Memperingati HUT Brimob 14 November

Jaga Marwah Brimob

Oleh:Rafyq Panjaitan.

Soal Senjata nampaknya agak menggelisahkan, Sebagai anak buah tentara Pembela Tanah Air (PETA) yang semula menjadi harapan rakyat banyak, ternyata sudah dikirim pulang oleh Jepang tanpa senjata. Satu-satunya ke­kuatan bersenjata yang masih kokoh adalah Pasukan Polisi Istimewa yang dipimpin oleh seorang pemuda Sulawesi, Muhammad Jasin (Bung Tomo)

Ketika mendengar kata ‘Brimob’, tentu kesan yang lang­sung muncul adalah pasukan, sa­ngar, keras, seram. Padahal se­yogyanya Brimob juga polisi, tepatnya suatu pasukan khusus dalam internal kepolisian. Namun, di masyarakat, mendengar kata Brimob dan Polisi memang ada bedanya.

Perbedaannya, Brimob adalah pasukan yang hadir pada saat momentum tertentu saja, dan ‘polisi biasa’ setiap saat ada di aktivitas masyarakat. Hal ini bukan tanpa alasan, karena Korps Brimob memang dilahirkan untuk sebuah misi khusus.

Secara historis, Brigade Mobil (Brimob) Polri merupakan pasukan Kepolisian Negara Republik Indonesia yang sejak lahirnya pada 14 nopember 1946 diberi tugas khusus diantaranya mengenai bidang kemiliteran yang berkewa­jiban untuk mempertahankan dan me­melihara keamanan dan ketertiban di dalam negeri.

Perjuangan kemerdekaan bang­sa Indonesia pada masa lalu tidak dapat dipisahkan dengan sejarah per­tumbuhan dan perkembangan Brigade Mobil Polri pada umum­nya, karena Brigade Mobil Polri lahir dan tumbuh di tengah-tengah kancah perjuangan bangsa Indo­nesia dan revolusi nasional Indo­nesia. Nama dan sebutan Brigade Mobil Polri di masa lalu, antara lain: Pasukan Polisi Istimewa (Tokubetsu Keisatsutai), Pasukan Perjuangan Polisi, Barisan Polisi Istimewa, Polisi Marsose, Mobile Brigadedan Korps Brimob.

Tercatat bahwa Brimob ikut berpartisipasi dalam beberapa peristiwa penting dalam sejarah Indonesia: turut berjuang melawan tentara sekutu pada 10 november 1945, menumpas gerakan separatis peristiwa Madiun dan Blitar dalam operasi trisula, gerakan DI/TII di Jawa Barat dan Aceh, PRRI/Permesta di Suma­tera utara, Suma­tera Barat, Sumatera Timur, Riau, Bengkulu, Sulawesi tengah dan Maluku

Sejarah perjuangan Brimob bukan saja menjadi kebanggaan Polri, akan tetapi menjadi kebang­gaan masyarakat Indonesia pada umumnya. Karena Brigade Mobil tidak pernah absen dalam perjua­ngan bersenjata rakyat Indonesia, ikut aktif menentang dan melawan penjajah dan kekuasaan bangsa asing, perjuangan menegak­kan hukum dan keadilan di seluruh tanah air (satuan pelopor.wordpress.com)

Brimob adalah pasukan yang inheren dengan perjalanan bangsa. Kiprahnya dalam mempertahan­kan keutuhan negara tak perlu diperta­nyakan lagi. Wajah Brimob mengi­ngatkan kita betapa aura militeristik masih belum hilang dari doktrin organisasi kepolisian kita, walaupun ‘Dwi fungsi ABRI’ telah resmi dicabut dan polisi kembali ke khitahnya sebagai aparat sipil (penegak hukum).

Desakan untuk mengembalikan kepolisan dalam kultur sipil yang dimanifestasikan dalam reformasi Polri, tentu tidak berdampak pada pasukan Brimob, hal ini bukan tanpa alasan karena Brimob merupakan pasukan elit Polri yang sewaktu-waktu diperlukan dalam keadaan genting.

Jaga kehormatan!

Tepat pada 14 november 1945 Perdana Menteri Sutan Sjahrir men­dirikan Brigade Mobil. M Jassin dan kawan kawannya ter­masuk di dalamnya. Dalam sejarahnya pasu­kan paramiliter polisi itu terlibat dalam banyak operasi militer di Indonesia.

Tengah hari 20 agustus 1945, beberapa polisi kebangsaan Indonesia yang bertugas di Surabaya berkumpul. Mereka diantaranya adalah Ajun Inspektur I. Soetarjo, Komandan Polisi Surip, Koman­dan Polisi Abidin, Komandan Polisi Musa dan Inspektur Polisi I. M. Jassin di sana. Jassin dkk sepakat mendukung republik. Bagi mereka republik tak akan eksis jika aparat-aparat Jepang tak dilucuti senjata dan wewe­nangnya. Mereka pu memutuskan untuk bergerak (Arti­kel Tirto.id: Brimob Pasukan Siap Tempur Pertama Indonesia, 21/08/17)

Dalam buku Memoar Jasin Sang Polisi Pejuang: Meluruskan Sejarah Kelahiran Polisi Indonesia (2011) ditulis ‘Orang-orang Je­pang dan pemimpin markas kami tahan, sedangkan hubungan telepon ke luar kami putus. Setelah itu, kami mem­bongkar gudang senjata dan menge­luarkan semua pembe­kalan perang dan amunisi, terma­suk mobil lapis baja dan truk’.

Dalam rentang sejarah kita dapat menyimpulkan betapa Bri­mob adalah pasukan yang pem­berani, mereka berani mengambil kepu­tusan demi lepasnya republik dari belenggu Jepang. Seyogyanya pasukan bersenjata lengkap pertama republik Indonesia bukanlah Ten­tara Nasional Indonesia (TNI) tetapi pasukan polisi istimewa atau saat ini Brimob.

Sebagai satuan tempur pertama yang dimiliki republik ini, adalah paradoks ketika Brimob berperan di dalam benturan dengan rakyat. Seperti misalnya dalam peng­gusuran warga kampung akuarium Jakarta. Brimob seharusnya tak perlu berperan dalam melukai hati rakyat.

Brimob (Pasukan Polisi Istime­wa) punya rekam sejarah yang sa­ngat mulia untuk bangsa ini. Mereka adalah pejuang rakyat, mereka adalah pasukan tempur rakyat bukan korporat. Level Brimob adalah bertempur dengan musuh rakyat bukan justru meme­rangi rakyat. Para pejabat Polri khususnya harus mengilhami sejarah Brimob, jangan lunturkan sejarah itu dengan berlumur lumpur politik.

Korps Brimob tak bisa diguna­kan sebagai alat penetrasi nafsu penguasa. Brimob itu wajib berdiri di atas kepentingan rakyat, tak boleh sesekali melukai hati rakyat. Brimob adalah pelaku sejarah yang sangat krusial di momentum menjemput Hari Pahlawan 10 November. Tetapi kini kita bisa lihat marwah­nya telah pudar akibat tak berdayan­nya membantah perintah politis penguasa.

Brimob harus hadir di tengah-tengah rakyat dalam perangai yang menyejukkan, jiwa raga yang dikorbankan pada masa lalu demi harga diri Indonesia hendaknya terjaga sampai kapan pun dan yang terpenting bahwa ketulusan Brimob untuk NKRI jelas adanya, walaupun jasa mereka besar untuk republik tetapi mereka tidak berpolitik. Rakyat adalah tuannya Brimob dan Brimob adalah andalan rakyat. Kalau saat ini peran Brimob masih dalam bayang-bayang TNI, dulu justu peran Brimob telah melebihi TNI, itu fakta sejarah.

HUT ke-72 Brimob ini harus dijadikan momentum refleksi dan introspeksi diri. Menjaga marwah dan harga diri Brimob sangat penting di tengah-tengah rendahnya kepercayaan masyarakat pada institusi Polri. Ditambah lagi, tugas kedepan yang kian berat, ancaman radikalisme, terorisme bahkan instabilitas politik lokal, regional bahkan global akan semakin mem­buat tugas Brimob menumpuk. Oleh karenanya, penguatan korps Brimob adalah yang utama.

Menjadi mulia tentu tidaklah gampang, dibutuhkan konsistensi dan ketegasan di seluruh lini orga­nisasi. Pasukan polisi istimewa Korps Brimob merupakan aset berharga negara, mengutip apa yang dikatakan Brigjen TNI AD Sudarto mantan Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP) ‘omong kosong jika ada yang mengaku dalam bulan agustus 1945 kita memiliki pasukan bersenjata. Yang ada hanya Pasukan Polisi Istimewa dan tanpa pasukan ini tidak akan ada Hari Pahlawan 10 nopember 1945’.

Selamat HUT Brimob!

Penulis adalah jurnalis.

()

Baca Juga

Rekomendasi