Oleh: Hodland John Tiar Hutapea
ABRASI pantai dapat diartikan sebagai pengikisan daerah pantai akibat hantaman gelombang laut dan arus laut yang sifatnya destruktif. Pengikisan ini biasanya menyebabkan berkurangnya cakupan daerah pantai yang dimulai dari daratan yang paling dekat dengan air laut, karena menjadi sasaran pertama terjadinya pengikisan.
Jika tidak ada pencegahan atau jika dibiarkan, maka abrasi akan terus menggerogoti bagian pantai sehingga air laut akan menggenangi daerah-daerah yang dulunya dijadikan tempat bermain pasir oleh pengunjung pantai, atau pun jadi pemukiman penduduk dan wilayah tempat para nelayan mensandarkan perahu mereka. Tercatat, sebuah kawasan pantai di Indramayu, Jawa Barat, telah terjadi abrasi dan menggerus sedikitnya 40 kilometer kawasan pantainya.
Penyebab abrasi umumnya adalah adanya pasang surut air laut, bisa juga karena adanya angin di atas lautan yang menghasilkan gelombang serta arus laut yang berkekuatan merusak. Faktor penyebab seperti ini memang hampir tidak bisa dielakkan, sebab laut memiliki siklusnya sendiri, di mana dalam satu periode tertentu angin bertiup amat kencang dan menciptakan gelombang serta arus yang tidak kecil.
Abrasi juga dapat disebabkan oleh ulah manusia itu sendiri, misalnya karena manusia tidak bisa menjaga keseimbangan ekosistem laut dan akibat adanya pemanasan global. Ketidakseimbangan ekosistem laut ini biasanya terjadi akibat eksploitasi besar-besaran terhadap kekayaan laut mulai dari ikan, terumbu karang dan lain sebagainya, sehingga arus dan gelombang laut secara besar-besaran mengarah ke pantai dan berpotensi menyebabkan abrasi.
Faktor lainnya yang bisa menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem laut adalah adanya penambangan pasir untuk keperluan manusia di darat. Penambangan pasir pantai yang terjadi besar-besaran dengan mengeruk sebanyak mungkin pasir pantai serta dalam intensitas yang juga tinggi dapat mengurangi volume pasir di laut, bahkan mengurasnya sedikit demi sedikit. Hal ini akan berpengaruh langsung terhadap arah dan kecepatan air laut yang akan langsung menghantam pantai. Ketika tidak membawa pasir, air pantai menjadi lebih ringan dari biasanya, sehingga dapat lebih keras dan lebih cepat menghantam pantai. Ini bisa memperbesar kemungkinan terjadinya abrasi pantai.
Faktor terjadinya abrasi kawasan pantai akibat pemanasan global secara umum dikarenakan pemakaian kendaraan bermotor yang berlebihan serta asap dari pabrik-pabrik industri atau pun pembakaran hutan. Asap dari kendaraan bermotor, dari aktivitas pabrik-pabrik dan dari hutan yang dibakar akan menghasilkan karbondioksida yang menghalangi keluarnya panas matahari yang dipantulkan bumi sehingga panas tersebut terperangkap dan bersemayam di lapisan atmosfer bumi. Akibatnya suhu bumi meningkat, es di kutub mencair dan permukaan air laut mengalami peningkatan sehingga akan menggerus tempat yang rendah.
Abrasi pantai akan sangat memberikan dampak buruk bagi alam dan manusia. Dampak yang paling nyata adalah penyusutan area pantai. Gelombang dan arus laut yang biasanya membantu jalur berangkat dan pulang nelayan ataupun memberi pemandangan dan suasana indah di pinggir pantai kemudian berubah menjadi mengerikan. Hantaman-hantaman gelombang air laut yang keras pada daerah pantai dapat menggetarkan bebatuan dan tanah sehingga keduanya perlahan akan berpisah dari wilayah daratan dan menjadi bagian yang digenangi air. Ini tidak hanya merugikan sektor pariwisata, akan tetapi juga secara langsung mengancam keberlangsungan hidup penduduk di sekitar pantai yang memiliki rumah atau ruang usaha.
Abrasi pantai juga akan merusak hutan bakau. Penanaman hutan bakau yang sejatinya diperuntukkan menangkal dan mengurangi resiko abrasi pantai juga berpotensi gagal total jika abrasi pantai sudah tidak bisa dikendalikan. Ini umumnya terjadi ketika musim badai, saat keseimbangan ekosistem sudah benar-benar rusak atau pun saat laut sudah kehilangan sebagian besar dari persediaan pasirnya. Jika dampak yang satu ini terjadi, maka penanganan yang lebih intensif harus dilakukan karena sebagian besar keberadaan hutan bakau masih cukup efektif untuk mengurangi kemungkinan abrasi pantai.
Abrasi pantai bisa pula menyebabkan hilangnya tempat berkumpul ikan-ikan perairan pantai. Ini merupakan konsekuensi logis yang terjadi dan terkikisnya daerah pantai yang diawali gelombang dan arus laut yang sifatnya destruktif. Ketika kehilangan habitatnya maka ikan-ikan pantai akan kebingungan mencari tempat berkumpul sebab mereka tidak bisa mendiami habitat ikan-ikan laut karena ancaman predator ataupun suhu yang tidak sesuai dan gelombang air laut yang terlalu besar. Akibat terburuknya adalah kematian ikan-ikan pantai tersebut.
Dampak yang diakibatkan abrasi pantai sangatlah buruk bagi kehidupan manusia dan alam itu sendiri. Jika dibiarkan, daya destruktifnya bisa semakin merusak dan merugikan banyak pihak. Selain merugikan pemukiman dan pebisnis di wilayah pantai, abrasi yang dibiarkan juga dapat berpengaruh besar terhadap hasil laut serta jenis sumber daya alam yang menjadi bahan konsumsi pokok masyarakat sekaligus mata pencaharian sebagian masyarakat yang jumlahnya tidak sedikit. Karena itulah perlu diupayakan tindakan pencegahan abrasi pantai, agar dampaknya bisa dikurangi dan tidak semakin merusak lingkungan sekitar pantai.
Pencegahan
Tindakan pencegahan abrasi pantai dapat kita lakukan berdasarkan analisis dari penyebab abrasi pantai serta sifat dan karakteristik abrasi itu sendiri.
Pertama, penanaman dan pemeliharaan hutan bakau. Pohon bakau adalah jenis pepohonan pantai yang akarnya menjulur ke dalam air pantai. Pohon ini lazim ditanam di garis pantai yang sekaligus menjadi pembatas daerah berair dengan daerah pantai yang berpasir. Ketika pohon ini tumbuh dan berkembang, akarnya akan semakin kuat sehingga dapat menahan gelombang dan arus laut agar tidak sampai menghancurkan bebatuan atau berbagai macam jenis tanah atau pasir di daerah pantai yang kemudian mengikisnya sedikit demi sedikit.
Kedua, pemeliharaan terumbu karang. Terumbu karang di dasar laut dapat mengurangi kekuatan gelombang laut dan arus laut yang akan menyentuh pantai. Karena itu, jika tumbuhan dasar laut ini dilestarikan dan dilindungi, gelombang laut tidak akan seganas biasanya sehingga kemungkinan abrasi pantai dapat diminalisir.
Ketiga, pelarangan tambang pasir. Regulasi yang demikian sangat berperan penting dalam upaya mengurangi abrasi pantai. Jika persediaan pasir di laut tetap dalam kategori cukup, air pasang gelombang atau arus laut tidak akan banyak menyentuh garis pantai sehingga abrasi bisa dihindarkan karena penyebab utamanya dihalangi menyentuh sasaran.
Abrasi pantai yang disebabkan oleh ulah manusia sebenarnya bisa diminimalisir bahkan dihindari dengan perubahan gaya hidup ataupun regulasi-regulasi yang sifarnya mengikat. Ini menjadi penting dan layak menjadi keprihatinan, karena bahaya atau kerugian yang disebabkan abrasi pantai bisa sangat besar dan mengenai kehidupan manusia dan alam. Jadi, dengan melakukan tindakan pencegahan abrasi pantai, kita bisa menyelamatkan habitat perairan pantai dan menjaga kehidupan manusia di kawasan pantai.