SETIAP hari sekitar 100 spesies hewan punah. Manusia menghancurkan ruang hidup hewan-hewan atau memburu mereka. Dapatkah kebun binatang membantu menjaga hewan dari kepunahan?
Memelihara binatang buas di masa lalu hanya merupakan hak istimewa para bangsawan. 4000 tahun lalu Kaisar Dinasti Xia memiliki menagerie, yakni kandang-kandang berisi hewan liar.
Penguasa Asiria memelihara buaya, dan penguasa Aztek memelihara burung pemangsa. Wangsa Medici menyayangi binatang-binatang eksotis di tamannya demikian pula Ludwig ke-16 dari Perancis. Dan terutama Franz Stephan von Lothringen (Franz I. Stephan). Tahun 1752 ia mendirikan kebun binatang tertua yang hingga kini masih ada di dunia, Kebun Binatang Schonbrunn di Wina.
Tapi dulunya bukan untuk melindungi spesies hewan. Tujuan itu baru menjadi kepentingan utama kebun binatang modern pada abad ke-21. Apalagi untuk banyak jenis hewan, ruang hidupnya makin sempit.
Lebih dari tujuh milyar orang harus dicukupi dengan bahan pangan dan sumber daya. Dan pertanian serta pertambangan memakan lahan. Selain itu produksi energi dari tanaman ini membuat kilometer persegi demi kilometer persegi lahan menjadi tanah pertanian, ladang, perkebunan dan lahan bangunan. Dengan hilangnya ruang hidup, binatang ikut menghilang.
Walau protes dan kecaman terus datang, atraksi adu banteng lawan matador masih bisa disaksikan di beberapa wilayah di Spanyol. Kelompok yang mendukung permainan ini menyerukan Unesco untuk memasukkannya sebagai warisan budaya.
Permainan dari abad pertengahan ini juga populer atau pernah populer di Portugal, Perancis Selatan, Meksiko, Colombia, Ekuador, Venezuela dan Peru.
Musnahnya ruang hidup adalah alasan utama punahnya keragaman spesies. Juga perubahan iklim yang merugikan, terutama bagi spesies hewan yang menyesuaikan diri dengan suhu dingin. Meski demikian manusia secara langsung juga membunuh binatang.
Gorila diburu oleh kelompok bandit yang berbisnis intan berdarah, hewan-hewan langka menjadi daging santapan di pasar-pasar Afrika dan Asia. Malam hari saat burung tempua berkumpul, pohon tempat mereka tidur dibakar, agar jangan sampai ada hewan yang menjadi musuh petani itu selamat. Sementara pengejaran gajah di Afrika Barat meningkat tajam. Dan juga badak bercula hanya dapat bertahan hidup, jika mendapat pengawalan bersenjata.
Persaingan
Kendati bernama "Singa Afrika," satwa ini dulunya juga berkeliaran di kawasan Balkan dan Timur Tengah. Namun persaingan dengan manusia memangkas populasi Singa Afrika. Kini fauna yang dilindungi itu cuma bisa ditemukan di kawasan kecil India dan selatan gurun Sahara.
Bertolak dari kondisi tersebut apakah kebun binatang merupakan tempat pertolongan terakhir, untuk dapat menjaga binatang pada masa yang lebih baik? Atau apakah para kritisi benar, bahwa pemeliharaan dalam kandang adalah penyiksaan binatang. Seperti tuntutan organisasi pelindung binatang Peta kepada Menteri Pertanian Jerman Ilse Aigner untuk melarang pemeliharaan harimau.
Menyusul terjadinya serangan harimau di Kebun Binatang Koln yang menyebabkan tewasnya petugas perawat harimau di kebun binatang tersebut. "Jika seekor harimau memiliki kesempatan menyerang atau menyelamatkan diri dari manusia, kesempatan itu juga dimanfaatkannya.“
Demikian dijelaskan oleh anggota organisasi Peta, Peter Höffken. Dimana gepard atau simpanse selalu saja kabur dari kandangnya membuktikan, bahwa binatang ingin keluar dari situ. Bagi Höffken kebun binatang adalah „penjara dengan keamanan tinggi.“
Memelihara reptil ini baik yang beracun maupun yang tidak, belakangan jadi lambang gengsi. Tapi ular berumur panjang dan tumbuh membesar, hingga suatu saat tidak pas lagi dalam terarium. Juga patukan ular berbisa mematikan, dan belitan phyton juga bisa fatal. Florida kini juga hadapi hama phyton belang (foto) yang dulu dilepaskan pemelihara di tahun 80-an dan berkembang biak jadi spesies invasif.
Bahwa hewan-hewan di kebun binatang masih tetap binatang buas, juga diyakini Manfred Niekisch. “Binatang buas tetap selalu binatang buas, juga meskipun tinggal di kebun binatang.“ Namun menurut direktur kebun binatang Frankfurt itu, hewan-hewan di kebun binatang tidak mengalami gangguan psikis.
Perubahan sikap seperti yang pernah terjadi dimana gepard di kandang sempit tidak memiliki kegiatan apapun, tidak lagi terjadi pada kebun binatang modern yang diorganisir dengan baik.
Mengimbangi
Apakah itu untuk kura-kura atau harimau, saat ini disediakan program aktivitas yang mengimbangi kerugian dalam kehidupan di ruangan sempit, dijamin Niekisch. "Tapi terutama atas dasar kemajuan dalam kedokteran hewan kini lebih mudah memelihara hewan sesuai dengan keperluan spesies hewan tersebut.
Orang utan dulu misalnya atas pertimbangan higienis dipelihara dikandang dengan arsitektur seperti kamar mandi, yakni dengan ubin dan besi. Kini mereka hidup di tanah yang empuk dengan arsitektur hutan tropis buatan, dan demikian lebih mirip kehidupan alaminya.
Hampir sepertiga dari spesies primata terancam punah. Begitu juga dengan gorila dataran rendah di Afrika. Hewan primata berandil besar pada kelangsungan kehidupan di hutan. Merekalah yang terutama menyebarkan bibit tanaman di hutan. Dengan demikian, secara tidak langsung, mereka memastikan bahwa CO2 yang cukup diserap dari atmosfer yang mana hal ini baik untuk iklim bumi.
Karena kondisi kehidupan mereka lebih baik, hewan di kebun binatang memiliki usia hidup lebih panjang dibanding hewan di kehidupan liar dan banyak spesies dapat terus berkembang biak. Sementara ini ada populasi yang besar di kebun binatang.
Untuk harimau Siberia dua pertiganya terdapat di kebun binatang. Spesies mereka terus terjaga dan jika suatu hari kondisi persyaratannya memungkinkan, hewan-hewan ini dapat dilepaskan ke kehidupan liar dan membina populasi baru.
"Bahwa gagasan ini membuahkan hasil, ditunjukkan kisah sukses pada bison, kuda Przewalski (kuda di Mongolia) atau burung kondor Kalifornia,“ kata Manfred Niekisch. Juga populasi scimitar oryx dan addax di Afrika Timur, tamarin singa emas (marmoset emas) di Amerika Selatan atau bearded vulture di Eropa Tengah dan Selatan tidak akan berlanjut populasinya tanpa pemeliharaan di kebun binatang.
"Kebun binatang untuk menyelamatkan keragaman hayati saat ini tidak dapat digantikan.“ Hal ini juga diyakni Dag Encke, kepala kebun binatang Nurnberg. “Tidak ada tempat lainnya yang kini memiliki pengetahuan lebih besar daripada kebun binatang untuk menciptakan kembali populasi vital yang mampu bertahan hidup dari sisa hewan-hewan sebuah spesies.“ (dwc/ar)