Pesona Gemstone

Sering Juara, Kolektor Gemstone Jadi Legenda

Oleh: Sari Ramadhani. KONTES batu akik (gemstone) menjadi salah satu cara untuk menun­jukkan eksistensi terhadap batu nusantara. Dengan seringnya mengikuti ajang ini, para pecinta gemstone lebih

dikenal sesama kalangannya.

Sebut saja Hengki Joyo Purnomo. Saking seringnya juara dalam kontes gemstone di berba­gai kota di Indonesia, pria asal Jakarta ini dijuluki legenda. Bagaimana tidak, setiap kali mengikuti lomba, ia pasti mendapatkan juara umum.

"Perjalanan dari awal sudah sering ikut lomba dan juara. Untuk juara sudah banyak sekali sejak 2014 sampai sekarang," ucapnya belum lama ini.

Ia mengaku, semua jenis batu dikonteskannya. Bahkan saat ini, koleksi batunya sudah mencapai ribuan. Koleksi tersebut, paling banyak batu bacan, batu pancawarna dan bergambar. Idocrase dan kalsedoni dari Sumatera juga tidak luput dari bagian koleksinya.

Menjadi legenda, sambungnya, berkontribusi untuk membuat gemstone tetap hidup. Saat ini, ia berusaha terus menggelar kontes agar batu terus melekat di hati masyarakat. "Sekarang banyak muncul batu jenis baru di Indonesia, salah satunya dari Blitar. Mudah-mudahan batu akik selalu ramai dan tetap digemari," harap kolektor keris, lemari, kayu, dan barang antik itu.

Ia menyampaikan, legenda harus bisa mengins­pirasi pecinta gemstone di seluruh Indonesia. Tujuannya agar bisa menghadapi persaingan yang semakin ketat untuk juara karena sudah semakin sengit.

"Artinya banyak kolektor baru, muda dan koleksi akiknya lebih 'gila' lagi. Mereka sekarang tersebar merata dari Sabang sampai Merauke," katanya.

Sejak 1990-an, ia mengaku sudah sangat senang dengan batu akik. Bahkan ia rutin setiap Sabtu dan Minggu di akhir pekan nongkrong di Pasar Batu Rawa Bening, Jakarta Timur. Hal ini dilakukannya dari pagi hingga malam.

"Batu pertama saya dulu akik merah dari Baturaja. Pas booming kemarin saya koleksi banyak bacan. Karena memang saya suka dan dilihat sangat ekonomis serta harganya stabil," terangnya.

Sejak dulu, ia sangat hobi mengikuti kontes. Ia rela berkeliling kota demi kontes gemstone. Batu-batu yang diikutkan kontes pun sudsh tidak terhitung lagi, apalagi juga sering juara umum.

Batu termurah yang pernah ia miliki seharga Rp1 juta, yakni akik jenis biasa. Sedangkan yang termahal mencapai ratusan juta, apalagi kalau bukan batu bacan. Untuk batu juaranya yang memenangi lomba juga pernah ia jual. Paling murah seharga Rp5 juta untuk jenis batu bergam­bar dan paling mahal bacan dengan harga ratusan juta.

"Selama menjadi legenda, semua kontes punta cerita tersendiri. Tetapi paling berkesan kontes pertama 2014 di Jakarta Timur. Seluruh batu yang saya konteskan juara dan saya meraih juara umum," sebutnya.

Saat pertama datang ke Medan pun, lanjutnya, ia langsung menjuarai kontes yang digelar di sini. Juara umum pun didapatkannya. Karena seringnya mengikuti kontes, ia secara pribadi pun menggelar kontes sendiri, yang pertama pada Maret 2017 dan kedua September 2017. Pesertanya datang dari berbagai kota di seluruh Indonesia.

"Kontes akan tetap ada meskipun gemstone sepi atau tidak. Kita harapkan ada kebangkitan gemstone ke depannya. Sekarang sudah bisa dilihat, gemstone mulai menanjak bangkit kem­bali," pungkasnya.

()

Baca Juga

Rekomendasi