Menabur dan Menuai Kebaikan

Oleh: Jekson Pardomuan. "Orang yang menabur kecurangan akan menuai bencana, dan tongkat amarahnya akan habis binasa. Orang yang baik hati akan diberkati, karena ia membagi rezekinya dengan si miskin. (Amsal 22 : 8 - 9).

Apa tindakan Anda ketika ada orang lain yang selama ini sangat baik terhadap Anda tiba-tiba berubah menjadi curang dan berbalik menjadi musuh Anda? Mungkin sesaat Anda akan merasa terkejut dan hampir tak percaya dengan kejadian itu. Tapi itu lah hidup, ada kalanya kita sudah berbaik hati kepada teman tapi dianggap lain oleh orang lain.

Pepatah lama "siapa menggali lubang, dia sendiri yang akan masuk ke dalamnya". Pepatah ini sudah disampaikan saat kita masih duduk dibangku sekolah dasar dan diberi penjelasan apa arti dari pepatah tersebut.

Tidak hanya dipelajari di sekolah, setiap orang tua selalu mengingatkan anak-anaknya sejak kecil agar tidak berbuat kejahatan, tidak membodohi orang lain, mencaci orang lain atau merendahkan sesame ciptaan Tuhan. Karena hukum tabur tuai berlaku bagi kehi­dupan manusia.

Mingkin, hari ini Anda mencaci maki seseorang bodoh, dungu atau kejelekan lainnya secara berulang-ulang. Tanpa disadari, ucapan tadi menjadi berbalik ke dalam kehidupan kita sendiri.

Tak perlu heran kalau hari ini si A sangat kaya dan memiliki harta berlimpah, akan tetapi siapa bisa menduga kalau seiring waktu berjalan si A tadi tiba-tiba bangkrut dan jatuh miskin setelah menikmati kekayaannya selama lima tahun berjalan. Semua harta yang dulu ia peroleh habis terjual hanya untuk membayar hutang-hutangnya.

Ada juga orang yang sangat kaya raya, tapi sangat sombong dan paling pantang berbagi dengan orang lain. Siapa yang bisa menduga kalau suatu saat ia jatuh sakit dan seluruh hartanya habis hanya untuk membia­yai perobatannya yang tak kunjung sembuh sampai akhirnya maut menjemput. Dengan cerita ini, ada ba­nyak persepsi akan muncul di dalam pikiran kita, ber­arti si A tidak benar dalam mendapatkan kekayaannya. Si A bisa kaya mendadak karena korupsi, membodohi orang lain atau berbisnis gelap yang tidak dikehendaki Tuhan.

Banyak contoh yang bisa kita peroleh dari berbagai ritme kehidupan di muka bumi ini. Ada yang bisa kita jadikan pelajaran untuk menjalani hidup di kemudian hari, ada yang bisa kita jadikan contoh ketika kita melihat seseorang yang begitu sabar dalam melayani dan selalu mengucap syukur dalam segala kondisi.

Orang tua kita dulu selalu mengingatkan kita agar ber­syukur dan bersyukur, hari ini kita hanya bisa makan sayur daun ubi dan ikan asin, kita harus mensyu­kurinya. Atau, hari ini kita hanya bisa menikmati ma­kan dua kali dalam sehari, tetap harus kita syukuri.

Firman Tuhan dalam Galatia 6 : 7 - 8 mengatakan "Ja­ngan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya diper­mainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu."

Sebenarnya, ada banyak ayat di dalam Alkitab yang mengingatkan kita untuk selalu hidup benar di dalam Tuhan. Tak perlu terlalu berambisi untuk menjadi pemimpin kalau pada akhirnya kita hanya jadi pemimpi yang tak pernah bisa mewujudkan mimpi kita menjadi pemimpin. Hal ini sulit diwujudkan karena kita tidak pernah berpengharapan kepada Tuhan dan menyerahkan segala sesuatunya ke dalam tangan Tuhan.

Galatia 6 : 9 menuliskan "Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah."

Berbuat baik dan berbuat baik saat ini sering dicurigai oleh orang-orang tertentu sebagai alat untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Dan kenyataan di lapangan memang sangat banyak orang yang melakukan kebaikan hanya untuk mendapatkan balas budi. Perbuatan baik kita terhadap seseorang seringkali dianggap ’pamrih’ atau mengharap sesuatu terutama saat momen-momen tertentu seperti pemilihan kepala daerah atau pemilihan umum legislatif. Menjelang pilkada yang tidak lama lagi digelar di negeri ini akan bermunculan orang-orang yang sangat baik demi untuk mendapatkan sesuatu.

Kalau kita melakukan kebaikan dengan setulus hati tanpa mengharapkan apa-apa, pada akhirnya akan menghasilkan kebaikan juga. Mazmur 126 : 5 me­nuliskan "Orang-orang yang menabur dengan men­cu­curkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai."

Kemudian dalam 2 Korintus 9 : 6 dituliskan "Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga."

Dalam menjalani hidup sehari-hari, ada banyak persoalan yang sering membuat iman kita goyah. Kadang-kadang kita sudah bekerja begitu sungguh-sungguh tapi hasil yang kita peroleh masih sangat jauh dari yang kita harapkan. Perasaan putus asa kadang terasa sangat kuat menghampiri dan mencoba menarik kita untuk lebih mendahulukan kepentingan duniawi dan mulai melupakan pekerjaan Tuhan.

Ada banyak manusia di muka bumi ini sudah mengidolakan manusia dari pada Tuhan Sang Pencipta. Manusia semakin tidak menyadari, kalau nafas kehidupan hari ini bersumber dari pada-Nya yang tetap setia memelihara kita. Melindungi dan mencukupkan segala sesuatu kebutuhan kita.

Seperti kata firman Tuhan, apa yang kita tabur hari ini akan kita tuai nanti. Jika kita menabur kebaikan dan menjauhi segala bentuk kejahatan yang merugikan orang lain terlebih-lebih merugikan diri sendiri. Jika hari ini kita menabur kebaikan, percayalah kepada Tuhan bahwa suatu saat kita akan menuai kebaikan juga. Amin.

()

Baca Juga

Rekomendasi