Apa Arti Catalonia bagi Spanyol

Oleh: Khairul Mufid.

Tanggal 01 Oktober adalah hari ber­se­jarah bagi masyarakat Catalonia (Ca­ta­lunya). Akhirnya, referendum yang diidam-diamkan dari puluhan tahun lalu digelar. Referendum ini, menjadi keinginan purba karena Spanyol dirasa tidak memberi kebebasan dan progres terhadap kesejahteraan masyara­kat Catalonia.

Dari referendum itu, Eropa pun kian ter­guncang. Kalau dilihat dari fenomena tiga tahun terakhir, setelah Yunani, Ing­gris, dan Skotlandia, Catalonia seolah me­nambah awan tebal di kawasan yang men­jadi magnet demokrasi dunia itu. Na­mun, referendum Catalonia lebih men­dapatkan perhatian internasional karena Spanyol terus berusaha meng­gagalkan referendum Catalonia, bahkan dengan tindakan represif. Hal ini terbukti ketika terjadi huru-hara yang mengakibatkan 11 polisi dan 337 warga terluka.

Akan tetapi berdasarkan laporan BBC (02/10), menyebutkan bahwa pihak pro kemerdekaan telah mengklaim kemena­ngan Catalonia sebagai negara merdeka dan layak disebut negara berdaulat. Referendum telah membuka pintu sebuah unilateral declaration of endepence, karena partipasi referendum tercatat sebanyak 42,3 % dari toral warga 5,3 (sumber lain: 7,45) juta orang. Adapun hasil referendum adalah 90 % masyarakat memilih kemerdekaan.

Aspek Sejarah

Dalam sejarah, Catalonia adalah wilayah independen Seme­nanjung Iberia yang terletak di antara Spanyol dan Portugal, dengan  bahasa, undang-undang dan kebiasaannya yang berbeda. Saat perang Suksesi Spanyol pimpinan Raja Philip IV berakhir dengan kekalahan Valencia (1707), di Catalonia pada tahun 1714 dan kepulauan terakhir pada tahun 1715 kemudian menghasilkan kesepa­ka­tan dan lahirlah Spanyol modern.

Maka raja-raja selanjutnya mencoba mem­berlakukan bahasa, ekonomi, un­dang-undang di wilayah Catalonia. Dari kejadian itu, Catalonia memang dari dulu terus melakukan pemberontakan un­tuk memisahkan diri dari Spanyol. Pun­caknya pada tahun 1938, ketika diktator Spa­nyol Jenderal Francisco Franco mem­bantai 3.500 milisi separatis Catalonia.

Pada tahun 1977, Spanyol sempat mem­berikan otonomi khu­sus yang lebih luas kepada Catalonia ketika angin de­mo­krasi berhembus kencang di Negeri M­atador itu. Hal itu membuat kelompok separatis kian leluasa mengampanyekan kemerdekaan.

Tak ayal pada 2010, upaya kemer­dekaan semakin bulat ketika Mahkamah Kons­titusi di Madrid mengesampingkan sebagian dari undang-undang otonomi tahun 2006, yang menyatakan bahwa tidak ada dasar hukum untuk mengakui Catalonia sebagai Negara di Spanyol.

Sedangkan dalam partai-partai politik yang dibentuk kekuasaan di Madrid sa­ngat tidak laku di Catalonia yang me­miliki lebih dari 7 juta jiwa itu. Ma­sya­rakat Catalonia merupakan pendukung setia partai kanan jauh, Cover­gence and Union (CiU), pimpinan Presiden Catalo­nia, Artur Mas.

Maka jika referendum berhasil, seperti pandangan Ben Smith (2017), akan ada ke­sempatan yang lebih besar bagi Ca­talonia untuk lebih ikut masuk ke dalam par­lemen Catalonia. Proporsi sejumlah 30% diberikan oleh parlemen Catalonia untuk kelom­pok non-partai politik. Selain itu, penggunaan kembali bahasa Cata­lo­nia sebagai bahasa resmi meru­pakan daya tarik tersendiri bagi ma­syarakat Catalo­nia.

Dalam ihwal sepakbola juga de­mikian, tak mengherankan kalau saat ini Blau­grana (Spanyol) menjadi sorotan dunia. Sejak dulu Barcelona dianggap sebagai orang dan simbol perjuangan masyarakat Catalonia. Bahkan arena stadion menjadi tempat berkumpulnya kaum separatis untuk mengekspresikan kebeba­san­nya, meskipun sang penguasa yang berdomi­sili di ibukota terus saja menentang dan me­ngecam tindakan-tindakan tersebut. Maka tak ayal ketika pertandingan Real Ma­drid vs Barcelona seoalah adu kedig­da­yaan di lapangan hijau, karena ke­dua­nya mewakili dua kubu yang dari dahulu me­nyimpan api panas.

Aspek Ekonomi

Secara populasi, Catalonia mengisi 1/5 % dari jumlah seluruh populasi Spanyol. Ca­talonia juga salah satu penggerak per­ekono­mian Spanyol, 18,8 % GDP Spa­nyol berasal dari Catalonia bahkan lebih besar dari GDP Madrid yang hanya 17,6 % (TEMPO.CO, 02/10/17). Bahkan jika di­bandingkan dengan Skot­landia dan Ing­gris, kontribusi  Catalonia untuk Spa­nyol dua kali lipat lebih besar.

Catalonia telah lama menjadi jantung per­ekonomian Spanyol, terutama dalam kekuatan maritime dan perdagangan tekstil, keuangan, layanan dan perusa­ha­an hi-tech. Jika referendum ini berja­lan mulus, maka produk domistik bruto se­besar US$ 314 miliar didapuk Catalonia menurut perhi­tungan OECD. Fakta ini akan menjadikan ekonomi Catalonia terbesar ke-34 di dunia dan membuatnya me­langgeng di atas level Portugal dan Hong­kong. Pendapan Domestik Bruto (PDB) akan menjadi US$ 35.000, dan akan membuat Catalonia lebih kaya dari­pada Korea Selatan, Israel dan Italia.

Ini yang menjadi landasan mengapa Spanyol enggan dan tidak mau melepas­kan Catalonia, terlebih ketika krisis eko­nomi yang melanda Spanyol. Catalo­nia tak ubahnya Papua yang menjadi lum­­bung perekonomian Indonesia. Ba­yang­kan saja kalau Papua-surga minyak dan emas-itu referendum dan mendirikan ne­gara sendiri, Indonesia akan kelim­pungan menutup lubang perke­nomian yang me­nganga besar. Indonesia tentu tidak mau peristiwa kelam antara tahun 1998-1999, ke­tika Timor Leste diikuti juga oleh Pa­pua. Hal itu yang sangat ditakutkan Spa­nyol, Catalonia adalah tulang punggung dan harapan tunggal untuk mem­bangkit­kan gairah perekomian Spanyol.***

Penulis,Mahasiswa Ilmu Hubungan Inter­nasional, Universitas Muhamma­diyah Yogyakarta. Dan Bergiat di Lesehan Sastra Kutub Yogyakarta.

()

Baca Juga

Rekomendasi