Oleh: Jekson Pardomuan
“Garam memang baik, tetapi jika garam menjadi hambar, dengan apakah kamu mengasinkannya? Hendaklah kamu selalu mempunyai garam dalam dirimu dan selalu hidup berdamai yang seorang dengan yang lain." – Markus 9 : 50
Siapa pun pasti tahu kalau rasa garam itu asin. Garam sangat bermanfaat sebagai penyedap rasa masakan, karena masakan tanpa garam maka akan hambar rasanya. Sama halnya dengan kehidupan kita sehari-hari, ketika sejak awal kita sudah komitmen menjadi garam yang ‘menggarami’ orang-orang disekeliling kita tiba-tiba kita berbalik dan garam yang ada didalam diri kita hambar, lantas dengan apa lagi kita akan mengasinkannya?
Tuhan Yesus berkata bahwa kita adalah “garam dan terang dunia”. Menjadi garam dan terang dunia adalah pilihan hidup sebagai Kristen yang sejati. Tuhan Yesus tidak mengatakan bahwa “kamu bisa atau kamu memiliki kemampuan untuk menjadi garam dan terang dunia”. Setiap orang yang telah percaya pada Kristus diselamatkan dan dilahirkan kembali adalah garam dan terang dunia.
Apa tujuanmu dalam menjalani hidup yang penuh dengan liku-liku ini. Mungkin Anda ingin menjadi orang kaya, orang sukses dengan banyak perusahaan atau impian lainnya yang menurut ukuran manusia sah-sah saja. Siapa pun orangnya ketika ditanya akan berkata bahwa ia ingin menjadi orang yang berhasil, memiliki posisi dan jabatan yang tinggi serta kekayaan yang melimpah, mempunyai rumah yang mewah, atau pendidikan yang tinggi ?
Semua itu sangat baik dan tidak salah. Tetapi jika itu yang menjadi tujuan hidup yang terutama dari setiap orang percaya, maka hidup seperti itu tidak memiliki arti yang sesungguhnya seperti yang Tuhan Yesus rindukan. Pertanyaannya adalah apakah tujuan utama dari hidup orang Kristen di dunia ini, supaya hidup itu menjadi bermakna dan menjadi berkat bagi banyak orang, yaitu menjadi garam dan terang bagi sesama.
Menjadi garam dan terang dunia tidak semudah yang kita bayangkan. Yesus menggunakan gambaran garam dan terang dunia dalam waktu yang berbeda untuk menunjukan pada peran dan tujuan dari murid-murid dan pengikut-Nya di dunia. Renungan ini secara spesifik akan membahas tentang garam.
Garam, jika kita menggunakannya terlalu banyak, maka akan menjadi hambar. Terlalu sedikit juga akan terasa hambar karena tidak ada rasa. Ukuran yang pas untuk garam sangat ditentukan oleh hati. Garam jika dimanfaatkan dengan benar bisa menjadi pengawet makanan.
Orang Kristen dipanggil untuk melayani sebagai pengawet, menghentikan kerusakan moral di dunia yang dipenuhi dengan dosa, menjaga dan mempertahankan garam tetap asin sebagai pengawet yang menghambat kuasa dosa yang menghancurkan kehidupan (Mazmur 14: 3; Roma 8: 8). Orang Kristen yang hidup dipimpin Roh Kudus dan hidup dalam ketaatan kepada Kristus, pasti akan mempengaruhi dunia, karena garam memiliki pengaruh positif pada rasa makanan.
Duta Kerajaan Allah
Menjadi garam tidak mudah, selain harus memberi rasa yang pas dengan garam ini pun kita bisa menjadi pembeda bagi yang lain. Di mana ada pertengkaran kita harus menjadi pembawa damai, di mana ada kesedihan, kita membalut luka kebencian dan kita harus menjadi contoh kasih Allah dalam Kristus, membalas kejahatan dengan kebaikan (Lukas 6:35).
Jika garam dimasukkan ke dalam makanan, menjadikan makanan itu asin dan menjadi berbeda rasanya, Jadi garam mempengaruhi makanan. Jika kita adalah garam dunia, maka kita harus mempengaruhi orang dunia, dan bukan sebaliknya, cara orang dunia yang mempengaruhi kita (Roma 12:2). Dengan mengatakan bahwa “ Kamu adalah garam dunia” menunjukkan bahwa Tuhan Yesus memberikan pujian serta kebanggaan bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya bagaimana peranan orang percaya di dunia ini dapat menjadi garam.
Menjadi garam dunia artinya menjadi kesaksian bagi orang lain, melalui hidup kita banyak jiwa-jiwa yang dimenangkan dan diselamatkan. Seperti Yesus datang ke dunia untuk mencari dan menyelamatkan yang terhilang (Lukas19:10), demikian juga tugas kita sebagai garam dunia adalah memberikan pengaruh bagi jiwa-jiwa di sekeliling kita. Pandanglah sekitar kita banyak orang-orang anak-anak muda yang terlibat narkoba dan obat terlarang, tinggal bersama tanpa pernikahan, korupsi dimana mana serta perbuatan-perbuatan dosa lainnya.
Sebagai orang percaya kita tidak menikmati kabar baik untuk sendiri saja, tetapi kita menyampaikan berita kabar baik itu kepada orang lain disekitar kita. Kita harus menyatakan tindakan iman dalam tindakan nyata sehingga terang itu dapat menerangi orang lain dan garam itu dapat mengasinkan kehidupan orang lain. Panggilan menjadi garam dan terang duani telah sampai kepada setiap kita hari ini. Dimanapun kita berada, kita adalah duta-duta kerajaan Allah, baik dalam pekerjaan, sekolah, rumah tangga, serta di manapun kita berada.
"Kamu adalah garam dunia" - yang ingin dikatakan Yesus terutama adalah: Kamu sangatlah berharga. Kamu sangat penting. Kamu merasa bahwa sebutir garam itu tidak ada artinya dan tidak ada gunanya. Tetapi justru sebaliknya: di dalam butir ini tergandung salah satu sumber kehidupan. Kamu mungkin merasa tidak bisa berbuat apa-apa, karena kamu hanya sedikit, kamu merasa sebagai minoritas yang tidak berdaya. Tetapi dalam dirimu ada sebuah kekuatan yang bisa dirasakan dan bahkan dapat merubah dunia ini. Tanpa kamu, dunia ini akan tawar.
Yesus menguatkan muridnya. Bukan untuk menjadi sombong. Bukan untuk merasa bahwa hanya mereka yang dapat menyelamatkan dunia, dan hanya mereka yang memberi sebuah rasa yang penting. Masih banyak rempah yang lain di dunia ini yang juga sangat dibutuhkan. Namun identitas kami adalah menjadi garam dunia. Bukan dari kekuatan diri kita sendiri, bukan karena usaha dan jasa kita sendiri, namun karena kekuatan dan rasa yang diberikan kepada kita oleh Allah sendiri.
Kita mungkin kecil seperti sebutir garam. Namun bersama-sama dengan butir-butir garam lain, kita dapat menjadi garam dunia, dan bukan kuantitas garam itu yang menjadi penting, tetapi kualitas dari pelayanan kita sebagai garam dunia. Amin