Masjid Kapitan Keling

Masjid Tertua di Kota Penang

Oleh H. Harun Keuchik Leumiek. Pulau Penang merupakan sebuah pulau dari salah satu negara bagian di Malaysia, yang letaknya paling dekat dengan Indonesia, terutama dengan kota Medan, Sumatera Utara dan Aceh. Untuk mengun­jungi Pulau Pinang dari Medan hanya butuh waktu 30 menit penerbangan. Sementara dari Banda Aceh dengan menggunakan Fire Fly memakan waktu sekitar 70 menit. Penerbangan empat kali dalam se­minggu.

Penerbangan dari Kuala Namu-Penang tiap harinya se­banyak 8 kali. Dangan banyaknya trayek pesawat dari Kuala Namu, Deliserdang ke Penang, menun­jukkan begitu ba­nyaknya penum­pang yang pulang pergi dari Medan ke Pe­nang, baik untuk kepentingan berobat maupun untuk ber­wisata.

Penang memang kota wisata yang sangat murah. Banyak wisatawan dari Me­dan, Aceh, dan kota-kota lainnya di Indonesia, serta dari berbagai negara Asia dan Eropa yang da­tang ke Kota Penang. Karena Kota Penang ini telah dite­tapkan oleh UNESCO sebagai kota tua pening­galan sejarah warisan dunia.

Dilihat dari sejarahnya, Pulau Pinang atau Penang yang didirikan oleh Inggris pada tahun 1786 dengan ibukotanya dulu bernama George Town. Kemudian tahun 1957 Malaysia memperoleh kemerdekaan dari Inggris dan Pulau Pinang termasuk dalam salah satu negara bagian dari Kerajaan Malaysia

Bangunan perkotaannya sekarang merupakan bangunan-bangunan tua yang sudah berusia ra­tusan tahun. Semua ba­ngunan itu masih terpelihara dengan baik. Bahkan Kota Pe­nang telah menjadi salah satu destinasi wisata yang sangat diminati di kawasan Asia Teng­gara. Itu sebabnya UNESCO menetapkan Kota George Town, Pulau Pinang  sebagai World Heritage City.

Hampir semua bangunan di Kota Penang, baik pertokoan, perkantoran maupun tempat tinggal penduduknya masih merupakan bangunan lama pening­galan sejarah yang terus dipertahankan dan dilestarikan. Untuk memperbaharui cat bangunannya saja harus lebih dulu mendapat izin dari kerajaan setempat.

Masjid tua

Selain bangunan tua pertokoan, perka­n­toran, dan rumah penduduk, juga terdapat beberapa bangunan masjid tua yang usianya sudah lebih dari 100 tahun. Kini masjid-masjid tua itu telah menjadi objek wisata sejarah di Kota Penang, se­per­ti masjid yang terdapat di Lebuh Aceh. Masjid ini dulunya dibangun oleh seorang saudagar dari Aceh bernama Sayid Husien Al-Jadid sekitar tahun 1850-an.  Ba­ngunan­nya masih terpelihara dengan baik.

Sekitar 300 meter dari masjid tua itu terdapat satu masjid tua lainnya, di Jalan Kapitan Keling. Masjid tua ini terletak di lingkungan masyarakat India Muslim. Di daerah ini me­mang banyak dihuni oleh warga India Muslim di Kota Pe­nang yang berprofesi sebagai pedagang emas dan permata, usahan money changer, usaha rumah makan (restoran) serta toko kain.

Masjid Kapitan Keling ini merupakan masjid tertua dan bersejarah di Pulau Pinang. Masjid ini dibangun oleh tentara Syarikat India Timur (SIT) yang tiba di Pulau Pinang pada akhir abad ke-18. Kedatangan warga India Muslim ke Pulau Pinang saat itu terus bertambah, sehingga Caudeer Mohu­deen seorang Ketua India Muslim yang telah lebih dulu ting­gal di Jalan Kapitan Keling ini, memohon pada penguasa Inggris agar dapat diberikan sebidang tanah untuk mendiri­kan sebuah masjid di daerah itu.

Maka pada tahun 1801, Serikat Hindia Timur telah mem­berikan sebidang tanah seluas 18 ekar (hektare), selain digu­nakan untuk membangun masjid juga diperun­tuk­kan bagi perkuburan dan perkam­pungan kaum India Timur Muslim di Pulau Pinang.

Namun setelah Caudeer Mohudeen  me­ninggal tahun 1834, sebagian tanah ter­sebut diambil kembali untuk kepen­tingan pembangunan jalan-jalan umum, peru­mahan penduduk, per­tokoan, dan pem­bangunan fasilitas umum lainnya. Sehing­ga, tanah Masjid Kapitan Keling yang luasnya (18 ekar) setelah diambil kembali sebagiannya pada tahun 1903, sekarang ha­nya tinggal sekitar 8 ekar.

Masjid ini telah mengalami renovasi pada tahun 1916. Se­lain mengubah kubah dan menara juga memperluas bangunan masjid. Bangunannya tetap digunakan seni arsitektur Islam yang dipengaruhi oleh arsitektur dari India.

Masjid Kapitan Keling ini merupakan pusat tempat periba­datan bagi kaum India Muslim di Kota Penang. Masjid ini memiliki nilai sejarah yang sangat berarti bagi penduduk keturunan India Muslim di Pulau Pinang sejak 200 tahun yang lalu. Masjid ini sekarang termasuk salah satu bangunan masjid antik di Kota Penang dengan nilai sejarahnya tersendiri. Kini masjid tersebut dipelihara dan dikelola dengan baik.

Pusat Pendidikan

Tidak hanya difungsikan sebagai tem­pat ibadah, masjid ini juga difungsikan sebagai pusat pendidikan, mulai dari pendidikan tingkat rendah hingga pendi­dikan tinggi yang dikelola dengan sangat baik.

Misalnya, pendidikan Qa­riyah Masjid, Madrasatul Anwarul Ulum (kelas pe­ngajian Alquran), Tadika Nurul Ilmu (kelas pra-sekolah), dan pusat Tuisyin In­tilek Kapitan (kelas bimbingan akademik).

Masjid Kapitan Keling sekarang, se­lain penuh dengan jemaah pada setiap watu salat, juga sa­ngat banyak dikunjungi oleh para turis dari berbagai negara. Masjid yang memiliki beberapa kubah dengan sebuah menara yang sangat tinggi ini, sekarang memiliki aset yang luar biasa.

Di sekeliling Masjid Kapitan Keling terdapat banyak perto­koan berlantai dua dan berlantai tiga. Hampir semua pertoko­an di sekeliling masjid ini adalah milik Masjid Kapitan Keling yang disewakan kepada pedagang muslim yang membuka to­ko emas dan permata. Semua hasil sewa pertokoan itu diperun­tukkan untuk Masjid Kapitan Keling.

()

Baca Juga

Rekomendasi