Per Tahun, 8.000 Dokter Pengangguran

Medan, (Analisa). Sebanyak 8.000 dokter tidak memiliki pekerjaan atau pengangguran dalam per tahunnya. Hal itu disebabkan produksi sarjana kedokteran oleh fakultas kedokteran dengan serapan kebutuhan sektor rumah sakit dan praktik klinik yang tidak sinkron jumlahnya.

Pernyataan itu disampaikan Tokoh Masyarakat Kese­hatan Sumatera Utara (Sumut) dr Ramlan Sitompul SpTHT-KL kepada wartawan di Medan, Senin (16/10). Menurutnya, tidak sinkronnya antara kedua pihak terkait membuat jumlah kuota dokter di Indonesia menjadi sangat berlebih.

"Harusnya, kalau berdasarkan kebutuhan dokter dari data-data yang kita peroleh, sesungguhnya untuk dokter umum itu sudah sangat berlebih. Bahkan lebihnya itu mencapai 8.000an per tahun," katanya.

Ia mengatakan, persoalan yang dihadapi dunia kedok­teran saat ini terkait kebutuhan untuk menambah mutu dan kualitas dokter, bukannya menambah jumlah fakultas kedokteran yang ada. Oleh karena itu, pencabutan morato­rium fakultas kedok­teran seharusnya masih membutuhkan waktu lama.

"Produksi dokter ada sekitar 10.000 orang, dengan ke­­lebihannya 8.000 dokter per tahun. Belum lagi ada tambahan tahun ini yang bakal lulus sebanyak 8.000 juga. Jadi bakal ada 16.000 stok dokter," ungkapnya.

Ia menyampaikan, pemerintah tidak perlu lagi me­nam­bah jumlah fakultas kedokteran karena dapat menyebabkan ledakan pengangguran pada profesi dokter. Pemerintah seharusnya hadir dalam menunjang peningka­tan kualitas dokter. Misalnya, pelatihan-pelatihan kepada para pendidik, pendampingan kepada mahasiswa ke­dokteran yang sulit lulus, kemudian modul arah pendi­dikan kedokteran yang disepakati secara nasional.

"Lebih bagus pemerintah fokus pada hal itu. Kita ber­harap institusi pendidikan tidak disusupi politik praktis," terangnya. Menurutnya, fakultas kedokteran yang sudah ada se­baiknya tidak terlalu banyak menerima mahasiswa. Apalagi, dari jumlah 83 fakultas kedokteran di Indonesia, 75 kampus sudah menghasilkan lulusan dokter.

"Jangan karena menguntungkan, pendidikan kedokteran itu dijadikan sebagai lahan bisnis. Seharusnya didik saja sesuai dengan cita-cita generasi muda," tegasnya.

Tidak hanya itu, ia juga berharap agar distribusi dokter juga dapat terlaksana secara merata. Hal itu dikarenakan di Indonesia bagian timur hingga saat ini masih sangat ke­kurangan tenaga kedokteran. "Jadi teman-teman dokter kita harap jangan sungkan pergi ke timur. Berkarirlah di sana untuk membantu masya­rakat," pungkasnya. (dani)

()

Baca Juga

Rekomendasi