Oleh: dr. Lilis S.
Suatu hari Anda mendapati sebuah benjolan yang lunak di salah satu bagian tubuh Anda. Tetapi sebenarnya Anda tidak memiliki keluhan selain benjolan yang sedikit menggangu penampilan.
Lalu, terbesit dipikiran Anda bahwa apakah sebenarnya benjolan yang Anda dapatkan itu? Apakah benjolan tersebut berbahaya, ganas atau kanker? Untuk mengetahuinya kita perlu ketahui terlebih dahulu bagaimana gambaran dari benjolan tersebut. Bisa saja, benjolan tersebut adalah benjolan yang sering dialami kebanyakan orang, yang disebut lipoma.
Pada dasarnya, lipoma merupakan benjolan berupa lemak bertekstur lunak dan kenyal yang tumbuh secara berlebihan di antara jaringan kulit dan otot. Lipoma biasanya dilapisi oleh kapsul jaringan ikat yang tipis. Penyakit yang dikelompokkan ke dalam tumor jinak ini umumnya muncul di beberapa bagian tubuh, seperti leher, punggung, dada, bahu, lengan, dan juga bisa terjadi pada perut, paha, serta ketiak. Jenis yang paling sering adalah lipoma yang berada lebih ke permukaan kulit (superfisial). Jenis yang lain yang agak jarang adalah yang letaknya lebih dalam dari kulit seperti dalam otot, saraf, sendi, ataupun tendon.
Lipoma termasuk penyakit yang sering, walaupun dengan insidensi sekitar 1 dari 1.000 orang (1%). Sebagian pasien mendapatkan lebih dari satu lipoma, dan lipoma lebih sering dijumpai pada usia lanjut (40-60 tahun). Namun tidak menutup kemungkinan lipoma dapat dijumpai pada anak-anak pula. Lipoma tunggal terjadi pada frekuensi setara pada pria dan wanita. Namun terdapat pula hasil studi yang mendapati lipoma tunggal lebih sering pada wanita. Sedangkan untuk lipoma multipel, lebih sering timbul pada pria.
Faktor risiko dan penyebab lipoma belum diketahui dengan pasti, tetapi ada beberapa hal yang diduga berkaitan dengan peningkatan risiko untuk mendapatkan lipoma, di antaranya:
1. Adanya hubungan dengan faktor genetik, karena banyak penderita lipoma yang memiliki riwayat keluarga dengan tumor ini, dan risiko akan meningkat bila dijumpai adanya riwayat keluarga
2. Luka atau trauma fisik seperti hantaman tumpul pada bagian tubuh tertentu dikatakan akan memicu pertumbuhan lipoma.
3. Orang-orang yang menderita penyakit tertentu, seperti sindroma cowden, sindroma gardner, penyakit madelung, dan adiposis dolorosa yang terkait dengan lipoma multipel.
4. Usia, orang berusia 40-60 tahun berisiko lebih besar terkena lipoma karena dalam rentang usia ini diduga kerap mengalami perubahan sistem metabolisme serta gaya hidup.
5. Obesitas, orang yang memiliki berat badan berlebihan atau obesitas juga dapat mengalami lipoma, tapi hasil studi ahir-akhir ini mengatakan bahwa tidak terdapat hubungan obesitas dengan peningkatan kemungkinan untuk terjadinya lipoma.
6. Mengonsumsi alkohol, orang yang memiliki kebiasaan mengonsumsi alkohol juga dapat meningkatkan risiko lipoma.
7. Gula darah yang tinggi, adanya penumpukan kadar gula yang berlebihan di dalam tubuh akan meningkatkan resiko obesitas.
8. Kurangnya aktivitas, di mana beberapa dokter menganggap lipoma lebih sering terjadi pada orang yang tidak aktif, namun pemikiran ini masih belum dapat dibuktikan.
Mengenai gejala, lipoma umumnya tidak menyebabkan nyeri, dapat digeser/digerakkan dan tidak berkembang ataupun berkembang dengan sangat lambat. Pada perabaan biasa terasa kenyal atau liat. Ukuran lipoma bervariasi, dari berukuran kecil dengan diameter kurang dari 2 inci (2-5 cm) sampai dapat tumbuh besar dengan diameter mencapai lebih dari 4 inci (10 cm) bahkan lebih. Bentuknya biasa berlobul-lobul, lonjong, atau bulat dan berbatas tegas. Sebenarnya sangat jarang suatu lipoma dikulit akan menekan struktur lain dan menyebabkan gangguan, namun terkadang lipoma dapat juga menyebabkan nyeri bila tumor ini tumbuh dan menekan saraf atau jika mengandung banyak pembuluh darah.
Lipoma sering menjadi masalah ketika Anda merasa lipoma tersebut mengganggu gerakan dan penampilan Anda. Beberapa orang hanya mengembangkan satu buah lipoma saja, tetapi banyak yang memiliki beberapa lipoma. Kebayakan lipoma dapat ditemukan pada bagian tertentu seperti yang telah disebutkan sebelumnya, tetapi sebenarnya mereka dapat timbul di mana saja pada tubuh yang terdapat jaringan lemak.
Diagnosis dari lipoma dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis, biasanya dokter akan menanyakan Anda mengenai sudah berapa lama mengalami benjolan tersebut, lokasinya dan gejala-gejala yang Anda rasakan, seperti apakah terdapat nyeri, semakin membesar atau tidak, riwayat penyakit, riwayat keluarga, kebiasaan, serta hal-hal yang terkait kondisi kesehatan Anda secara umum dan kondisi Anda saat ini.
Lalu pada pemeriksaan fisik, dokter akan merasakan benjolan Anda, memeriksa ukuran dan konsistensinya, juga mobilitasnya. Kulit pada permukaan benjolan juga akan diperhatikan apakah terdapat perubahan, misalnya perubahan warna kulit, pembengkakan, peradangan, dan lain sebagainya.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk benjolan yang diduga lipoma dapat berupa biopsi (pengambilan jaringan dan diperiksakan di bawah mikroskop), USG, CT Scan atau MRI. Jika lipoma yang timbul memiliki bentuk yang tidak biasa, berukuran besar, dan terlihat lebih dalam dari jaringan lemak, CT Scan atau MRI dapat dilakukan untuk memastikan lebih lanjut.
Pedoman National Institute for Health and Care Excellence (NICE) tahun 2015 sendiri menyarankan untuk dilakukan USG segera pada benjolan jaringan lunak yang tidak dapat dijelaskan yang semakin membesar, dengan jangka waktu dua minggu untuk merujuk bila hasil USG mencurigakan atau tidak meyakinkan. MRI merupakan pencitraan terbaik setelah USG. Bila terdapat MRI, biopsi mungkin tidak diperlukan.
Kista adalah kantung di bawah kulit yang mengandung cairan dan bisa terlihat seperti lipoma. Untuk membedakannya, USG dapat digunakan untuk membedakan benjolan lipoma dari benjolan kista.
Bila lipoma yang muncul tumbuh dengan cepat, terasa nyeri dan tidak bergerak di bawah kulit, terdapat kemungkinan bahwa benjolan tersebut adalah liposarkoma (tumor ganas yang tumbuh di jaringan lemak), walaupun jarang.
Pada umumnya, lipoma tidak memerlukan tatalaksana dan pengobatan karena tidak berbahaya. Namun, bila benjolan berkembang menjadi semakin besar sehingga tampak secara kasat mata (mengganggu kepercayaan diri), menjadi nyeri dan mengganggu pergerakan, biasanya penderita akan menjalani operasi untuk alasan kosmetik (bedah kosmetik).
Secara keseluruhan, penatalaksanaan untuk lipoma dapat berupa konservatif (mesoterapi), operasi, dan liposuction. Pada metode konservatif dengan mesoterapi, akan diberikan injeksi obat-obatan non steroid anti inflamasi, enzim dan hormon dengan harapan lipoma akan mengecil. Namun saat ini sudah mulai digunakan lecithin (phosphatidylcholine isoproterenol), yang mempunyai efek lipolitik (menghancurkan lemak). Perlu diingat bahwa injeksi ini tidak akan menghilangkan lipoma seluruhnya.
Metode operatif, dapat berupa simple surgical excision (yang paling sering dilakukan dimana lipoma dikeluarkan dengan sayatan lalu dijahit) dan squeeze technique (untuk lipoma berukuran kecil, dengan cara ditekan keluar). Biasanya lipoma jarang tumbuh kembali setelah operasi (4-5%), namun bila timbul kembali, eksisi tetap merupakan pilihan tatalaksana terbaik. Efek samping operasi yang paling sering adalah menyebabkan memar dan bekas luka.
Cara lain, liposuction, di mana lipoma yang berupa lemak akan disedot. Liposuction diindikasikan untuk lipoma berukuran sedang (4-10 cm) dan besar (>10 cm). Saat ini, sedang sedang dikembangkan pula menghancurkan lemak lipoma dengan teknik gelombang ultrasonik. Bila lipoma berada pada daerah yang tidak mudah dijangkau dengan sayatan sederhana di kulit, pengangkatan lipoma mungkin memerlukan penggunaan ruang operasi dan tindakan dibawah anestesi umum. Pemilihan penatalaksanaan akan ditentukan berdasarkan klinis serta preferensi penderita.
Lipoma dapat dicegah dengan melakukan beberapa hal ini:
- Menerapkan pola hidup yang sehat, seperti melakukan olahraga secara teratur, diet yang sehat dengan perbanyak mengonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan, serta menghindari konsumsi makanan yang tinggi akan lemak dan minyak.
- Jagalah agar berat badan Anda tetap ideal.
- Menghindari alkohol.
- Bila Anda menyadari adanya benjolan atau pembengkakan dimana saja pada tubuh Anda, sebaiknya segera periksakan diri Anda ke dokter. Terutama bila benjolan yang dialami semakin besar, nyeri, keras, ataupun tumbuh kembali setelah diangkat.
- Buatlah jadwal kontrol untuk memonitor perkembangan gejala Anda dengan dokter.