Medan, (Analisa). Di tengah banyaknya penderita kanker payudara di Indonesia, apalagi sebanyak 80 persen sudah stadium akhir, hal ini kurang sebanding dengan tenaga kesehatan yang tersedia. Di Medan, hanya terdapat 10 dokter bedah onkologi, namun hanya delapan yang masih aktif menangani kanker payudara.
Pernyataan itu disampaikan dr Denny Rifsal Siregar SpB(K) Onk MKes usai kegiatan Deteksi Dini Wujudkan Wanita Indonesia Bebas Kanker Serviks dan Payudara. Kegiatan ini diselenggarakan Dharma Wanita Persatuan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Sumatera Utara (LPMP Sumut) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di Medan, Senin (16/10).
Ia menyebutkan, dari 10 dokter tersebut, enam di antaranya berpraktik di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik, satu orang di RSUD dr Pirngadi dan satu orang di RS Elizabeth Medan. Sedangkan dua dokter lainnya sekarang sudah tidak aktif karena lanjut usia.
Menurutnya, idealnya dibutuhkan banyak dokter spesialis ini karena kasusnya seperti fenomena gunung es. Namun, memang tidak semua RS bisa memfasilitasi dan mendukung hal tersebut. Apalagi RS di daerah.
Kondisi itu, sambungnya, dikarenakan onkologi harus memiliki fasilitas patologi anatomi, kemoterapi dan radioterapi.
Di Medan, hanya RSUP Haji Adam Malik, RS Murni Teguh dan RS Vina Estetika. Umumnya masyarakat berobat dari luar Sumatera Utara berobat ke sini.
Dokter spesialis bedah onkologi, lanjutnya, dibutuhkan untuk pemeriksaan dan penanganan tepat kanker payudara. Karena pengobatan berdasarkan evidence base, histopatologi dan patologi anatomi. Jika kanker salah ditangani dari awal, maka pengobatan selanjutnya akan sangat sulit.
"Tidak hanya berobat dari dokter yang tidak tepat, berdasarkan data kita kebanyakan dari penderita biasanya berobat ke pengobatan herbal atau alternatif. Sudah parah baru dibawa ke bedah onkologi," jelasnya.
Ia mengatakan, saat ini sebagian besar masyarakat masih belum memahami dokter yang dituju jika didiagnosa menderita kanker payudara. Dokter di klinik harus mengarahkan ke bedah onkologi.
"Harapan kita sosialisasi harus terus dilakukan. Media massa juga berperan menyampaikan informasi yang benar soal pengobatan kanker payudara," imbaunya.
Pengurus tim medis Cancer Information and Support Center (CISC) Sumut, dr Tuahman Purba SpAn menambahkan, masyarakat memang perlu mendapatkan informasi yang benar terkait kanker payudara. Karena selama ini, masih banyak yang tidak mengetahui dan malu jika didiagnosa kanker payudara.
"Di sini, kita bertugas menghimpun penderita kanker yang sudah sembuh dan dalam tahap pengobatan. Harus kita sampaikan kalau tumor dan kanker bisa diobati, masyarakat jangan takut. Selama ini, masyarakat masih kekurangan informasi dan pemahaman tentang kanker," ungkap Ketua Dewan Pengawas RS Sari Mutiara itu. (dani)