Napak Tilas Kenangan SMA

Oleh: Adelina Savitri Lubis. GERAK-gerik mereka masih serupa dengan masa putih abu-abu lalu. Tawa, canda, keisengan bahkan ejekan pun mewarnai pertemuan mereka. Semuanya lebur dalam kenangan 35 tahun masa SMA. Meski tak lagi berusia belasan tahun, namun setiap tingkah mereka selalu berakhir pada gelak tawa.

“Hahahaha ..., dulu waktu SMA, dia pelit kali ngasih contekan sama aku,” ungkap Tice sembari melirik Daniel yang tersipu malu.  Padahal, ungkap Tice, masa ujian itu, dia telah berulang kali memberikan kode melalui bahasa tubuhnya. Maksudnya agar Daniel memberikan contekan kepadanya.

Namun  bukannya mengerti dengan maksud Tice, Daniel malah pura-pura tak mendengar. Daniel yang disebut-sebut Tice hanya terbahak mendengar pengakuannya. Kisah serupa juga diungkapkan Ratna. Saat SMA dulu, rambut Ratna sangat panjang. Hal itu pun menimbulkan keisengan teman sekelasnya.

“Setiap kali aku diminta guru menulis di papan tulis, rambutku pasti ditariknya,” katanya sambil menunjuk Erwin.  Bahkan menurutnya, keisengan Erwin tak kenal waktu, saat berjalan pun rambutnya ditarik. Jika Ratna sudah meringis, Erwin pun tertawa puas. Dia sangat iseng, bahkan sampai saat ini.

Tiga tahun kebersamaan mereka di SMA, tepatnya di kelas III IPA 7. Salah satunya adalah Ketua AGI, Vita Pahlevi. Diungkapkannya, tahun ini adalah reuni 35 tahun mereka.

“Sebetulnya acara akbarnya baru-baru ini. Namun kami membuatnya khusus untuk kelas kami saja. Karena itu, rangkaian reuni ini kami laksanakan sejak 21-23 September 2017,” jelasnya kepada Analisa.

Menurut perempuan yang akab disapa Vita ini, kegiatan reuni yang mereka langsungkan selama tiga hari itu bukan sekadar reuni semata. Vita bahkan menyebutnya sebagai ziarah kenangan. Itu juga yang menjadi alasan mereka untuk merangkai setiap momen pra dan pascareuni dengan hal yang bermanfaat. Salah satunya adalah mengunjungi rumah wali kelas mereka.

“Ibu Chairiah namanya. Beliau sudah seperti ibu bagi kami semua. Apalagi di masa itu kami bandel-bandel, tapi beliau tetap sabar,” akunya.

Bak remaja SMA, semuanya saling berceloteh tentang Ibu Chairiah. Mengutarakan kebaikan juga keteladanan perempuan yang usianya sudah 82 tahun itu.  “Kami tidak pernah dimarahi beliau, pun tak pernah menghukum kami,” kata Khairul Oyong yang menjadi ketua kelas semasa SMA dulu.

Perempuan uzur itu membuka lebar-lebar kedua tangannya tatkala Vita dan teman-temannya tiba di kediaman sang guru. Senyumnya mengembang dan persis puluhan tahun silam, mereka spontan merengkuh sang guru. Mencium tangannya, juga memeluk sang guru. Beberapa di antaranya terlihat menitikkan air mata. Rindu, sekaligus haru karena mereka masih diberi kesempatan bertemu dengan sang wali kelas.

Ingat Nama

“Ingatannya kuat sekali. Beliau masih ingat kami. Bahkan menyebut nama kami. Kata beliau, kuncinya hanya satu, rajin membaca, dan itu yang masih beliau lakukan sampai saat ini,” tutur Oyong yang juga merupakan Ketua Panitia Reuni 65 Tahun SMANSA Medan.

“Ini Agus Arif, kamu Jhony, dan itu Lutfi Eka. Nah kalau ini pasti Erwin. Di sana Bachtiar, Jilai, Rudi, Tice. Eh sebentar, itu pasti Daniel, Ical, Julfan, Abdi, Agustinus, Panusunan, ketua kelas Oyong, Meny, Bella, Tiorista, Ratna, Nurliana, Agus Paulus. Yang ini Mega, Diana, dan kamu pasti Vita,” sebutnya.

Sekian jepretan bersama sang wali kelas pun mereka abadikan dengan beragam gaya. Tetap saja, tingkah mereka bak anak remaja dulu. Lepas, tanpa beban. Kenangan mereka kian membuncah, tatkala memasuki kelas tempat mereka menghabiskan waktu belajar bersama.

Meskipun 35 tahun telah berlalu, wangi jejak mereka masih tercium di sana. Mereka masing-masing juga menduduki bangku kelas itu. Sembari mereka-reka, posisi duduk di masa SMA dulu. Ziarah itu bukan semata di sana, tapi juga menyisir setiap sudut halaman sekolah.

Kebetulan hari itu, kegiatan fun walk sekolah usai dilangsungkan. Vita bersama teman-temannya pun bersorak tatkala angkatan mereka (1982) didaulat naik ke atas panggung. Mengenakan T-Shirt biru, mereka pun menaiki panggung. Tak sekadar memperkenalkan kekompakan angkatan, mereka juga diwajibkan membawa sebuah lagu yang mewakili rasa yang mereka miliki saat itu. Tak malu-malu, semuanya pun turut bergoyang.

Sisi lain, kegiatan reuni memang mulai populer belakangan ini. Bahkan aktivitas temu kangen ini telah menjadi gaya hidup masyarakat di Indonesia. Memang pada akhirnya, usia tidak bisa menampik waktu. Ada masa di mana kita merindukan masa lalu. Bukan ingin kembali pada masa itu, namun untuk memperkaya hidup dalam hubungan sesama manusia. 

“Persaudaraan itu bukan hanya terjalin atas hubungan darah, namun ikatan itu muncul dari orang-orang yang berada di sekeliling kamu, yang mendukung kamu dalam suka juga duka, yang memanusiakan manusia dalam kehidupan,” ucap Vita.

Gelak tawa samar terdengar. Canda di antara mereka juga masih saling bersahutan. Semoga  besok kita bertemu lagi, ya!

()

Baca Juga

Rekomendasi