Perjuangan “Tim Ayam Kinantan” Masih Panjang

PERJUANGAN “Tim Ayam Kinan­tan” untuk kembali bertahta di kasta ter­tinggi sepakbola Indonesia atau Liga 1, selalu penuh dengan tantangan.

PSSI sudah menetapkan, tiga tim terbaik dari Liga 2 akan promosi bermain di kompetisi paling bergengsi Liga 1. Namun, untuk masuk dalam peringkat 3 besar Liga 2, PSMS, tentu tidak mudah.

Jika diibaratkan sebagai sebuah perjalanan, perju­angan PSMS di Babak 16 Besar Liga 2 paling sulit ka­rena harus melewati “bukit terjal”.

Legimin Raharjo sempat terseok-seok di fase awal 16 Besar, sebab harus menelan kekalahan demi kekalahan

Pasalnya PSMS memang seda­ng mengalami transisi dengan terjadinya pergantian pelatih Mahruzar kepada Djajang Nurjaman.

Djajang Nurjaman yang ma­sih harus meraba raba kekua­tan skuatnya sehingga tak heran PSMS harus mene­lan pil pahit kalah di kan­dang PSIS dan Persi­bat.

Dengan penampilan yang tidak memuaskan itu, tak heran jika pendukung sempat pesi­mis PSMS bisa lolos ke 8 Besar. Apalagi, PSMS kemu­dian hanya bisa bermain imbang 0-0 ketika ditahan Persita dalam laga di Stadion Teladan, sehingga saat itu hanya baru mengo­leksi 1 poin dari tiga laga.

Namun, dengan perlahan PSMS Medan mulai bangkit, setelah kembali menemukan ciri khasnya permainan ngo­tot dan keras yang dikenal dengan permainan rap rap.

Harus diakui wartawan juga ikut memberi andil dan mengingatkan PSMS untuk kembali memainkan rap rap.

Alhasil, peluang yang nyaris tertutup pun kembali terbuka setelah satu persatu lawan ditaklukkan. Walau belum begitu konsisten memainkan rap rap, Persibat  menjadi korban pertama PSMS, harus kalah 2-1 di stadion Teladan Medan.

Tak disangka, PSIS Sema­rang yang dianggap sebagai tim paling kuat bisa juga bisa diatasi bahkan dengan keme­nangan telak 3-1.

PSMS Medan memastikan satu tiket ke 8 Besar setelah memastikan diri menempati posisi sebagai runner-up Grup B, usai mencatat kemenangan 1-0 di kandang Persita Tange­rang.

Prihal, pergantian pelatih dari Mahru­zar ke Djajang Nurjaman sempat diper­soalkan, bahkan rasa tak percaya terhadap Dja­jang sempat muncul dari kalangan suporter yang sem­pat mene­riakkan kata-kata kasar dari tribun terbuka.

Namun keteguhan mana­jemen mene­tapkan Djajang sebagai pelatih baru, pantas diapresiasi. Djajang memang tipe pelatih yang tak gampang menyerah mengha­dapi situasi yang sulit.

“Ini belum kiamat, peluang kita masih tetap ada,” katanya dengan nada yakin menjawab kritik-kritikan yang muncul di situasi sulit itu.

Rap rap kembali bersemi karena Djajang tak asing dengan permainan yang jadi ciri khas anak Medan, sebab ia memang pernah 3 tahun me­rumput bersama klub Mercu Buana Medan. 

Berhasil lolos ke 8 Besar, PSMS Medan berhasil melangkah mulus di babak 8 ini dengan manis setelah mengatasi tim tangguh Kalteng Putra yang sebelumnya punya riwayat menaklukkan Persebaya, dengan keme­nangan 2-1.

Hasil bagus itu membuat PSMS, ibarat sedang melintas di sebuah perjalanan mulus. Sebab dengan kemenangan atas Kalteng Putra membuat peluang lolos ke semifinal terbuka lebar.

Namun perlu diingat perja­lanan mulus sering membuat orang terbuai dan bahkan bisa membuat orang terju­ngkal.

Apalagi, permasalahan juga mulai mun­cul lagi, sebab dua pemain pilarnya yakni Eliazer Thon­cy Maran yang akrab disapa Elthon Maran dan stopper Roni Fatahillah harus menepi dalam pertan­dingan kedua mengha­dapi Martapura FC pada 13 November, se­telah terkena aku­mulasi kartu kuning.

Masalah yang muncul ini tentu tantangan yang mulai muncul da­lam upaya untuk meraih tiket ke Liga 1.

Grup X di babak 8 Besar, bukanlah grup ringan karena diisi tim-tim tangguh yang siap berlaga di Liga 1. Demikian pula Martapura FC yang sudah membuk­tikan ketangguhan dengan menak­lukkan Persis Solo 1-0 dalam laga perdana mereka.

Dengan absennya Roni Fatahillah akan menimbulkan tanda tanya, mampukah pemain pelapis bermain dengan kualitas yang sama.

Dalam empat uji coba, pemain pelapis di bawah tampil kurang meyakinkan dan kecolongan dari lawannya. Bayangkan, lini bawah PSMS Medan bisa kecolongan saat uji coba dengan tim yang punya level di bawahnya PS Keluarga USU dan tim PPLP. Tapi, mudah-mudahan itu hanya sebuah fakta pertandingan uji coba dan pemain pelapis bisa tampil bagus dalam kompetisi sebenarnya.

Ada fakta yang menarik, striker pinjaman asal Bali United, I Made Adi Wirahadi mandul dalam laga-laga uji coba, tapi justru menjadi pahlawan kemenangan PSMS saat mengalahkan Kalteng Putra 2-1, sebab kedua gol PSMS hasil dari gol sundulan Wirahadi.

Kita berharap, babak 8 Besar bisa menjadi tantangan dan kesempatan bagi pemain pengganti seperti Hardian­tono dan Dani yang sering menggantikan posisi Roni Fatahillah dalam pertandi­ngan uji coba, agar mereka mampu menunjukkan kuali­tasnya.

Gusti Sandria, merupakan pe­main yang mampu meman­fa­atkan kesempatan untuk me­nunjukkan kelasnya ketika diberi kesempatan oleh Djajang Nurjaman tampil. Gusti kini menjadi pemain penting di PSMS Medan, ia dikenal yang punya ke­mampuan tendangan bebas sangat bagus, serta mampu mendukung penyerangan dari sayap kiri. Padahal, dalam masa pelatih Mahruzar, Gusti tidak pernah mendapat keper­cayaan untuk tampil sebagai pemain inti.

Kita harap kemenangan dalam laga awal tidak mem­buat PSMS Medan lengah se­hingga harus tersungkur dalam dua laga lagi.

Perjalanan untuk ke Liga 1 masih panjang. Perlu diingat tidak ada sebuah perjuangan yang bisa dilalui dengan mudah, pasti ada tantangan-tantangan yang harus dihadapi. PSMS Medan jangan sampai kehilangan adrenalinnya untuk memainkan permainan rap rap. Tiket ke Liga 1 harus diraih.

Butuh semangat juang tinggi, keper­cayaan diri sehingga mampu layaknya pada partai final pada setiap laga. (Faisal Pardede)

()

Baca Juga

Rekomendasi