Oleh: Djoko Subinarto
RUSAKNYA lahan basah (wetlands) bukan saja dapat mengancam kelestarian sejumlah flora dan fauna, tetapi juga dapat memicu munculnya petaka ekologis yang dahsyat.
Lahan basah seperti rawa-rawa, kolam, danau, sawah maupun daerah aliran sungai merupakan sebuah ekosistem yang karakteristik fisik, kimiawi maupun biologisnya ditentukan oleh keberadaan air, baik yang bersifat alami maupun buatan, tetap maupun sementara.
Ditilik dari aspek lingkungan, lahan basah mempunyai sejumlah manfaat besar, yaitu:
Pertama, pengendali banjir. Lahan basah ikut membantu mengendalikan banjir karena menampung dan menyerap air hujan. Dengan demikian, lahan basah menjadi salah satu lahan potensial pengendali banjir. Berkurangnya lahan basah berarti berkurangnya daerah penampung air hujan yang pada gilirannya akan semakin mempermudah terjadinya banjir.
Kedua, menjaga kelestarian sumber air. Sebagaimana diketahui, lahan basah menjadi lahan penampung air. Air yang menggenang di lahan basah sebagian masuk ke dalam tanah dan kemudian menjadi cadangan air tanah. Sebagian lagi mengalir ke sungai dan saluran air lainnya sebagai sumber air permukaan.
Ketiga, lahan basah berfungsi sebagai penyejuk udara. Air yang menguap dari lahan basah menyebabkan suhu di atas lahan basah biasanya jauh lebih rendah dibandingkan suhu kawasan di sekitarnya. Ini bisa menjadi penyeimbang suhu secara keseluruhan. Berkurangnya lahan lahan basah akan menyebabkan peningkatan suhu sekitar.
Keempat, membersihkan udara. Sejumlah flora yang tumbuh di sekitar lahan basah menyerap karbondioksida dan melepaskan oksigen yang dibutuhkan manusia ke udara. Semakin luas lahan lahan basah, maka semakin besar jumlah karbondioksida yang diserap serta semakin besar pula pasokan oksigen ke udara.
Kelima, lahan pelestarian keaneka-ragaman hayati. Berbagai flora serta fauna hidup di lingkungan lahan basah. Masing-masing membentuk sebuah ekosistem yang saling bergantung dan saling mendukung. Menghilangnya lahan-lahan basah melenyapkan pula berbagai flora dan fauna itu yang pada gilirannya merusak keaneka-ragaman hayati.
Keenam, sebagai arena rekreasi dan pendidikan. Panorama lahan basah menawarkan lanskap yang khas serta elok. Ini bisa dijadikan tempat rekreasi alam terbuka sekaligus sebagai sarana pendidikan lingkungan bagi anak-anak sekolah.
Terus Menyusut
Laju pembangunan yang demikian pesat dan cenderung mengabaikan aspek-aspek lingkungan menjadikan lahan basahdi banyak kawasan di negeri ini terus menyusut dari waktu ke waktu.
Tidak sedikit rawa-rawa, kolam, danau, sawah maupun daerah aliran sungai kini beralih fungsi menjadi kawasan pemukiman, pabrik, maupun pusat pertokoan dan niaga. Munculnya banjir yang melanda berbagai daerah di negeri ini salah satunya dikarenakan oleh makin menyusutnya lahan basah.
Mengingat betapa pentingnya peran lahan basah dalam mengatur keseimbangan lingkungan sebuah kawasan, di sejumlah negara keberadaan lahan basah ini sangat diperhatikan. Rawa-rawa, kolam, danau, sawah maupun daerah aliran sungai benar-benar dijaga kelestariannya. Sementara itu, lahan-lahan basah yang dinilai telah mengalami kerusakan segera diperbaiki.
Di Korea Selatan, misalnya, pengelola kota di sejumlah provinsi di sana berlomba-lomba meluncurkan proyek perbaikan lahan basah di kawasan kota (urban wetlands restoration projects). Salah satu tujuannya adalah memperbaiki karakteristik asli kawasan lahan basah yang selaras dengan lingkungan sekitarnya sehingga bisa lebih berkontribusi dalam mencegah timbulnya bencana banjir dan kelangkaan air.
Hal yang hampir sama juga di lakukan di berbagai kota di India. Contohnya, pengelola Kota Bijapur, Hyderabad, Kolkata, Indore dan Bhopal melakukan perbaikan lahan basah secara besar-besaran di lingkungan kota mereka. Perbaikan lahan basah ini selain bertujuan untuk mengendalikan banjir dan mengatasi kelangkaan air, juga bertujuan untuk menurunkan suhu kota yang semakin panas, mencegah wabah sejumlah penyakit serta untuk menyelamatkan sejumlah spesies flora dan fauna.
Selain melakukan perbaikan kawasan lahan basah yang telah ada, beberapa pengelola kota sengaja menciptakan lahan basah buatan. Maka, di sejumlah sudut kota dibuatlah danau-danau atau kolam buatan. Hal seperti ini dilakukan antara lain oleh pengelola Kota Portland, Oregon, di Amerika Serikat. Pengelola kota ini memutuskan membangun kawasan-kawasan lahan basah buatan untuk mengganti sejumlah kawasan rawa-rawa yang telah hilang akibat pesatnya pembangunan.
Apa yang dilakukan oleh para pengelola sejumlah kota di Korea Selatan, India atau di Amerika Serikat dalam melestarikan kawasan lahan basah mereka agaknya bisa diikuti jejaknya oleh para pengelola kota di negeri ini
Bagaimanapun, sejumlah bencana ekologis yang merundung berbagai daerah di negeri ini salah satunya diakibatkan semakin rusak dan minimnya kawasan lahan basah.
Dengan demikian, upaya perbaikan dan pelestarian lahan basah agaknya harus pula menjadi salah satu agenda penting yang perlu diprioritaskan demi menghindari ancaman bencana ekologis yang lebih dahsyat di masa depan.
(Penulis adalah kolumnis, alumnus Universitas Padjadjaran)