Khorkhog

Hidangan Khas Mongolia Resep 500 Tahun

SEJAK dulu, khorkhog dimasak meng­­gunakan batu. Tapi, bukan di atas batu. Ma­sakan itu tentu suatu menu yang unik de­­ngan nama khorkhog. Masakan tidak bia­sa ini, umumnya disajikan saat acara be­sar, atau ketika berkumpul dengan keluarga.

Khorkhog disinyalir telah di­santap suku nomaden di Mongolia sejak 500 tahun lalu. Hingga kini, tidak ada yang berubah dari resep aslinya, hanya cara memasak yang jadi lebih modern.

Makanan yang juga disebut sebagai Mongolian BBQ ini dimasak bersama de­ngan batu panas dalam panci bertekanan tinggi (pressure cooker). Sebe­lumnya, batu tersebut dipanaskan langsung di atas api selama 30 menit.

Bahan-bahan khorhog sangat seder­hana, yakni daging domba, kentang, wortel dan kol. Bumbunya pun hanya garam dan lada hitam, serta sedikit air.

Pertama, batu panas ditata di dalam panci, kemudian di atas­nya diletakkan daging dan sayuran yang sudah dipotong-potong. Lapisan itu terus ditambahkan hing­ga panci penuh oleh bahan-bahan. Umumn­ya, penduduk Mongolia menggu­na­kan 10-20 kilogram daging sekali masak.

Umumnya dibutuhkan 20 batu untuk memasak khorkhog. Batu yang digunakan untuk memasak pun mudah ditemukan.

“Batunya bukan batu istimewa, banyak ditemukan di pinggir kolam atau sungai, yang terpen­ting permukaannya halus dan ukurannya sekitar setengah kepalan ta­ngan,” terang Konsultan Kedutaan Besar Mongolia Enkhtaivan Dashnyam, be­berapa waktu lalu. Selain khorkhog, hida­ngan lain yang juga kerap ditemui di Mongolia adalah salad.

Dalam panci, batu panas serta uap air akan membuat daging matang dengan cepat. Selain itu, batu panas yang dile­takkan berdampingan dengan daging juga bisa membuat daging lebih empuk. Umumnya, khorkhog dimasak selama satu jam hingga siap disantap.

“Batu di dalam panci juga akan menye­rap lemak dari da­ging, sehingga daging yang dikonsumsi lebih sehat. Lemak­nya hanya sedikit,” papar Enkhtaivan.

Bukan hanya cara memasaknya yang unik, cara me­ngonsumsinya pun tak kalah me­­narik. Mema, chef asal Mongolia, me­nye­but batu dalam panci harus ikut disa­jikan di atas piring.

“Bukan untuk dimakan, batu panas itu digenggam dan kemudian diedarkan ke seluruh keluarga hingga batu dingin,” sebut Mema.

Kesehatan

Panas dari batu, ujar Mema, membe­rikan manfaat kesehatan.

“Ada energi besar dalam batu tersebut setelah lama dimasak. Warga Mongolia per­caya itu menyehatkan,” imbuh dia.

Selain itu, Mema menambahkan, khorkhog biasanya langsung dimakan meng­gunakan tangan. Sementara, sup atau air rebusan khorkhog akan dipindahkan ke dalam satu mangkuk dan diedarkan ke­pada seluruh keluarga. “Diminum se­dikit demi sedikit. Semua orang harus dapat bagian dari mangkuk. Ini cara ber­sulang orang Mongolia,” se­butnya.

Hidangan ini sebenarnya tidak disajikan di restoran di Mo­ngolia. Turis yang ingin mencicipi khorkhog harus mencarinya di wilayah gurun, tempat suku nomaden Mongolia tinggal. Tapi, bagi orang awam yang ingin mencicipinya, bisa berkunjung ke Pusat Kebudayaan Mongolia.

Di sana, terdapat satu gerai atau tenda khas Mongolia yang didedikasikan men­jadi dapur dan menyediakan makanan khas Negeri Kuda tersebut.

Selain khorkhog, hidangan lain yang menjadi khas Mongolia adalah salad da­ging kambing, khuushuur atau gorengan sejenis pastel, suivan dan bantan atau sup daging khas Mongolia. (lk/cnc/ar)

()

Baca Juga

Rekomendasi