DI UJUNG TANDUK

DI UJUNG TANDUK

Rifan Nazhif

Ditakut maut lelaki semaput teringat doa yang dihapal harusnya dirapal dan diraut ketika harap di ujung tanduk manakan telur berpegang taut pada ujungnya tergelincir sia pecah bersama debu tanah, larut

(2017)

 

USIA DAN HARTA

Rifan Nazhif

Bersilang-sengketa dengan harta

jiwa dijual menjadi pemintal derma

jelmaan dosa hanya pintu maya

di ujung entah lupakan jua

bila sempat mengukur usia

tak ada menerka batas rupa

bila layu jatuh pula

daun hijau segar pun berpatah dua

kembalilah sebelum lupa

hari-hari tak usah dikira

usia hanya milik Yang Kuasa

berbaik hatilah pada masa

(2017)

 

TAK PERLU CACI MAKI

Rifan Nazhif

Ini hari sakit hati tak perlu caci-maki

pun belati bukan tugas mencari mati

cukuplah meminta pada Yang Abadi

jalani hari dengan niat suci

bila positif pastilah membayar janji

bertahan negatif binasa menagih janji

(2017)

 

CERMIN

Rifan Nazhif

Bukan menggurui seperti orang suci

aku hanya berusaha bercermin

pada cermin wajah tak rata

usah mengumpat pada benda

karena cermin adalah wujudnya

akan mengikuti bentuk sekitar

seperti air yang meniadakan bentuk

tapi menjadi segala tempat

(2017)

 

TURUT BERDUKA 1

Kepada : Ridafi

Abd. Sofi

Lekaslah sembuh kawan dari luka masalalu "meski butuh waktu untuk menghancurkannya,katamu."

inilah dunia terkadang musti ditertawakan cinta dan duka seperti darah dan daging

ha, sebenarnya aku juga ingin tertawa sekuat angin timur yang mendatangkan ombak kemarau,lalu memutus musim hujan begitu saja

membuat bunga kering, terjatuh begitu keras ke batu gunung,dihempas angin entah kemana ia akan terbuang

apakah ini benar ujung kisah  kacau ?

yang harus kau membuat luka sendiri

namun Tuhan telah menyiapkan segalanya dengan sangat rahasia

tetaplah tabah, sirami dadamu jika ada api yang menyala

Maret 2017

 

TURUT BERDUKA 2

Kepada : Ridafi

Abd. Sofi

Menagislah secukupnya kawan

airmata penanda luka atau bahagia

lapangkanlah jalan di dadamu

setelah kepulangan menetapkan duka kemarin menuntaskan bayang-bayang yang tertahan menguras darah dangingmu sendiri

mungkin kau sedang pura-pura menertawakan dunia yang semakin kacau saja namun ini ahkir dari seikat waktu itu yang di tunggu di bawah cahaya purnama kini menusuk seperti ribuan paku menancap rapi ke ruas-ruas tulangmu

tanpa permisi bunga terjatuh basi

tencipta kemarau dan musim tak bernyawa lagi

Maret 2017

 

BULAN SABIT 11

Abd. Sofi

Kita sudah lupa untuk bertemu

apalagi saling menyapa kemarin ku intip engkau dari memar bulan sabit

matamu merah darah,bengkak seperti tenggah menampung luka yang parah

kusembunyikan tatap dan senyum yang menghantam dada dalamku

terisak-isak batin wajah kenangan menjumpai

Maret 2017

 

BULAN SABIT 12

Abd. Sofi

Pagi ini tanpa matahari awan hitam dan gerimis menyampaikan tangis

kaki melangkah di sepanjang pantai

mencari meski hanya bekas jejekmu dipasir sepertinya ombak dan hujan telah menghapus seluruhnya

ini luka ,ini tawa,ini duka yang telah jadi kita hanya pasrah ,di luar cuaca kacau dimana waktunya lupa

semidi sepi tak terhitung hari sajahmu semakin saja meninggi sambil menancapkan taji ini sudah tahun keberapa? kau tak juga sirna

Maret 2017

 

BIOLA /1

Arya Alda Muhsi

Merdu dawai biola bergesekan menyusup kepalaku hampir-hampir aku melayang, tak sadar diri entah di mana adakah tuan pemiliknya? atau seorang nona manis dengan bando garis-garis hingga malam aku tak pernah luput mendengar biola itu bernyanyi walau kini hanya terngiang

SSSK, April 2017

 

BIOLA /2

Arya Alda Muhsi

Aku kembali duduk di antara ramai orang menunggu bis kota suara biola samar-samar di ujung telinga astaga, kupikir inilah halusinasi gila bagaimana mungkin hari telah berganti suara biola kemarin masih menginap di hati

SSSK, April 2017

 

BIOLA /3

Arya Alda Muhsi

Bunyi biola semakin terdengar debar dadaku semakin bergetar aku tak kuasa menahan sabar siapa di balik alunan biola itu adakah dewa atau dewi yang akan mengajakku terbang

arungi nirwana

SSSK, April 2017

 

BIOLA /4

Arya Alda Muhsi

Pintu terbuka wajahnya jelas walau sepintas bis yang mengangkutku telah tiba oh demi nyanyian langit aku tak pernah menyesal berada satu ruang denganmu walau sebatas lambaian tangan aku hanya menyesal sebab tak sempat kuiringi merdu biolamu dengan bait-bait puisi tentang lelaki yang selalu menanti

SSSK, April 2017

 

DESA-DESA

Ardani

Kukayuh sampan menuju kampung harapan aku tersingkir dalam persaingan kota desa menjadi tumpuan akan kubangun bersama mereka tentang desa yang memberi kemakmuran desa tetaplah desa, tak perlu menjadi kekotaan

biarkan padi-padi ranum menguning

biarkan ikan-ikan berkembang di tambak, dialiran sungai biarkan sapi, domba, ayam, itik berkeliaran

pohon-pohon buah tumbuh bercabang-cabang

 

BINTANG TANDA JASA

Ardani

Dari celah dedaunan  bulan datang lagi wajahnya belum bulat, masih seperti sabit bulan sabit persis sama diatas kubah masjid dari celah dedaunan bintang berserak lagi ada yang memanjang bintang Kejora bintang yag terindah bintang-bintang itu disematkan di dada orang

orang yang berjasa kepada negeri dan bangsa ini

 

MAKNA HIDUP

Ardani

Kalau berlayar mengapa tak berlabuh

kalau terjepit mengapa tak menjerit

kalau mati mengapa tak berkubur

jangan jadi orang hilang tak bermakna

 

MELAMAR KAMU

Adhiet’s Ritonga

Kemarin kau bertanya padaku :

kapan melamar ?

kujawab ; sabar

setelah selasai kurangkai puisi

sebagai ucap dalam ijab

kini puisiku rapi tersusun

dibungkus dengan doa pengharapan

agar kita bahagia sepanjang jaman

maka aku pula yang bertanya

maukah engkau menikah denganku ?

Kantor Pusat Sanggar Pelangi

 

SEGALANYA KARNA CINTA

Adhiet’s Ritonga

Hidup ini berliku liku

berliuk liuk, menari nari

hidup berliku disebabkan cinta

berliuk liuk cerita cinta

menari nari tentang cinta

hidup di dunia fana selalunya oleh cinta jatuh hati karna cinta

patah hati juga karna cinta

ingin jadi orang kaya karna cinta pada harta tak mengeluh hidup miskin karna ada rasa cinta

mati bunuh diri karna cinta

kawin lari juga demi cinta

rela berkorban demi cinta

karna cinta yang bergelora

bahkan rela menunggu lama

tentunya karna cinta

ya, menunggu cinta datang

Kantor Pusat Sanggar Pelangi

 

MALAM ITU

Adhiet’s Ritonga

Deru, derab, debu

langkah kaki kita

menikmati suasana malam khidmat

hitam hitam baju celana

sehitam malam waktu berdua

manis manis si raja manis

wajah manis bagaikan manggis

bibir ranum pesona merah

rambut berponi belah tengah

tidak istimewa, tapi sempurna

Kantor Pusat Sanggar Pelangi

 

BAHASA RINDU

Leonita De

Sudah kuduga mataku tetap saja mencumbu pada jarum jam yang mendetak kalbu bahkan mentari pun belum merayu dan menjamuku di waktu itu gugup menatap enggan menyapa kini hanya tersisa guratan senyum di sebelah dinding dekat mataku sebagai bahasa rindu menyentak kalbu

 

SATU TAHUN NOVEMBER

Leonita De

Anak cucu Adam dan Hawa lahir

merangkak ke dunia penuh surgawi

indahkan hari-hari bergelak manis

raih mimpi-mimpi berjuta pasti

alangkah bahagia satu tahun ini

cantik rupamu di november kedua

lebih lagi luka tertanam sudah

eratkan tekat mengubur masa itu adalah

obat penghilang pilu di jantung hatimu

variasikan hidup tanpa pelukan ibu

anggaplah daku pelipur laramu

 

SATU TAHUN KAMU

Leonita De

Rasa ini tersusun apik di guratan senyummu adakalanya terpisah jauh tapi tidak untuk itu ini rasa yang tercipta di bait-bait doa hingga kehilangan aku atas kamu sebut saja rindu dalam doa warna pelangi bak cinta saudara aku, mereka melafaz Alfatihah senang rasa kami kamu di sana tidaklah lupa padamu surga

inilah jalanmu kepintu indahNya

 

DI MATANYA ADA KAMU

Leonita De

Dua bola matanya itu berbicara tentang kerinduan tentang apa saja yang terjadi di dunia tentang hidup dipelukan pengandung tentang rasa yang tak sanggup dikata tentang kamu

berharap, kamu! dia!

 

HUJAN BULAN OKTOBER

Artika Vicentia Manik

Bulan itu bercermin padamu kelopak hati bermuara di bulan Oktober kala itu hujan berkata memori apakah yang tersirat? 

 

SUARA TAKDIR

Artika Vicentia Manik

Engkau berkata pada

jauh bersuara nyaring

seakan memanggil dengan merdu

benarkah ini suara takdir?

 

BULAN MARIA

Artika Vicentia Manik

Tak ku sangka ini menjadi awal dan akhir saat kakiku berutut di bawahMu

sang pemilik jiwa dalam rimbun malam

ku sebut namaMu setiap waktu

 

PERAHU PECAH

Satria Dwi Saputro

Pecahnya perahu yang menyisir arus deras laut dalam terpaan awan hitam yang memuntahkan hujan  meninggalkan satu orang yang berpegang pada batang kayu perahu

sambil berteriak dengan suara menembus ombak dan angin kencang

saat teriak tidak memberikan hasil pertolongan apapun matanya lirih melihat diri yang sendiri di tengah lautan biru.

Beranda Sanggar Pelangi, April 2017

 

CERITA LAMA

Satria Dwi Saputro

Ada satu buku yang lama tersimpan di lemari itu yang terbungkus debu dan terhimpit di antara buku-buku lain

buku itu bukanlah ditulis dari cetakan mesin modern tapi hanyalah ukiran tangan dengan kisah pribadi

lembar demi lembar buku itu dibuka untuk dibaca tak terasa mata berbinar terbawa suasana sendu dari cerita lama yang tertulis rapi dibuku itu.

Beranda Sanggar Pelangi, April 2017

 

11 NOVEMBER #1

Juandi Manullang

Semakin hari usia pun semakin menua

tubuh pun semakin rapuh dan tak berdaya, apapun yang digenggam tak ada, hanya serpihan luka

yang mengendap di dada

sungguh, tak ada yang mampu

ku banggakan di hari ini karena aku belum membuatmu tersenyum

indah di lingkaran mataku

Alumnus Unika ST. Thomas, 2017

 

11 NOVEMBER #2  

Juandi Manullang

Kado terindah belum ku pampang

nyata di hadapanmu, kerja keras dan perjuanganmu belum mampu

ku balas dengan sebuah kado terindah

yang mampu membawamu ke alam

surgawi yang permai,

tapi, aku masih terus berharap

di tengah gelombang besar kehidupan ini akan memberikanmu secercah senyuman paling indah di masa hidupmu

Alumnus Unika ST. Thomas, 2017

 

HARI BAHAGIA #1

Juandi Manullang

Akhirnya setiap tahun ku rasakan hari bahagia, meskipun bahagia sesungguhnya belum tercapai namun, aku masih berjuang menggapainya diantara bintang-bintang itu

yang nantinya kupetik dan kuberikan kepadamu, saat ini, aku tetap berbahagia sejenak agar luka ini mampu terobati karena kau tak disisiku

Alumnus Unika ST. Thomas, 2017

 

HARI BAHAGIA #2

Juandi Manullang

Pintaku saat ini hanya butuh turut

campur tangan Sang Kuasa di tengah hidupku, kado terindah bukanlah materi, tapi doa yang kau panjatkan setiap waktu di diriku yang mulai rapuh ini segala kegelisahanku di hari ini

mampu menjelma menjadi kebahagiaan saat doa itu mengiringi langkahku

Alumnus Unika ST. Thomas, 2017

 

PERGI

Amrin Tambuse

Kepergianmu selalu menyisakan tanya

engkau akan bermuara kemana

sedang aku tak ingin bertanya pada angin yang selalu saja mengiring kepergianmu entah kemana

pergilah pergi

aku tak lagi berharap menanti

Babalan, 2017

 

ILALANG

Amrin Tambuse

Ilalang jangan menusuk bulan

yang kesiangan

lepaskan bunga- bungamu

hingga ke awan

ilalang Jangan menusuk jantungku

yang menggebu dengan rindu

Babalan, 2017

 

BERSAMA APRIL

Amrin Tambuse

Bersamamu April kupahat asa yang menggelora demi jiwa yang merdeka

duhai, April iringi langkahku dalam menggapai semua cita yang kurenda

Babalan, 2017

 

PROBLEMA

Amrin Tambuse

Kuhadapi semua problema

dengan jiwa sekuat baja

dan tanpa hati yang terluka

()

Baca Juga

Rekomendasi