan berdana sekali seumur hidup dalam jumlah sebesar-besarnya kemudian tidak pernah melaksanakannya lagi. Itu tidak tepat. Contohnya, seseorang melaksanakan pelepasan satwa sejumlah 10,000 ekor ikan tetapi kemudian seumur hidup sudah tidak pernah melakukannya lagi. Sikap ini juga kurang tepat, hal ini berarti orang hanya mempunyai pikiran dan perbuatan baik sekali itu saja. Dalam pengertian ajaran Buddha kita hendaknya sering mengkondisikan pikiran dan perbuatan kita untuk melakukan kebaikan. Jadi, kalau memang kita telah bertekad ingin melepaskan ikan dalam jumlah besar hendaknya ini dibagi sedikit demi sedikit untuk dilepaskan, apabila ini sering dipraktekan maka hidup sesuai dengan dhamma akan semakin mudah kita jalankan.
Sabbe satta bhavantu sukhitatta, semoga semua makhluk berbahagia.
Sadhu Sadhu Sadhu