Empat Misteri Kehidupan

DALAM banyak literatur atau referensi disebutkan ada 4 hal di mana manusia tidak mampu untuk mengetahui kebe­radaannya yaitu langkah, rezeki, pertemuan dan maut. Maka sangat wajar,para ahli selalu ingin membuka tabir dari ke 4 hal itu, namun mereka selalu ter­bentur karena ilmu yang mereka miliki tidak dapat menyentuh persoalan itu.

Pertama adalah langkah, langkah di sini bukan dimaknai dengan langkah saat kita berjalan, tetapi langkah di sini dimaknai dengan ‘masa depan’. kita tidak tahu bagaimana kehidupan kita ke depan. Bagaiman kehidupan anak-anak kita. Apakah sukses atau tidak. Apakah kita akan naik jabatan atau tidak. Yang jelas apapun persoalan yang dihadapi pada hari ini bisa jadi kunci untuk menghadapi hari esok. Makanya, dalam doa kita selalu memohon kepada Allah untuk selalu menjaga kita dari godaan yang selalu datang dan pergi. Kita tidak tahu apakah kita termasuk dalam kelompok orang-orang yang husnul khatimah (yaitu penutupan hidup yang baik) atau su’ul khatimah (yaitu penutupan hidup yang jelek).

Selalulah bersyukur kepada Allah, agar hidayah dan rahmat-Nya selalu tercurahkan kepada kita. Jangan hidayah yang sudah kita dapatkan berganti menjadi laknat.

Persolan kedua yang tidak dapat diprediksi oleh kita adalah rejeki, tidak ada yang tahu, apakah rejeki kita hari ini sama dengan kemarin. Yang penting dalam mencari rejeki batasannya harus jelas yaitu halal. Jangan mencari rejeki dari jalan yang haram.

Ada orang yang berfikiran bahwa mencari rejeki yang haram saja susah apalagi yang halal, Di sinilah Allah mencoba kita, apakah kita memang teguh dalam pendirian untuk selalu istiqomah mencari rejeki dengan jalan yang halal atau tidak.

Sesungguhnya rejeki yang halal itu banyak, namun kadang kita menganggap hal tersebut tidak ada, akibatnya melakukan jalan pintas dengan melakukan segala cara agar mendapat­kan ‘rejeki’ tersebut.

Ketiga masalah pertemuan atau jodoh mengenai jodoh. Tidak ada di antara kita yang tahu jodohnya sekarang. Mungkin ada yang sudah berjanji untuk menikah tetapi karena memang bukan jodohnya akhir tidak jadi menikah. Kita mencoba mencari yang jauh, rupa­nya yang dekatlah akhirnya menjadi pasangan hidup kita. Skenario pertemuan itu, bukan kita yang mengatur tetapi Allah-lah yang mengatur, yang penting bagi yang belum berumah tangga, mintalah kepada Allah akan diberi jodoh yang baik yang mampu menjadi penerang dalam gelap dan menjadi penghibur di kala duka.

Alangkah indahnya jika istri kita berjiwa seperti Khadijah binti Khuwailid, yang menjadi benteng Rasulullah di kala susah dan senang. Oleh karena itu, carilah istri yang tidak hanya cantik wajahnya tetapi juga cantik hati dan perangainya.

Dan yang misteri yang keempat adalah kematian. Salah satu masalah yang saat ini ramai diper­bincangkan adalah misteri kema­tian. Karena ke­matian tidak dapat diduga, kapan dan dimana serta bersama siapa kita pada saat ia datang, maka wajar saja kematian merupakan misteri yang tidak terungkap oleh siapa saja. Tidak ada yang sanggup mengubah kematian dengan alasan apapun, karena kematian datang sesuai dengan ‘janji’ yang diberikan Allah kepada setiap makhluk-Nya.

Kemarin salah seorang saudara kita me­ninggal dunia. Dari segi umur, siapa yang me­nyangka, karena usianya masih terbilang muda. Tidak sakit, bahkan orang yang mendengar kabarnya pun pasti tidak percaya. Tetapi inilah ketentuan Allah yang tidak bisa seorang pun memprediksinya.

Allah berfirman:“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu datang benteng yang tinggi lagi kokoh, ... (QS An-Nisaa’ 78)

Setiap kita pasti akan mati, tinggal tunggu tanggal mainnya saja, apakah hari ini, besok atau lusa. Kematian pada dasarnya bukan disebabkan sesuatu hal tetapi Allah memberikan penyebab atas kematian itu sendiri. Ada karena sakit, karena tabrakan, karena tua dan sebagainya. Sakit, tabrakan, tua merupakan penyebab, tetapi bukan itu sesungguhnya

Orang-orang yang menga­takan kepada saudara-sauda­ranya dan mereka tidak turut pergi berperang: "Sekiranya mereka mengikuti kita, tentulah mereka tidak terbunuh". Kata­kan­lah: "Tolaklah kematian itu dari dirimu, jika kamu orang-orang yang benar." (QS Al-Imran: 168)

Ayat ini menjelaskan kepada kita, bahwa bukan karena pergi berperang orang akan mati, tetapi karena memang takdirnya sudah sampai di manapun ia akan menemui kematian tersebut, kebetulan memang pada saat ia berperang. Tetapi harus digarisbawahi, orang yang tidak pergi berperang juga akan mati jika memang ajalnya sudah sampai. Jadi memang kita tidak mampu menolak datangnya kematian. Ia akan datang dengan sendirinya lewat ‘tangan’ Malaikat Izrail yang diperintahkan Allah.

Lalu apa hikmah Allah menjadikan penye­bab dari sebuah kematian? Salah satu hikmah­nya adalah agar manusia tidak mencela Malai­kat Izrail.

Dalam suatu riwayat, Allah mengutus Jibril AS agar membawa sepenggal tanah kepada-Nya, namun tanah itu malah meminta perlin­dung­an dari Allah, maka ia pun melindunginya (Jibril tidak jadi mengambilnya). Allah lalu mengutus Mika’il, namun tanah itu juga me­minta perlindu­ng­an dan ia pun melindungi­nya. Kemudian Dia me­ngutus Izrail, dan lagi-lagi tanah itu meminta perlindungan, namun ia ti­dak melindunginya dan terus saja mengambil segenggam tanah darinya.

Allah SWT bertanya, menegur,”Bukankah ia meminta perlindungan pada-Ku dari dirimu ?” Izrail menjawab, “Ya”. Allah SWT menimpal, “Lalu mengapa tak kau kasihani ia sebagaimana yang dilakukan dua sahabatmu Jibril dan Mikail ?”

Izrail lalu menjawab, “Tuhan, ketaatan kepada-Mu lebih wajib bagiku daripada belas kasih-Mu kepadanya.”

Allah pun berfirman, “Pergilah, kamu Aku angkat sebagai malaikat maut. Aku kuasakan kepadamu untuk mencabut nyawa mereka.”

Izrail spontan menangis, Allah SWT lantas bertanya, “Apa gerangan membuatmu menangis ?’

Malaikat maut tersebut menjawab, “Tuhan Engkau telah menciptakan dari kalangan makhluk (yang berasal dari tanah liat ini) para Nabi, manusia-manusia pilihan, dan para rasul utusan. Engkaupun tidak menciptakan makhluk yang lebih membenci kematian daripada mereka. Jadi, jika mereka me­ngenaliku, tentu mereka akan membenci dan mencaci-maki aku.”

Allah SWT lalu menghibur malaikat Izrail, “Baiklah, akan Aku buat penyebab-penyebab ke­matian sehingga mereka pun akan me­nisbatkan kematian padanya dan mereka tidak akan menyebutmu besertanya.

Sejak itu diciptakan-Nya lapar dan seluruh penyebab kematian lainnya. (dikutip dari Abdul Aziz Asy-Syinawi, Malaikat Maut dan Para Nabi).

Kisah ini membuka mata kita bahwa musi­bah yang dialami apakah itu longsor, gempa, angin puting beliung, jatuhnya pesawat terbang, tabrakan dan sebagainya adalah alat atau penyebab dari sebuah kematian. Namun jika kita orang-orang yang ingkar, maka kematian adalah jalan yang sangat dibenci karena ia akan membawa mereka kepada neraka Allah.

()

Baca Juga

Rekomendasi