Oleh: Isnaini Kharisma
USAHA Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) suatu potensi yang sangat besar di Indonesia. UMKM yang merupakan instrumen selalu digadang-gadangkan dari setiap oknum atau institusi yang dialunkan pada periode kampanye.
Sejarah ekonomi di negeri ini pun mampu membuktikan bahwa UMKM dapat bertahan dan survive dikala krisis ekonomi serta moneter beberapa kali menerpa negeri ini.
Bahkan, peran UMKM dalam pertumbuhan perekonomian suatu negara sangat penting. Pasalnya, ketika terjadi krisis yang melanda tahun 1998, usaha berskala kecil dan menengah lah yang relatif mampu bertahan dibandingkan perusahaan besar.
Alasannya pun karena mayoritas usaha berskala kecil tak selalu bergantung pada modal besar atau pinjaman dari luar dalam kurs dolar. Sehingga ketika ada fluktuasi nilai tukar, perusahaan berskala besar selalu berurusan dengan mata uang asing adalah yang berpotensi mengalami imbas krisis.
Seiring membaiknya perekonomian Indonesia, pelaku UMKM pun berpikir ingin segera bangkit dan mengembangkan usahanya menjadi lebih baik.
Untuk mengembangkan bisnis usaha dari pelaku UMKM juga dibutuhkan peranan perbankan. Peranan Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang dibutuhkan oleh masyarakat yang membutuhkan dana baik untuk kepentingan konsumtif maupun untuk kepentingan mengembangkan usahanya.
Maka itu bank mempunyai peran yang penting bagi masyarakat yang kelebihan dana maupun yang kekurangan dana. Khusunya Usaha Mikro Kecil dan Menengah dalam mengembangkan usahanya selain perlu dana juga membutuhkan adanya bimbingan dalam pengelolaan manajemen agar UMKM bisa berkembang dan mampu utnuk memenuhi kewajiaban bagi UMKM yang punya pinjaman ke Bank.
Untuk mendapatkan kredit bank bukan merupakan hal yang mudah bagi pengusaha kecil, hal itu disebabkan faktor persyaratan yang harus dipenuhi untuk mendapatkan kredit. Sealin itu juga ada yang belum mengetahui bagaiamana mendapakan pinjaman.Hal itu disebabkan karena akses informasi khususnya usaha kecil sangat rendah. Selain itu juga ada perbedaan pandangan antara usaha skala kecil dan pihak Bank, ini menambah adanya hubungan yang tidak baik antara keduanya.
Pentingnya dana bagi kegiatan usaha untuk UMKM maka perlu adanya kerjasama yang baik antara pihak Bank sebagai lembaga pemberi krdit dengan UMKM. Kerjasama ini perlu dilakukan agar permasalahan di antara kedua belah pihak tersebut bisa diatasi dan saling menguntungkan.Berdasarkan latar belakang diatas maka timbul masalah sejauh mana masyarakat Indonesia paham dan memahami tentang peranan dan informasi mengenai peranan Bank dalam UMKM.
Di Sumatera Utara (Sumut) perkembangan UMKM juga tumbuh dengan baik dan turut andil campur dari pihak bank. Salah satu pelaku UMKM, Ponikem yang merupakan binaan dari Bank Sumut mengaku sejak menjadi binaan Bank Sumut sekitar 4 tahun lalu, usahanya menjadi lebih baik dan maju.
“Dengan bantuan awal sebesar Rp35 juta, saya bisa mengembangkan usaha rotan menjadi lebih baik dengan banyaknya permintaan dari konsumen,” kata Ponikem yang sudah berkecimpung dalam usaha rotan sejak tahun 2005 lalu.
Usaha rotan yang dibuatnya berupa keranjang parsel dan aneka kursi maupun meja yang memang menjadi daya tarik konsumen.
Selain sebagai pengusaha pembuat rotan, Ponikem juga menjadi penyalur bagi pengusaha rotan lainnya. “Setelah bantuan awal sebesar Rp35 juta, kini saya menambah kredit sebanyak Rp50 juta untuk lebih mengembangkan usaha saya,” ujarnya.
Kepala Divisi Ritel PT Bank Sumut, Hadi Sucipto mengatakan, saat ini UMKM yang telah menjadi debitur Bank Sumut sebanyak 82.560 debitur.
Untuk bantuan yang diberikan pihaknya, seperti pemberian pelatihan kepada UMKM seperti cara pembuatan laporan keuangan, cara produksi, pemasaran dan lainnya.
“Kami juga mengikutsertakan para pelaku UMKM binaan Bank Sumut dalam berbagai pameran baik di dalam daerah bahkan hingga keluar negeri dalam rangka memperkenalkan produk-produk mereka,” ujarnya.
Selain itu, pihaknya juga memberikan pembuatan website untuk pemasaran UMKM agar dapat lebih mudah diakses oleh masyarakat.
Dengan adanya pembinaan dari Bank Sumut, kini para pelaku UMKM dapat lebih paham dalam membuat laporan keuangan, melakukan pemasaran serta promosi. Bahkan, juga dapat meningkatkan penjualan usaha mereka.
“Kami terus berkomitmen untuk mengembangkan UMKM yang kami bina,” katanya.
Pengamat Ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin menjelaskan, jika melihat pola pembiayaan yang telah ada, dimana Bank Sumut telah membiayai masyarakat dengan pinjaman nominal kecil, bahkan di bawah Rp5 jutaan. Maka, sebenarnya Bank Sumut sudah berkontribusi langsung terhadap pengembangan UMKM di wilayah ini.
Apabila dioptimalkan, tentu peluangnya sangat besar dan menjanjikan. Terlebih, Bank Indonesia juga mendukung pengembangan UMKM itu dengan mendirikan klinik UMKM. Artinya, ada dorongan dari BI untuk mengembangkan UMKM di wilayah ini, sehingga kesempatan bisa diambil Bank Sumut sebagai tuan rumah.
“Di sisi lain, Bank Sumut juga sudah memiliki program yang serupa dimana ada inkubator bisnis UMKM yang sudah lama didirikan,” jelasnya.
Menurutnya, hal penting mampu untuk mencari segmentasi pasar yang baru sehingga mampu mengoptimalkan potensi UMKM yang dapat dikembangkan di wilayah ini.
Sebab, banyak lapisan masyarakat yang sebenarnya potensial namun mereka tidak memiliki akses informasi serta pembiayaan untuk modal usaha.
Padahal, jika mereka mampu terjangkau oleh akses tersebut dan bukan tak mungkin dengan fokus ke pembiayaan UMKM saja, Bank Sumut kontribusinya sudah sangat signifikan. Selain mengejar laba, kontribusinya ke pemberdayaan masyarakat akan terlihat dan sudah pasti menjadi pemantik untuk pertumbuhan ekonomi di wilayah ini.***