Eksim, Penyakit Kulit yang Mengganggu

Oleh: dr. Angela Fovina

DERMATITIS Atopik (DA) atau ek­sim dalam baha­sa awam adalah peradangan penyakit kulit yang bersifat gatal dan berulang, paling se­ring terjadi pada anak-anak, namun juga dapat terjadi pa­da orang dewasa. Eksim se­ring dikaitkan dengan adanya riwayat keluarga yang meng­alami hal sama.

Jika ada orangtua baik ayah ataupun ibu sering ga­tal-gatal pada daerah lipatan, dan menyebabkan kelainan di kulit berupa bintik merah ke­cil, maka patut dicurigai adanya penyakit eksim. Ek­sim juga sering dikaitkan de­ngan pe­nyakit atopi seperti asma, sering ga­tal-gatal pada mata (konjungtivitis alergi), dan bersin-bersin jika terpa­par pa­ da zat-zat yang me­rangsang seperti serbuk bu­nga (rinitis alergi).

Awal mula terjadinya ek­sim paling sering terjadi an­tara usia 3 dan 6 bulan. Ke­­banyakan orang akan meng­alami pe­nyembuhan dengan sendirinya pada sa­at dewasa, namun 10 sampai 30% tidak mengalami penyembuhan, dan per­sentase yang lebih ke­cil pertama kali dapat meng­alami gejala saat dewasa.

Temuan klinis yang me­nonjol adalah penderita akan merasa gatal yang dapat hi­lang timbul, namun terutama pada ma­lam hari, sehingga sering meng­gang­gu kualitas tidur. Akibat sering digaruk, akan timbul bintik-bintik merah yang bila semakin di­garuk maka akan menge­luar­kan cairan hingga adanya darah yang keluar, namun ini bervariasi me­nurut usia pa­sien dan lamanya lesi tersebut muncul.

The International Study of Asthma and Allergies in Childhood (ISAAC) menge­mukakan bahwa prevalensi dermatitis atopik bervariasi antara 0,3% hingga 20,5% di 56 negara. Kasus dermatitis atopik anak di Indonesia di­temukan sebanyak 23,67% pada 611 kasus baru penyakit kulit lainnya pada tahun 2000 dan berada pada peringkat pertama dari 10 penyakit ku­lit anak terbanyak pada 7 ru­mah sakit di lima kota di Indonesia dan menurut Ke­lom­pok Studi Dermatologi Anak (KSDAI) yaitu sebesar 23,67% di ma­na dermatitis atopik menempati pe­ringkat pertama dari 10 besar penya­kit kulit anak. Dermatitis ato­pik lebih sering terjadi pada wanita daripada laki-laki de­ngan rasio kira-kira 1,3:1.

Sekitar 70% pasien eksim memiliki ri­wayat keluarga adanya penyakit ato­pi. Ke­mungkinan berkembangnya eksim adalah 2 sampai 3 kali lipat lebih tinggi pada anak-anak dengan satu orangtua penderita atopi, dan ini me­ningkat menjadi 3 sampai 5 kali lipat jika kedua orang tua tersebut meru­pakan pen­de­rita atopi. Riwayat ibu pen­derita atopi lebih berpenga­ruh. 

Pedoman diagnosis yang diusulkan oleh kelompok kerja Inggris (UK wor­king party) yaitu:

- Harus mempunyai kon­disi kulit gatal (itchy skin) atau dari laporan orangtua­nya bahwa anaknya suka meng­garuk atau menggosok.

- Ditambah 3 atau lebih kriteria berikut:

1. Riwayat terkenanya li­patan kulit, misalnya lipat si­ku, belakang lutut, bagian de­pan pergelangan kaki atau sekeliling leher (termasuk pipi anak usia di bawah 10 tahun).

2. Riwayat asma bronkial atau hay fever pada penderita (atau riwayat penyakit eksim pada ibu atau ayah dari anak di bawah 4 tahun).

3. Riwayat kulit kering pada tahun terakhir.

4. Adanya kelainan kulit yang tampak di lipatan (atau pada pipi/dahi dan anggota badan bagian luar anak di bawah 4 tahun).

5. Awal mula terjadi pada usia di bawah 2 tahun

Terapi untuk mengontrol penyakit eksim adalah de­ngan memperbaiki fungsi kulit sebagai pelindung (sa­war) dengan perawatan kulit yang baik, dengan hidrasi yang baik dan aplikasi pe­­lembab. Disarankan beren­dam di air hangat selama ku­rang lebih 10 menit, mema­kai sabun dengan pelembab (moisturizing cleanser), lalu dioleskan setelah mandi. Un­tuk me­nge­ringkan kulit disa­rankan menggunakan handuk lembut dengan menekan lembut saja dan tidak meng­gosok kulit. Pelembab da­pat berupa losion, krim, dan sa­lep.

Jika memakai tabir sur­ya, pelembab di­aplikasikan sete­ngah jam sebelum me­makai tabir surya. Dermatitis atopik ringan sering kali membaik hanya de­ngan pemakaian emolien, tetapi pada ke­adaan inflamasi akut, dibutuhkan tam­bahan terapi lain seperti steroid atau penghambat kal­sineurin secara oles yang da­pat digunakan sebelum peng­­­gunaan pelembab agar efek­tivi­tas­nya tidak berku­rang.

Pada eksim yang meluas dan ber­ulang, dokter spesialis kulit dapat me­ngan­jurkan untuk melakukan fotote­rapi menggunakan UVA atau UVB atau kom­binasi psoralen dengan UVA. Pilihan terapi lain adalah imunosu­pre­san sistemik misalnya cyclospo­rin, dan antimetabolit.

Tidak jarang dite­mu­­kan infeksi pada pasien eksim. Ke­adaan ini dapat di­atasi dengan pem­be­rian antibiotik baik secara oles atau ditelan bergan­tung pada luas in­fek­sinya.

Pemberian antihistamin oral di­gu­nakan untuk me­ngon­trol gatal. Ada dua jenis antihistamin yang bisa dan tidak bisa menyebabkan kan­tuk. Bia­sa­nya dokter akan meresepkan antihi­stamin yang dapat menyebabkan kan­tuk dikarenakan pasien sering menge­luh gatal teruta­ma pada malam hari, yang dapat mengganggu kualitas tidur.

Sampai saat ini, belum ada pe­ngobatan definitif un­tuk eksim, tetapi pe­rawatan kulit yang baik akan ber­man­­­faat untuk memperbaiki fungsi ku­lit sehingga pada akhirnya dapat me­ngu­rangi gejala dan berulang.

()

Baca Juga

Rekomendasi