Oleh: Syafirna Keisha Lituhayu
HARI libur yang lalu, kami sekeluarga pergi berkunjung ke rumah nenek di kampung. Aku sangat rindu sama nenek, karena sudah satu bulan lebih tidak ketemu. Setelah menempuh perjalanan yang lumayan jauh, sampailah kami di rumah nenek. Aku dan adikku segera turun dari mobil dan berlari memanggil nenek. Sementara ayah dan bunda masih menurunkan barang-barang dari dalam mobil.
“Nenek…”, aku dan adikku serentak memanggil nenek.
“Iya…nenek di sini”, jawab nenek
Sepertinya nenek sedang berada di teras belakang. Kami segera berlari kearah belakang. Dan benar saja, nenek sedang menjahit sarung bantal yang koyak. Kami langsung memeluk nenek dengan penuh rasa rindu. Kami menemani nenek menjahit hingga jahitannya selesai.
Selesai menjahit nenek mengajak kami ke kebun singkong di belakang rumah. Nenek mengambil beberapa helai daun singkong yang masih muda untuk dijadikan lauk makan siang nanti. Sementara aku dan adikku hanya mengikuti nenek sambil membawa keranjang kecil tempat daun singkong dikumpulkan. Setelah dirasa cukup, kami pun kembali ke teras belakang. Sampai di teras belakang, Ayah dan Bunda sudah duduk menunggu kami.
Daun singkong yang baru dipetik tadi kami letakkan di tampah. Aku menemukan seekor belalang dalam tumpukan daun singkong itu. Aku sangat senang sekali, karena belalang tersebut bisa dijadikan alat bermain bersama adik. Aku menangkap belalang itu dan meletakkannya di atas meja. Namun aku sangat terkejut sebab kaki belalang itu telah patah. Pasti dia merasakan sakit yang luar biasa, pikirku dalam hati.
“Nenek…coba lihat belalang ini, kakinya telah patah dan dia berjalan dengan pincang”, kataku pada nenek.
“Oh…iya, kasihan sekali dia”, jawab nenek.
“Kok bisa patah begitu kaki belalang itu ya”, nenek melanjutkan ucapannya.
“Mungkin kakinya patah bersamaan dengan daun singkong yang nenek petik tadi”, kataku
Aku sangat kasihan sekali melihat belalang itu. Namun aku tidak tau bagaimana caranya agar belalang itu tidak merasakan sakit dan bisa berjalan normal seperti semula. Akhirnya aku membatalkan bermain belalang bersama adik. Aku melepaskan belalang itu di kebun singkong nenek. Aku berdoa mudah-mudahan belalang yang malang itu bisa sehat kembali meskipun kakinya telah patah.
“Selamat tinggal belalang, jaga dirimu baik-baik ya”, kataku dalam hati.
(Penulis adalah siswa kelas IV SD Islam Qurrata A’yun Kota Tebing Tinggi)