Ketika Alquran Bicara tentang Pakaian

• Oleh: Suaif Rijal, S.Pd.I

Akhir-akhir ini polemik masalah jilbab masih tetap menjadi pembahasan yang hangat dan diperdebatkan. Apalagi, ketika ada seseorang yang diakui memahami tentang agama Islam atau yang mengaku diri sebagai ustaz memberikan per­nyataan bahwa jilbab tidak wajib dikenakan oleh muslimah. Apakah ini benar? Bagaimana sebenarnya pakaian yang dijelaskan Alquran untuk umat Muhammad Saw? Apakah yang disuruh berpakaian dengan menutup aurat ha­nya umat Islam saja atau seluruh manusia disuruh menutup aurat tanpa memandang apa pun aga­manya?

Pakaian adalah salah satu ukuran peradaban dan kehormatan manusia. Artinya, jika manusia su­dah mengenakan pakaian, sudah terbentuk peradaban. Tak hanya itu, orang yang memakai pakaian pun dikategorikan sebagai orang yang terhormat. Jika kita sudah bisa memahami fungsi pakaian de­ngan benar, secara logika saja kita bisa menyatakan bahwa ketika seorang muslimah memakai jilbab maka menunjukkannya berada pada perabadan yang baik.

Yang diperintahkan adalah menutup aurat, bagi muslimah auratnya akan tertutup jika sudah mengenakan jilbab. Bukankah aurat perempuan dijelaskan dalam fikih? Yaitu seluruh bagian tubuhnya selain muka dan telapak ta­ngan. Sebab itu memakai jilbab menjadi wajib dikarenakan dapat menyempurnakan wanita dalam menutup auratnya. Sebagaimana kaidah usul fikih menandaskan, maa laa yatimmul waajib illaa bihi fa huwa waajib (tidak akan sempuna yang wajib kecuali dengannya, maka dia menjadi wajib).

Setan Inginnya Manusia Tak Berpakaian

Jika kita merujuk di dalam Al-quran, yang menginginkan kita tidak berpakaian adalah setan. Sebagaimana dijelaskan di dalam al-A’raaf ayat 27, “Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana hal­nya dia (setan) telah mengeluarkan kedua ibu bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya.”

Yang dipahami dari ayat ini adalah, ketika kita membuka sebagaian kecil aurat maka tanpa di­sadari akan memperlihatkan aurat-aurat yang lainnya. Makanya jilbab dianjurkan wanita untuk memakainya agar menyelamatkan dari terbukanya aurat-aurat yang lainnya. Karena itu, cara memakai jilbab pun diajarkan Allah Swt  da­lam Alquran, yaitu dengan menjulurkannya. “Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu & isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah utk dikenal, karena itu mereka tak di ganggu. Dan Allah Maha Pe­ngampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Ahzab: 59)

Setiap manusia wajib menutup aurat tanpa terkecuali

Sejatinya, yang disuruh menu­tup aurat bukan saja orang Islam, tapi seluruh umat manusia. Hal ini dipahami dari firman Allah Swt, “Wahai anak cucu Adam! Sesungguhnya kami telah menyediakan pakaian untuk menutupi auratmu dan untuk perhiasan bagimu. Tetapi pakaian takwa, itulahh yang paling baik. Demikianlah sebagian tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan meraka ingat.” (QS. Al-A’raaf: 26)

Lihat konteks pembicaraan Allah Swt! Yang diseru oleh Allah adalah anak cucu Adam. Maka, termasuk di dalamnya muslim dan non muslim. Tapi Allah Swt juga menjelaskan pakaian terbaik adalah takwa. Karena itu, di dalam kitab tafsir Shafwat at-Tafaasir, Imam ash-Shabuniy menjelaskan bahwa ada dua pakaian yang dikenakan manusia. Pertama, pakaian yang menutup aurat. Pakaian inilah yang dimaksudkan sebagai perhiasan bagi manusia. Sehingga ketika seseorang mampu menutup auratnya dengan pakaian yang dikenakannya maka ia akan tampak indah dipandang mata.

Kedua, pakaian takwa. Pakaian ini yang mesti dimiliki oleh setiap muslim ataupun muslimah. Pakai­an yang menunjukkan penghambaan dirinya kepada Allah Swt. Sebab, pakaian takwa adalah pakaian wara dan menjauhkan diri dari kedurhakaan. Sehingga ketika sudah memiliki pakaian takwa, tak ada yang dilakukannya selain sesuai dengan aturan-aturan yang ditetapkan Allah Swt. Sebab takwa sendiri memiliki makna, menjunjung tinggi segala perintah Allah Swt dan menjauhi larangan-Nya.

Dengan pakaian takwa, se­orang muslim atau muslimah akan tampak cantik dan indah. Bukan saja dari fisiknya, tapi juga hatinya. Tak akan berbuat, kecuali yang dilakukannya adalah hal yang bermanfaat. Bicaranya dakwah, diamnya dzikrullah, nafasnya tasbih dan fikirannya selalu berbaik sangka, kesibukannya memperbaiki diri, tak ada waktu untuk mencari keburukan orang lain, dan dia tak akan berjalan, kecuali ke tempat yang makin mendekatkan dirinya kepada Allah Swt.

Karena itu, jika disimpulkan sebagai suatu pelajaran bahwa sekiranya manusia telah berpakain dengan menutup aurat, tapi bila tidak diiringi dengan ketakwaan kepada Allah Swt, apa artinya pakaian lahiriah tersebut. Sebab pakaian takwa jelas lebih baik dari pakaian lahiriah. Hanya dengan memiliki pakaian takwa yang mampu membuat kita mulia di hadapan manusia dan di hadapan Allah SWT. Bahkan, pakaian takwa yang mampu mengundang keberkahan dari langit dan bumi. Sebagaimana firman Allah Swt, “Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari la­ngit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-A’raaf: 96).

* Penulis adalah KTU MUI Kota Medan dan Mahasiswa Pascasa rajana UIN SU

()

Baca Juga

Rekomendasi