Menikmati Suasana Ibukota Laos, Vientiane

Vientiane, ibukota negara Laos. Men­jelajahi Kota Vientiane bisa ditempuh melalui perjalanan darat dari Nong Khai, Thailand atau juga dengan pesawat udara. De­ngan melakukan perjalanan darat atau de­ngan shuttle bus ke kota ini harus menye­berang Sungai Mekong terlebih dahulu.

Semua destinasi wisata po­puler di se­kitar dan dalam Kota Vientiane cuma ber­jarak tempuh paling lama 30 menit. Ketika memasuki negara Laos, pelancong bisa mengunjungi Buddha Park yang kemudian bisa pula perjalanan dilanjutkan ke kota lain selama 30 menit. Kunjungan selanjut­nya berada di pusat kota. Destinasinya ada­lah komplek stupa emas Pha That Luang, Museum Sisaket, dan Patuxay Park.

Jika ingin berbelanja, pelancong bisa me­­ngunjungi ‘morning market’ atau dal­am bahasa lokal bernama Talat Sao. Letak­nya pun tidak jauh cuma sekitar 15 menit perjalanan dari Patuxay Park.

Menurut pemandu tur dari Laos, Mr Tony, penduduk Laos hanya berjumlah k­u­rang lebih 7 juta penduduk. Itulah se­babnya Kota Vientiane terasa agak sepi ka­rena jam macetnya cuma pada pagi hari sekitar pukul 07.00 sampai 08.00 saja.

“Sejarah masyarakat yang bermukim di kawasan ini berasal dari Tibet melalui sungai. Laos atau nama lainnya Lao dapat berarti naga, yakni simbol dari masyarakat Lao atau Dao yang tiba dari langit kesini,” urai Tony.

“Laos sendiri dipimpin oleh presiden yang juga sebagai raja dan dibantu oleh perdana men­teri yang diganti setiap 5 tahun sekali,” ujarnya. Menyinggung ten­tang turis yg tiba ke Laos, sebagian besar be­rasal dari domestik. Sebanyak 10 persen lainnya yaitu wisata­wan mancanegara.

“Kebanyakan turis mancanegara yang datang kemari mempunyai hubungan erat dengan militer Amerika Serikat yang pada tahun 1960 menjadikan Laos sebagai kamp militernya. Hingga sekarang, mereka yang menetap di negara ini mempunyai keluarga atau menikah karena warga lokal,” jelas Tony.

Setelah puas mengelilingi dan merasa lapar, pelancong pun bisa menikmati masakan lokal yang letaknya pun ada di pusat kota. Menyetir kendaraan di Negara Laos berbeda juga dengan negara tetangga karena posisi jalur berada di sebelah kanan.

Jika seluruh destinasi tadi dikunjungi, cuma membutuhkan waktu selama kurang lebih 9 jam perjalanan. Di waktu sore pun masih sempat kembali ke Nong Khai, Thailand seandainya memang bertujuan ke sana.

Gerbang

Banyak orang tidak suka ibukota karena biasanya padat dan sering macet. Mungkin itulah gambaran ibukota jika ingat Bangkok dan Manila. Namun Vientiane sebagai ibukota Laos tidaklah demikian.

Bisa dikatakan Vientiane adalah kota terbesar dan paling modern di Laos, namun jika dibandingkan dengan Bangkok, ter­golong sangat sederhana. Tidak ada jalan layang yang malang-melintang, tidak ada jalur monorail dan tidak ada underground MRT. Kendaraan umum yang paling populer di Vientiane adalah tuk-tuk,sejenis becak bermotor atau bemo.

Objek wisata utama yang juga menjadi ikon kota Vientiane, dan bahkan ikon ne­gara Laos ada­lah Patuxai, atau yang arti­nya Gerbang Kemenangan. Ba­ngunan be­sar yang terletak di Lane Xang Avenue dengan arsitektur yang mirip Arc de Triom­phe di Paris ini dibangun pada tahun 1957-1968 sebagai dedikasi atas perjua­ngan para tentara korban perang.

Walaupun mirip dengan ba­ngunan di Paris, detail dekorasinya disesuaikan de­ngan budaya Laos, yakni dihiasi kinnari (makh­luk mitologi Laos yang berupa se­tengah wanita setengah burung).

Lukisan dewa-dewa (Wisnu, Brahma, dan Indra) tergambar di bagian dalam ku­bah. Sebetulnya pengunjung bisa naik ke puncak monumen untuk menikmati pe­mandangan kota Vientiane

Jam buka: Pukul 08:00 - 17:00 (akses tangga ke atas). Tiket masuk: 3.000 Kip (sekitar Rp3.600)

Dengan menggunakan tuk-tuk carteran, dari Patuxai bisa perjalanan dilanjutkan menuju sebuah bangunan megah yang menjadi simbol persatuan rakyat Laos. Pha That Luang yang artinya ‘Great Sacred Stupa’ pertama kali dibangun pada 1566, namun karena sempat hancur akibat invasi Thailand, ia kembali diba­ngun pada 1953.

Emas

Selain menyimpan salah satu relik Bud­ha, keunikan lain Pha That Luang adalah ada­nya bebe­rapa bagian stupa yang dilapisi emas. Tak heran warna kuningnya benar-benar bersinar, apalagi saat matahari ber­sinar terik. Pe­ngunjung bisa masuk ke area Pha That Luang yang dikelilingi tem­bok dengan membayar tiket.

Kalau masih ada waktu kiranya tidak me­nyia-nyiakan kesempatan mengun­jungi Buddha Park yang dalam bahasa lokal dikenal dengan Xieng Khuan.

Taman ini letaknya cukup jauh, yakni 28 Km di sebelah selatan pusat kota, te­patnya di pinggir Sungai Mekong. Ba­nyak orang cukup penasaran dengan taman ini apalagi sudah pernah mengunjungi ta­man serupa, Sala Keoku Sculpture Park, tepat di seberang sungai Mekong, Nong Khai, Thailand.

Kedua taman tersebut diba­ngun oleh se­orang seniman Thailand dan memiliki lebih dari 200 patung raksasa yang ting­gi­nya mencapai 10 meter yang tersebar di se­­luruh penjuru taman. Yang membe­da­kan Xieng Khouan dengan Sala Keoku adalah keberadaan patung Buddha tidur sepanjang 50 meter di Buddha Park ini.

Selain itu, ada pula kubah batu besar yang bisa dimasuki. Di dalamnya ada beberapa lantai yang berisi patung-patung juga. Pengunjung bisa naik terus sampai akhirnya keluar dari lubang kecil dan muncul di bagian atas kubah yang terbuka.  Tentu saja perlu hati-hati untuk yang men­derita phobia ke­tinggian karena po­sisinya cukup tinggi dari tanah dan tidak ada pagar pengaman. Untuk mencapai taman tersebut pengunjung bisa naik bis lokal dari stasiun bis di dekat Morning Market. (pdc/wci/ar)

()

Baca Juga

Rekomendasi