Etika Bercanda

Oleh: Sita Herman. Aku 'kan cuma bercanda. Masa' gitu aja marah?”

“Ah, sensi banget! Gak bisa diajak bercanda.”

Kalimat seperti di atas mungkin sudah sering kita dengar saat ada salah satu pihak yang merasa tersinggung/merasa dirugikan dengan candaan yang dilontarkan kepadanya. Apalagi memang ada sejumlah orang yang perasaannya lebih sensitif.

Bercanda memang dapat menjadikan suasana terasa cair dan menyenangkan. Hubungan pertemanan juga menjadi lebih akrab. Namun dalam bercanda juga ada etikanya. Hindarilah candaan yang berhubungan dengan agama, keluarga, status sosial, takdir dan kondisi fisik orang lain.

Kadang kita suka bercanda lepas, terutama dengan teman yang sudah kita anggap sahabat. Apa yang muncul di pikiran kita, itulah yang spontanitas terucap keluar. Sebab kita yakin sahabat kita pasti tak akan tersinggung dengan candaan kita.

Namun kita mesti ingat, walaupun dia sahabat kita ataupun orang terdekat kita sekalipun, tetap saja mereka memiliki jalan hidup masing-masing dan juga memiliki masalah masing-masing.

Seyogyanya kita sebagai sahabat/orang dekat harus menghormati kehidupan mereka dan bukannya malah bercanda pada mereka yang bukan pada tempatnya.

Penulis memberikan contoh. Seorang wanita, sebut saja namanya Riri, pernah menjalin hubungan khusus dengan Roni (nama samaran). Namun hubungan mereka akhirnya kandas.

Teman mereka yang bernama Joni juga mengenal Riri dan Roni dan Joni juga tahu tentang kisah kasih mereka yang telah berakhir.

Sebelumnya, sebagai sahabat, Riri sudah pernah memberi tahu Joni untuk jangan pernah lagi mengungkit-ungkit nama mantan kekasihnya, sebab Riri sudah bertekad untuk melupakan Roni.

Namun, saat berada di grup perca­kapan medsos, entah mengapa Joni selalu mengungkit-ungkit nama Roni. Misalnya kala seorang anggota grup bertanya kepada Riri, ke manakah Riri jalan-jalan di hari Minggu nanti? Riri menjawab, hanya pergi sarapan pagi. Temannya bertanya lagi sarapan dengan siapa. Malah Joni yang menjawab, “Riri sarapan dengan Roni.”

Belum lagi ditambah komentar-komentar Joni yang kurang enak didengar. Seperti misalnya, “Ri, kedinginan tuh si Roni sendirian aja. Samperin dong!”

Nah, bagi penulis, perasaan Riri pasti terpukul saat sahabatnya berkomentar seperti itu di grup perca­kapan di mana juga ada anggota lain di dalamnya. Bukankah anggota lain yang tak begitu mengenal Riri bisa bertanya-tanya siapakah Roni? Apakah ada hubungan khusus antara Riri dan Roni? Lagipula Riri  juga sudah memutuskan untuk tak lagi mengingat mantannya.

Untuk  menghindari keributan, akhirnya Riri memutuskan untuk menghentikan aktivitasnya di grup percakapan di medsos tersebut dan perlahan-lahan menarik diri dari Joni.

Alangkah disayangkan jika sebuah persahabatan menjadi berjarak hanya karena candaan-candaan yang kelewat batas. Memang tidak etis bila mantan kekasih orang lain dijadi­kan sebagai bahan candaan, berulang-ulang lagi, di percakapan grup yang bisa dibaca oleh semua anggota grup.

Contoh lain, saat bercanda dengan seseorang yang telah berpisah dengan pasangannya, hindarilah pemakaian kata-kata “jablay”, “jomblo”, “jones ( jomblo ngenes)” dan  kata- kata lain sejenis itu. Walau menurut kita kata-kata itu lucu untuk dijadikan candaan, tidak demikian halnya dengan mereka yang telah kehilangan pasangan hidupnya. Alih-alih merasa lucu, namun yang ada malah membangkitkan luka lama mereka.

Banyak juga acara hiburan di televisi yang dihentikan penayangannya akibat candaan yang kelewat batas atau melecehkan pribadi tertentu.

Sering juga kita dengar orang berkomentar, “Kamu kok pendek sih?” atau “Hei  itam” atau “Hei gendut” dan kata-kata sindiran sejenis lainnya. Walau memang maksudnya hanya bercanda namun bila diucapkan berulang kali ke orang yang sama, maka itu akan menyakitkan mereka.

Mario Teguh pernah berkata: “Jangan bercanda dengan kekurangan orang lain. Mungkin biasa saja bagimu, tapi bisa sangat menyakitkan baginya”.

Ada lagi tipe bercanda yang berlebi­han dengan menggunakan gestur fisik. Sudah sering kita dengar berita tentang orang yang tiba-tiba meninggal akibat ditakuti-takuti temannya yang berpura-pura menyamar menjadi hantu, pocong dan sejenisnya. Tidakkah mereka menyadari bila candaan semacam itu dapat berpotensi merenggut nyawa orang yang menderita lemah jantung?

Penulis juga pernah melihat video di YouTube tentang dua orang yang ingin mengerjai teman wanita mereka yang akan datang berkunjung ke apartemen mereka.

Si pria yang bertubuh tinggi tegap memakai penutup wajah berwarna hitam sehingga hanya kelihatan matanya saja. Lalu teman wanitanya bersembunyi di balik pintu kamar. Saat teman mereka tiba, si  wanita sudah memulai perekaman video dengan telepon selularnya.

Terlihat dari jendela apartemen lantai dua teman mereka datang lalu menaiki tangga dan membuka pintu apartemen lalu meletakkan barang belanjaan. Saat ia menoleh ke belakang, si pria yang memakai penutup wajah langsung menakut- nakutinya.

Teman mereka, seorang wanita, kaget setengah mati. Sambil berteriak histeris ia lari membuka pintu dan menuruni tangga. Karena terlalu kaget, wanita itu  lari menyeberang jalan tanpa melihat ke kiri-kanan lagi dan langsung ditabrak sedan hitam. Ia tewas beberapa saat kemudian.

Tragis, bukan? Satu nyawa melayang sia-sia hanya akibat keisengan teman-temannya yang malah berubah menjadi petaka.

Hakikat bercanda adalah saat semua orang merasa lucu dengan sesuatu yang dijadikan bahan candaan. Namun bila ada pihak lain yang merasa terganggu, itu bukanlah lagi disebut candaan. Sebab apa yang lucu bagi kita belum tentu berlaku bagi orang lain. Kita harus bisa menebak bagaimana suasana hati orang yang akan diajak bercanda. Jadi, bijaklah dalam bercanda. * Medan, 15/05/2017

 

KJSA 2017

 

 

Siswa dari Medan Finalis Karya Terbaik

 

 

Oleh: Nur Akmal. Siswa-siswi Santo Nicholas School Medan berhasil masuk dalam Sembilan pemenang karya terunggul dalam ajang Kalbe Junior Scientist Award (KJSA) yang digelar di Jakarta pada 10-15 Oktober lalu. Angeline Abigail Saputro dan Natasya Angelina Pali yang dibimbing oleh Guru Shindy Chosisca mengikut sertakan karya sains berjudul Biodegradable Plastic.

 

Kalbe Junior Scientist Award (KJ­SA) merupakan lomba karya sains nasional untuk siswa/i SD dan SMP yang diselenggarakan perusahaan obat-obatan. Program ini telah berlangsung sejak tahun 2011 dan sudah masuk tahun ke-7. Siswa/i Santo Nicholas School yang juga turut berpartisipasi dalam ajang per­lom­baan tersebut berhasil menjadi finalis karya sains terbaik setelah bersaing dengan 1.103 karya yang ikut­ serta. Keseluruhan peserta itu berasal dari 374 sekolah & klub Sains di 26 provinsi.

Angeline Abigail Saputro & Na­tasya Angelina Pali, siswi Santo Nicho­las School Medan yang kini duduk di kelas 6 SD. Para dewan juri yang menilai terdiri dari Deputi Ilmu Pengetahuan Teknik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Dr L.T. Handoko, Kepala Pusat Penilaian Pendidikan Kementerian Pendidi­kan dan Kebudayaan RI Prof Ir Nirzam MSc, D.I.C, PhD, Mate­mati­kawan Fakultas MIPA ITB Ibu Nov­riana Sumarti SSi MSi PhD, Ketua Masyarakat Nanotek­nologi Indonesia LIPI Dr Nurul Taufiqu Rohman, B.Eng, M.Eng, dan Pakar Psikologi Pendidikan dan Sekolah, Dekan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Dr. Tjut Rifameutia Umar Ali, MA.  

Seluruh hasil karya sains dinilai oleh dewan juri berdasarkan ide, latar belakang permasalahan yang dihadapi, solusi yang diberikan da­lam menjawab permasalahan, ino­vasi/kebaruan/keunikan, serta manfaatnya.

Usai mempresentasikan hasil karyanya di depan dewan juri, pada 14 Oktober 2017 diumumkan pena­nugerahan pemenang. Sebelum hari pengumuman pemenang, para  finalis yang didampingi oleh Pre­siden Direktur Kalbe, Bapak Vidjong­tius, berkesempatan untuk bertemu dengan tokoh-tokoh inspiratif Indone­sia, yaitu Menteri Kesehatan RI, Ibu Nila F. Moeloek di Kemen­terian Kesehatan, Jakarta Selatan.

Selain Ibu Nila F Moeloek, tokoh inspiratif lain yang dipertemukan dengan para finalis adalah Menteri Luar Negeri RI Ibu Retno L. Marsudi di Gedung Pancasila, Jakarta. Ange­line Abigail mendapat sendiri juga mendapat kesempatan bertanya langsung kepada Ibu Retno mengenai tantangan yang dihadapi ketika menjabat sebagai Menteri Luar Negeri.

Para finalis juga berkesempatan untuk mengunjungi Innovation Development Center Kalbe yang berlo­kasi di Cakung, untuk melihat proses pembuatan biskuit, susu, makanan dan produk nutrisi Kalbe lainnya. Pengalaman ini menjadi pengala­man berharga bagi siswi-siswi Santo Nicholas School Medan dan siswa dari sekolah lainnya. Diharapkan penga­laman ini juga dapat mengins­pirasi siswa/i di kota Medan untuk lebih berprestasi di bidang sains dan teknologi.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Kunjungan  PMVB dan GABVB

 

 

 

 

Kemeriahan Baksos di Panti Asuhan

Anak-anak Panti Asu­han Anugerah Kasih, Jalan Dusun XVI/Gg. Tawon Ujung, Sam­pali, Kecamatan Sei Tuan-Deli Serdang, baru-baru ini sangat berbahagia karena mendapat kunjungan dari Persaudaraan Muda-mudi Vihara Borobudur (PMVB) dan Gelanggang Anak Bud­dhis Vihara Boro­budur (GAB­VB).

Suasana ceria sangat te­rasa, sejak para kakak Mu­da-­Mudi Vihara Borobudur dan Gelangang Anak Buddhis Vihara Borobudur bertemu dengan anak-anak penghuni Panti Asuhan tersebut.

Acara dimulai dengan per­ke­nalan dari panitia dan ketua bakti sosial, dilanjutkan de­ngan perkenalan dari para anak Panti Asuhan Anugerah Kasih. Untuk lebih menye­garkan suasana, anggota PM­VB mengajak anak panti asuhan bermain bersama. Sua­sana semakin akrab de­ngan hiburan lagu dari para muda mudi, dan para anak panti ikut menyanyikan se­buah lagu.

Pada pukul 12.30 WIB acara diisi dengan makan siang bersama. Acara dilan­jutkan dengan serangkaian permainan untuk menghibur dan melatih kerja sama antara anak panti asuhan dan anak buddhis vihara. Tidak keting­galan juga acara perayaan ulang tahun untuk anak-anak panti asuhan dan anggota PMVB dan GABVB  yang ber­u­langtahun di bulan Oktober. Acara ditutup dengan sesi foto bersama dan serah terima paket sembako ke Panti Asuhan Anugerah Kasih.

Ketua Panitia, Kakak Jeffry Galantino mengatakan,  paket sembako yang dibagikan be­ras, minyak goreng, gula, mie instant,susu, telur, obat-oba­tan dan kebutuhan anak-anak.

Sebelum kunjungan kasih diadakan, panitia telah mela­kukan survei terlebih dahulu untuk mempersiapkan kebu­tuhan yang diperlukan. “Tuju­an dari kegiatan sosial ini untuk menjalin kasih ber­sama dengan anak-anak di panti dan mengembangkan jiwa sosial serta partisipasi bidang sosial PMVB dalam masyara­kat,” katanya.

Panitia mengucapkan teri­ma kasih yang sebanyak-ba­nyaknya kepada semua pihak yang telah mendukung dan menyukseskan bakti sosial ini.

(muhammad arifin)

 

 

()

Baca Juga

Rekomendasi