Bagi Suku Hui

Minum Teh Tureen Memiliki Filosofi

SUKU Hui memiliki berbagai cara un­tuk menyajikan teh. Minuman turun te­murun tradisional Suku Hui adalah teh. Teh bukan saja menjadi minuman kese­ha­rian Suku Hui, tapi sudah menjadi ba­gian dari budaya Suku Hui itu sendiri. Di mana saja di seluruh Tiong­kok, jika ber­tamu ke seorang Suku Hui, sang tamu akan mendapatkan sajian teh yang panas sebagai minuman penghormatan.

Di masa lalu, Suku Hui ba­nyak meng­gu­nakan teapot yang terbuat dari perak atau tembaga. Perak dan tembaga yang di­bentuk menjadi teapot dibuat dengan ke­telitian tinggi dan cita rasa seni yang tinggi dengan berbagai corak dan model.

Di masa sekarang penyajian teh oleh Su­ku Hui disajikan dengan porselin, tureen (mangkok/cawan besar), atau cawan teh khusus yang bertutup.

Teh tureen, yang diminum dengan cara yang sangat unik oleh Suku Hui yang ting­gal di bagian Tiongkok Baratlaut, di­perc­aya sudah ada sejak masa Tang Dynasty (618-907). Tradisi ini diwaris­kan tu­run temurun dan sampai saat ini disukai dan masih berlangsung terus adat unik satu ini.

Baik di cuaca panas ataupun dingin, teh tureen menjadi pilihan utama kaum Suku Hui sebagai penawar dahaga. Di tengah cuaca panas di musim panas, teh tureen dipercaya memberikan efek dingin dari dalam tubuh.

Sementara di tengah musim dingin yang me­nggigit dan bukan di masa tanam, ke­luar­ga Suku Hui biasa akan berkumpul mengelili­ngi perapian keluarga, membuat beberapa roti atau kudapan lain dan tentu saja sambil mencecap teh tureen.

Untuk meminum teh tureen inipun ada tata cara tertentu yang harus diperhatikan jika bertamu dan mendapatkan kehor­ma­tan dengan disajikan teh tureen oleh tuan rumah. Teh tureen disajikan untuk meng­hormati tamu keluarga Suku Hui, dan ta­mu yang dianggap paling terhormat di­per­silakan untuk mencicipi teh tureen terlebih dulu.

Tatacara

Tatacara meminum dengan cawan/tureen ini memiliki filosofi tersendiri di tengah-tengah masyarakat yang sudah turun temurun. Dalam menikmatinya tidak diperkenankan mengangkat tutup secara keseluruhan atau membukanya dan lebih tabu lagi jika seseorang meniup daun teh yang terapung di cawan tersebut.

Cara yang benar adalah ta­ngan kiri me­megang tatakan sekaligus cawannya, se­mentara tangan kanan mengangkat se­dikit tutup dan menggerakkan di permu­kaan air teh panas dalam cawan sampai daun-daun teh tersingkir.

Pergerakan tutup untuk menying­kirkan daun teh ini juga memiliki makna dan di­per­caya memiliki tahapan yang berpe­ngaruh terhadap rasa teh yang dicecap. Gerakan menyapu dengan tutup pertama kali dipercaya membuat rasa teh me­nge­luarkan aroma manisnya, dan sapuan ke­dua dipercaya akan membuat minuman tsb bertambah harum.

Setiap kali tutup disapukan di permu­ka­an air teh, sang tamu harus mencicipi per­lahan dengan tutup yang dimiringkan dan menutup sebagian wajah. Sangat tabu jika seorang tamu meneguk teh sekaligus atau tersedak waktu meminum, karena akan dianggap sangat menghina yang meng­hidang­kan teh tersebut.

Yang paling dilarang adalah berdiri seketika setelah menerima suguhan teh atau mengesampingkan cawan/tureen itu. Ini adalah bentuk penghinaan terbesar un­tuk yang menyuguhkan. (imc/ar)

()

Baca Juga

Rekomendasi