Oleh: Jekson Pardomuan
“Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang.” 1 Petrus 3 : 7
JANGAN heran kalau saat ini banyak pernikahan yang seumur jagung, bahkan ada pernikahan yang baru beberapa bulan saja sudah bercerai. Kenapa bisa begitu? Karena rumah tangga tersebut tidak mengandalkan Tuhan dalam menjalaninya, tidak mengundang Tuhan hadir dalam suka duka mereka, banyak keluarga yang dibangun dengan dasar dan pondasi yang sangat rapuh.
Padahal kita semua tahu, seseorang mengambil keputusan untuk menikah saat ini harus dipikirkan dengan masak-masak. Jika salah memilih, penyesalannya seumur hidup. Lebih bijaksana ketika kita memutuskan pertunangan yang tidak dikehendaki Tuhan daripada berpikir nanti akan memperbaikinya dalam pernikahan. Jangan berpendapat bahwa pertunangan itu memastikan perlunya bagimu untuk menikah serta mengikatkan diri seumur hidup kepada seorang, yang tidak dapat kamu kasihi dan hormati.
Lebih baik memutuskan hubungan pertunangan itu sebelum menikah dan memisahkan diri dari jebakan masa depan yang sulit kita tebak. Engkau boleh berkata: "Tetapi saya telah berjanji, apakah saya akan tarik janji itu kembali?" Aku menjawab, kalau engkau telah berjanji berlawanan dengan Alkitab, dengan segala risiko tariklah janji itu kembali sebelum terlambat, kemudian dengan rendah hati di hadapan Allah bertobatlah dari mabuk cinta yang telah membuat perjanjian tanpa pikir lebih mendalam.
Jauh lebih baik membatalkan perjanjian yang demikian dengan takut kepada Allah, daripada meneruskannya, yang pada akhirnya meninggalkan Tuhan. Biarlah tiap-tiap langkah yang menuju kepada persekutuan pernikahan ditandai dengan kejujuran, kesederhanaan, ketulusan dan dengan maksud yang tekun, berkenan dan menghormati Allah.
Pernikahan mempengaruhi kehidupan di kemudian hari baik dalam dunia ini maupun dalam dunia yang akan datang. Orang Kristen yang tulus hati tidak pernah mengadakan rencana yang tidak berkenan kepada Allah. Kita boleh berencana dengan sangat rapi, akan tetapi Tuhan juga yang menentukan apakah benar rencana yang telah kita tata sedemikian rupa bisa berjalan dengan baik.
Hari-hari belakangan ini, kita sangat miris mendengar dan membaca berita di berbagai media cetak dan elektronik. Ada banyak kasus anak sekolah baru lulus sudah melakukan hubungan seks layaknya suami isteri sementara mereka belum diikat tali pernikahan. Ada suami yang dengan mudahnya berselingkuh dibelakang isteri, bahkan terang-terangan di depan suami. Ada juga sebaliknya, isteri berselingkuh hanya karena sesuatu hal yang sulit dipercaya.
Bagi yang sedang berniat hendak menikah harus mempertimbangkan bagaimana kelak sifat dan pengaruh rumah tangga yang sedang mereka dirikan. Bila mereka menjadi orang tua, suatu tanggung jawab yang suci diamanatkan kepada mereka. Kesejahteraan anak-anak mereka di dunia ini, serta kebahagiaan mereka di dunia yang akan datang banyak sekali bergantung kepada mereka.
Rencana Indah
Kebanyakan pria dan wanita yang telah bertindak memasuki hubungan pernikahan, tampaknya yang menjadi pertanyaan kepada mereka ialah, adakah mereka mencintai satu dengan yang lain atau tidak? Tetapi haruslah mereka menyadari bahwa tugas yang dipercayakan kepada mereka dalam pernikahan masih lebih jauh daripada itu. Mereka harus mempertimbangkan apakah keturunan mereka akan memiliki kesehatan jasmani, pikiran dan mempunyai moral yang kuat. Mereka yang menentukan sebagian besar kualitas jasmani maupun akhlak yang diperoleh anak-anak mereka ke depan.
Kita semua tahu, bahwa pada awalnya kehidupan manusia dengan Tuhan berjalan secara harmonis, sampai suatu ketika dosa datang dan meretakkan hubungan Allah dengan manusia. Tapi karena kasih karunia Tuhan melalui Yesus Kristus kita beroleh keselamatan. Di dalam Kristus, bukan kita yang mencari Tuhan, tapi melalui kasih karunia, Allah yang mencari kita,
Kita tak pernah sadar, bahwa dalam situasi apa pun Tuhan seringkali datang lebih dahulu daripada usaha-usaha kita agar berkenan kepada Tuhan. Perkenanan Tuhan terjadi karena adanya hubungan antara manusia dan Tuhan. Ketika kita memiliki hubungan yang intim dengan Tuhan maka secara otomatis perkenanan itu bekerja dalam hidup kita. Kasih karunia-Nya akan membawa kita dalam perkenanan Tuhan.
Setiap orang memiliki tujuan, dan Tuhan juga mempunyai rencana indah dalam setiap keihidupan kita sejak kita dalam kandungan sampai kelak kita menjadi orangtua, yang dipercayakan Tuhan dalam mendidik anak-anak kita.
Anak-anak Tuhan hari-hari belakangan ini harus berhati-hati dalam memilih sahabat atau teman, yang kemudian bisa menaruh hati atau rasa suka. Berhati-hatilah, jangan-jangan apa yang engkau kira emas tulen terbukti hanyalah logam yang rendah mutunya. Pergaulan duniawi cenderung menjadi penghambat pada jalan pelayananmu kepada Allah, dan banyak jiwa dirusakkan oleh penyatuan yang tidak berbahagia, baik dalam perusahaan atau dalam perkawinan, dengan mereka yang sekali-kali tidak dapat mengangkat atau meninggikan derajat akhlak.
Pernikahan ialah sesuatu hal yang akan mempengaruhi dan menentukan kehidupanmu baik dalam dunia ini maupun dalam dunia yang akan datang. Orang Kristen yang tulus hati tidak akan meneruskan niatnya menikah tanpa mengertahui bahwa Allah berkenan terhadap tindakan itu. Ia tidak mau memilih buat dirinya sendiri, dia akan merasa bahwa Allah harus memilih bagi dia. Kita bukan hanya menyenangkan diri kita sendiri, karena Kristus tidak mencari kesenangan bagi diri-Nya sendiri.
Bagi pria-pria yang akan menikah, hendaklah dalam memilih seorang isteri benar-benar mempelajari tabiatnya. Adakah dia seorang yang sabar dan bersunggu-sungguh ? Atau apakah ia tidak peduli kepada ibumu dan bapamu pada saat mereka memerlukan seorang anak yang kuat tempat mereka bersandar ? Adakah ia kelak manarik diri dari pada pergaulan mereka untuk melancarkan segala rencananya sendiri dan menyesuaikan kepada kesenangan hatinya memperoleh seorang anak perempuan yang kasih sayang, akan kehilangan pula seorang anak pria?
Bagi wanita, sebelum menerima lamaran pernikahan, hendaklah menyelidik apakah pria, yang akan dia nikahi dan akan mengarungi bahtera pernikahan baik suka maupun duka, atau layak atau tidaknya pria tersebut. Bagaimanakah sikapnya pada kehidupannya pada waktu yang silam? Apakah kehidupannya suci? Adakah cinta yang diucapkannya itu bersifat mulia dan tulus, ataukah itu hanya rayuan emosional saja? Apakah dia mempunyai sifat-sifat tabiat yang akan membuat bahagia? Dapatkah ia memperoleh kesejahteraan sejati dan kesukaan dalam kasih sayangnya?
Firman Tuhan menuliskan “Nyanyian ziarah Salomo. Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga.” - Mazmur 127:1
Setelah yakin dan hendak memutuskan untuk menikah, haruslah benar-benar setia dan yakin bahwa pasangan hidup Anda hari ini akan menjadi pendamping hidup Anda sampai maut memisahkannya. Serahkan segala sesuatunya pada Tuhan, permasalahan apa pun yang menimpa sebuah keluarga, kalau diatasi dengan kepala dingin dan berseru kepada Tuhan untuk memberikan jalan keluarnya. Amin.